Xiongdi Gong (Hanzi=兄弟公; pinyin=xiōngdì gōng; Hokkien=Ya Ti Kong) atau 108 Pahlawan Suci (108 Bersaudara dari Hainan) adalah para dewa pelindung laut dan biasanya dipuja bersama-sama dengan Shui Wei Sheng Niang. Mereka biasanya dipuja pada klenteng di dekat laut dan oleh para nelayan atau orang yang bekerja di bidang pelayaran. Meskipun berjumlah 108, rupang Xiongdi Gong yang diletakkan di altar biasanya hanya satu, yaitu seorang pelajar berwajah merah.[1]

Kelenteng Caow Eng Bio di Tanjung Benoa, salah satu klenteng yang memuja Xiongdi Gong

Xiongdi Gong berpengaruh besar terhadap kehidupan keagamaan di Hainan. Pemujaannya tersebar bersama para imigran dari Hainan. Oleh sebab itu, pemujaan Xiongdi Gong menjadi salah satu simbol bagi suku Hainan di seluruh dunia.[2]

Sejarah sunting

Pada akhir masa Dinasti Qing, kehidupan masyarakat di Tiongkok sangat sengsara di bawah tekanan imperialisme. Banyak penduduk yang meninggalkan rumah mereka untuk mencari uang demi menghidupi keluarga mereka. Pada masa pemerintahan Kaisar Xianfeng (1831-1861), sebanyak 109 pria Hainan pergi menuju Annam (sekarang Vietnam) untuk mencari nafkah. Mereka semua menjadi sahabat dekat dan saudara di perantauan. Setelah berhasil memperoleh uang, mereka bermaksud pulang bersama-sama ke Hainan dan kembali ke keluarga masing-masing. Banyak juga orang Hainan yang masih tinggal di Vietnam yang menitipkan barang-barang atau uang agar dapat disampaikan ke keluarga mereka.[3]

Pada tanggal 15 bulan 9 Imlek, ke-109 saudara tersebut meninggalkan Vietnam menuju Hainan. Namun, di tengah perjalanan, kapal mereka diserang perompak yang merampas semua barang-barang kemudian membunuh semua awak kapalnya. Dari 109 bersaudara tersebut hanya 1 orang yang berhasil selamat, yaitu juru masak yang bersembunyi di bawah geladak. Tak lama setelah kejadian tersebut, laut di pesisir pantai Vietnam bergolak disertai angin kencang.[1][3]

Segerombolan gagak beterbangan di istana raja Vietnam sehingga sangat mengganggu. Menurut ahli nujum raja, segerombolan gagak tersebut muncul karena adanya ketidakadilan. Raja memerintahkan untuk mencari tahu ketidakadilan apa yang menyebabkan istananya diserbu gerombolan gagak, tetapi tidak membuahkan hasil.[1]

Pada suatu ketika, seorang warga Hainan di Vietnam mengenali cincin yang dipakai seorang asing yang ia temui di pasar, yaitu cincin yang ia titipkan kepada 109 bersaudara untuk diberikan kepada saudara prianya sebagai hadiah pernikahan. Ia menegur orang asing tersebut yang berlanjut menjadi perkelahian sehingga keduanya ditangkap. Ternyata orang asing tersebut adalah salah satu perompak dan mengakui perbuatannya. Raja Vietnam kemudian memberikan hukuman kepada para perompak serta menyita jarahan mereka. Raja selanjutnya mengadakan ritual untuk menenangkan arwah ke-108 saudara sehingga kejadian supranatural di istananya menjadi hilang.[3]

Berita mengenai nasib malang ke-108 saudara akhirnya sampai di Hainan. Penduduk lokal Hainan membangun sebuah kuil untuk mereka dan mengadakan perayaan tahunan sebagai pengingat kematian mereka setiap tanggal 27 bulan 5 Imlek. Mereka dipuja sebagai dewata pelindung khususnya di laut. Kaisar Qing juga memberi anugerah gelar kepada mereka karena keajaiban yang telah mereka lakukan. Pemujaan kepada Xiongdi Gong ikut tersebar bersama dengan diaspora penduduk Hainan. Biasanya pelaut yang hendak melaut akan berdoa kepada mereka sambil membawa satu orang tukang masak sebagai saksi.[1][3]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b c d Edi Suprapto (21 Januari 2015). "YA TI KONG (dewata pelindung laut)". Diakses tanggal 24 Oktober 2015. 
  2. ^ Li Qingxin (2009). ""Xiongdi Gong" Traveling on the Sea: Popular Religion and Hainan People's Overseas Immigration" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-08-22. Diakses tanggal 24 Oktober 2015. 
  3. ^ a b c d chinatownology. "Hainan 108 brothers 108兄弟公". chinatownology. Diakses tanggal 24 Oktober 2015.