Wanita di Singapura

Wanita di Singapura, khususnya mereka yang telah bergabung dengan angkatan kerja Singapura, dihadapkan pada keseimbangan peran tradisional dan modern mereka dalam masyarakat dan perekonomian Singapura. Menurut buku The Three Paradoxes: Working Women in Singapore yang ditulis oleh Jean Lee S.K., Kathleen Campbell, dan Audrey Chia, ada "tiga paradoks" yang dihadapi dan menantang para wanita karir di Singapura. Pertama, masyarakat Singapura mengharapkan wanita untuk menjadi pekerja perusahaan yang kreatif dan produktif yang juga diharapkan memainkan peran wanota tradisional dalam rumah tangga, khususnya sebagai istri dan ibu. Kedua, wanita Singapura dihadapkan pada “konflik antara pekerjaan dan keluarga” yang diakibatkan karena mereka menjadi anggota populasi pekerja. Ketiga, jumlah manajer wanita di Singapura masih lebih sedikit meskipun tingkat pendidikan dan pencapaian mereka meningkat jika dibandingkan dengan manajer laki-laki.[3]

Wanita di Singapura
Indeks Ketidaksetaraan Gender[1]
Nilai0.040 (2021)
Peringkatke-7 dari 191
Kematian ibu (per 100,000)3 (2010)
Wanita dalam parlemen29.4% (2020)
Perempuan di atas 25 tahun dengan pendidikan menengah76.6% (2021)
Wanita dalam tenaga kerja61.2% (2020)
Indeks Ketimpangan Gender Global[2]
Nilai0.734 (2022)
Peringkatke-49 dari 146 dari 144

Referensi

sunting
  1. ^ "Human Development Report 2021/2022" (PDF). HUMAN DEVELOPMENT REPORTS. Diakses tanggal 14 October 2022. 
  2. ^ "Global Gender Gap Report 2022" (PDF). World Economic Forum. Diakses tanggal 16 February 2023. 
  3. ^ Lee, S.K. Jean; Campbell, Kathleen; Chia, Audrey. "The Three Paradoxes: Working Women in Singapore". postcolonialweb.org. Diakses tanggal 2018-11-29. 

Bacaan lebih lanjut

sunting

Pranala luar

sunting