Alauddin al-Qahhar dari Aceh

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan
(Dialihkan dari Alauddin al-Qahhar (Aceh))

Alauddin Ri'ayat Syah al-Kahar (meninggal 29 September 1571) adalah Sultan ketiga dari Kesultanan Aceh, yang memerintah dari tahun 1537 atau 1539 hingga kematiannya. Ia dianggap sebagai salah satu penguasa terkuat sepanjang sejarah kesultanan dan sangat memperkuat Aceh. Pemerintahan Alauddin ditandai dengan meningkatnya konflik dengan saingannya Portugis dan Melayu serta pengiriman utusannya kepada sultan Utsmani, Suleiman yang Agung pada tahun 1560-an.

Alauddin Ri'ayat Syah al-Kahar
Makam al-Kahar di Baitur Rijal (Kandang XII), Banda Aceh
Sultan Kesultanan Aceh
Berkuasa1537/1539 – 28 September 1571
PendahuluSalahuddin dari Aceh
PenerusAli Ri'ayat Syah I
Kelahirantidak dikenal
Banda Aceh, Kesultanan Aceh (sekarang Indonesia)
Kematian28 September 1571
Banda Aceh, Kesultanan Aceh (sekarang Indonesia)
Pemakaman
Kompleks Pemakaman Sultan Aceh Kandang XII, Banda Aceh
Pasangantidak dikenal
KeturunanAbdullah
Husain
Sri Alam
Abdul Jalil
AyahAli Mughayat Syah
Ibuputri Inayat Syah yang tidak disebutkan namanya

Kampanye militer

sunting

Pada saat naik tahta, Sultan Alauddin Al-Qahhar tampak menyadari kebutuhan Aceh untuk meminta bantuan militer kepada Turki. Bukan hanya untuk mengusir Portugis di Malaka, namun juga untuk melakukan futuhat ke wilayah-wilayah lain, khususnya daerah pedalaman Sumatra, seperti daerah Batak pada tahun 1539. Dalam penyerbuan itu, ia menggunakan pasukan dari Utsmaniyah, Arab, dan Kekaisaran Ethiopia.[1] Pasukan Turki Utsmaniyah berjumlah 160 orang ditambah 200 orang tentara dari Malabar membentuk kelompok elit angkatan bersenjata Aceh. Mendez Pinto, yang mengamati perang antara pasukan Aceh dengan Batak melaporkan kembalinya armada Aceh di bawah komando orang Turki bernama Hamid Khan, keponakan Pasha di Kairo.[2]

Ia juga menyerang Kerajaan Aru, tetapi dilawan oleh pasukan Kesultanan Johor. Tahun 1547, secara pribadi ia terlibat dalam serangan yang gagal ke Kesultanan Malaka. Setelah kejadian ini, Aceh berubah menjadi negara yang damai selama 10 tahun pada dekade 1550-an.

Akan tetapi, pada tahun 1564 atau 1565, ia menyerang Johor dan membawa Sultannya, Alauddin Riayat Shah II dari Johor, ke Aceh dan ia-pun dihukum mati, kemudian menobatkan Muzaffar II dari Johor di takhta Kesultanan Johor. Aceh kemudian mengambil kekuasan atas Aru dari Kesultanan Johor. Tahun 1568 ia melancarkan kembali serangan yang gagal ke Malaka. Ketika Sultan Muzaffar diracun di Johor, Sultan Alauddin mengirimkan armadanya ke Johor, tetapi harus kembali karena pertahanan Johor yang kuat.

Referensi

sunting
  • M.C. Ricklefs, A History of Modern Indonesia Since c. 1300, Stanford: Stanford University Press, 1994, pages 33.
  1. ^ Pusponegoro, Marwati Djuned (1984). Sejarah Nasional Indonesia Jilid III. Balai Pustaka. hlm. 33. 
  2. ^ Azra, Azyumardi (2004). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Prenada Media. hlm. 27–28. 
Didahului oleh:
Sultan Salahuddin
Sultan Aceh
15371568
Diteruskan oleh:
Sultan Husain Ali Riayat Syah