Wideok dari Baekje
Wideok dari Baekje (525-598, bertahta pada tahun 554-598) adalah raja kedua puluh tujuh kerajaan Baekje, salah satu dari Tiga Kerajaan Korea. Ia adalah putra tertua dari Raja Seong dan naik keatas tahta setelah kematian ayahnya.
Wideok dari Baekje | |
Hangul | 위덕왕 |
---|---|
Hanja | 威德王 |
Alih Aksara | Wideok-wang |
McCune–Reischauer | Widŏk-wang |
Nama lahir | |
Hangul | 창 |
Hanja | 昌 |
Alih Aksara | Chang |
McCune–Reischauer | Ch'ang |
Latar Belakang
suntingSelama masa pemerintahan Seong, Baekje telah memimpin persekutuan dengan tetangganya, Silla dan konfederasi Gaya untuk menyerang kerajaan yang berkuasa di bagian utara Korea, Goguryeo. Pada tahun 551, Baekje dengan sukses menuntut kembali dari Goguryeo yang sekarang adalah wilayah Seoul, yang merupakan ibu kota Baekje dari zaman pendirinya sampai tahun 538. Namun Silla menghianati persekutuan tersebut dan di bawah persetujuan rahasia dengan Goguryeo, menuntut wilayah tersebut untuk dirinya sendiri.
Sebagai putra mahkota, Wideok mengorganisasi serangan balasan pada Silla, bertentangan dengan oposisi dari aristokrat. Ia berpartisipasi di dalam Pertempuran benteng Gwansan, dimana ayahnya bersama dengan hampir 30,000 orang pasukan mati dalam memerangi pasukan Silla. Kampanye yang membawa maut tersebut memimpin aristokrasi Baekje mengambil beberapa kekuasaan dari raja-raja.
Pemerintahan
suntingBaekje di bawah pimpinan Wideok bertentangan baik dengan Silla maupun Goguryeo, melancarkan berbagai serangan dan serbuan di perbatasan melawan kerajaan-kerajaan saingannya tersebut.
Untuk menghindari isolasi dan untuk menguatkan kekuasaan aristokrasi, ia memelihara hubungan baik dengan dinasti Cina, Chen, Qi Utara dan Sui. Meskipun ikatan tersebut telah hancur habis-habisan diikuti dengan perisitiwa bencana pada tahun 550, ia mengirimkan misi ke istana Chen pada tahun 567, 577, 584, dan 586 (jatuh ketangan Sui tak lama kemudian). Pada tahun 567, ia mengirimkan misi pertama Baekje ke Qi Utara; hal ini memberikan fasilitas dengan perkembangan hubungan dengan Goguryeo. Pada tahun 570, Qi Utara menjaminnya gelar termasuk "Bangsawan Duke dari komanderi Daifang", dan ia mengirimkan misi upeti lainnya pada tahun 572. Setelah Qi Utara telah dikuasai oleh Zhou Utara pada tahun 577, Baekje juga mengirimkan misi untuk memberikan ucapan selamat termasuk para pemusik ke istana Zhou. Pada tahun berikutnya duta besar pertama dan terakhir dikirimkan ke Zhou Utara, yang kemudian dikuasai oleh Sui pada tahun 581.
Wideok mengirimkan misi ucapan selamat ke istana Sui pada tahun 581, dan lainnya pada tahun 582. Pada tahun 589 Sui menguasai Chen dan mempersatukan Cina. Pada tahun yang sama, sebuah kapal perang Sui berlayar disekitar Pulau Jeju, yang dipimpin oleh tanah jajahan Baekje, Tamna. Wideok menyediakan para kru dengan kawalan resmi (yang membawa upeti dan ucapan selamat) untuk istana Cina. Pada tahun 598 ia mengirimkan duta besar yang menawarkan untuk membantu di dalam ekspedisi Sui melawan Goguryeo pada tahun itu. Namun ekspedisi tersebut telah diselesaikan. Yeongyang dari Goguryeo melancarkan serangan hukuman ke perbatasan Baekje di bagian utara ketika ia mengetahui hal ini.
Meneruskan warisan ayahnya, Wideok mengirimkan berbagai misi beragama Budda ke periode Yamato, Jepang.
Relik
suntingPada tahun 1995, sebuah relik batu ditemukan di sebuah kuil Buddha pada era Baekje di kabupaten Buyeo, Chungcheongnam-do. Inskripsi yang tertulis di atas permukaan relik tersebut menjelaskan bahwa relik itu dibuat pada tahun 567 atas perintah Wideok. Pada tahun 1996, pemerintah Korea Selatan menunjuk kotak tersebut sebagai Harta Benda nasional Korea Selatan No. 288. Kotak tersebut disimpan di dalam Musium Nasional Buyeo. [1]