Unilever Indonesia

perusahaan asal Britania Raya

PT Unilever Indonesia Tbk (IDX: UNVR) adalah perusahaan Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari Unilever. Merupakan salah satu perusahaan penanaman modal asing terbesar di Indonesia, Unilever Indonesia dikenal luas sebagai perusahaan utama dalam produksi barang-barang konsumsi.

Unilever Indonesia
Publik
Kode emitenIDX: UNVR
IndustriProduk konsumen
Didirikan5 Desember 1933
PendapatanKenaikan Rp 42.9 trillion (2019)
Kenaikan Rp 7.4 trilliun (2019)
Total asetKenaikan Rp 20.649 trilliun (2019)
Total ekuitasKenaikan Rp 5.282 trilliun (2019)
IndukUnilever
Situs webUnilever Indonesia

Sejarah sunting

 
Pabrik Lever Zeepfabrieken di Batavia
 
Foto lain dari pabrik Lever Zeepfabrieken di Batavia

Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai NV Lever's Zeepfabrieken di Jakarta, dengan produk mulanya adalah sabun bermerek Lux dan Sunlight (Cap Tangan), yang disusul margarin bermerek Blue Band dua tahun kemudian. Pabriknya berada di Tubagus Angke, Jakarta (Batavia) yang meliputi pabrik sabun di bawah perusahaan tersebut dan pabrik margarin di bawah NV Van den Bergh's Fabrieken.[1] Pada November 1941 Unilever mendirikan pabrik keduanya di Surabaya (diberi nama Colibri) yang memproduksi kosmetik dan toiletries, hasil akuisisi pabrik yang sebelumnya dikuasai perusahaan Jerman Dr. Dralle. Kedua pabrik sempat terhenti operasionalnya dalam Perang Pasifik, namun bisa beroperasi kembali pada 1947 dan berkembang pesat menjadi salah satu perusahaan asing terbesar pasca kemerdekaan Indonesia.[2][3][4] Di tahun 1948, unit usaha Unilever di Indonesia bertambah kembali lewat pengakuisisian pabrik pengolahan minyak kelapa bernama NV Oilefabriek Archa.[5]

Memburuknya relasi Indonesia-Belanda dan Inggris pada akhir 1950-an hingga akhir Orde Lama ikut memengaruhi perusahaan ini, yang saat itu sudah bernama NV Lever's Zeepfabrieken Indonesia.[6] Pada tahun 1957-1959 seluruh direksi berkebangsaan Belanda dipulangkan ke negara asalnya akibat sengketa Irian Barat,[3] dan pada tahun 1964 pabrik Unilever dinasionalisasi oleh pemerintah RI setelah pabriknya diambilalih oleh serikat buruh pro-PKI, Serikat Buruh Unilever Indonesia. Munculnya rezim Orde Baru yang lebih pro-pasar pada 1966, membuat Unilever bisa menguasai kembali bisnisnya di Indonesia pada April 1967.[7]

Sejak tanggal 22 Juli 1980 nama NV Lever's Zeepfabrieken Indonesia diganti menjadi PT Unilever Indonesia. Lalu pada 1 September 1980 Unilever mereorganisasi bisnisnya di Indonesia dengan melakukan merger antara PT Unilever Indonesia dengan NV Van den Bergh's Fabrieken Indonesia (pabrik margarin Blue Band), NV Calve Delft Indonesia (pabrik minyak), NV Maatschappij ter Exploitatie der Colibrifabrieken (pabrik kosmetik Colibri Surabaya), dan NV Oliefabriek Archa (pabrik minyak).[5][8][9][3] Restrukturisasi dan perubahan nama ini disusul pelepasan 15% saham PT Unilever Indonesia di Bursa Efek Jakarta pada 11 Januari 1982 yang menjadikannya perusahaan publik sampai sekarang.[10][11]

Pada tahun-tahun selanjutnya ekspansi dilakukan dengan mendirikan pabrik kosmetik Elida Gibbs di Rungkut, Surabaya (1983) sebagai pengganti pabrik Colibri;[3] akuisisi merek makanan/minuman lokal, yaitu SariWangi (teh, 1991), Kecap Bango (kecap manis, 2001), Taro (makanan ringan, 2003) dan Buavita serta Gogo (minuman jus, 2007); pembukaan pabrik baru di Cikarang, Bekasi pada 1995[10] sebagai pengganti pabrik Tubagus Angke; pembukaan pabrik es krim Wall's di tahun 1992 yang juga berlokasi di Cikarang;[1] maupun akuisisi beberapa merek produk pembersih (Molto, Superpell, Wipol, Trika, Sunclin, Trisol, KIFF, WC Fresh, Vixal) dari PT Yuhan Indojaya pada tahun 1998.[12][4][13] Ekspansi tersebut juga melahirkan beberapa perusahaan patungan yang sempat dimiliki, yaitu:

  • PT Anugrah Lever - didirikan pada tahun 2000 dan bergerak di bidang pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap dan saus dengan merek dagang Bango, Parkit, Sakura dan merek-merek lain. Pada mulanya PT AL didirikan sebagai joint venture bersama PT Anugrah Indah Pelangi dan Anugrah Damai Pratama yang merupakan pemilik lama Kecap Bango. Pada 9 Agustus 2007 Unilever mengakuisisi 35% saham sisa yang tidak dimilikinya di PT AL.[14] Perusahaan ini kemudian dilikuidasi.
  • PT Technopia Lever - didirikan pada tahun 2002 dari hasil patungan dengan Technopia Singapore Pte. Ltd. Technopia bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan menggunakan merk dagang Domestos NoMos.[15] Perusahaan ini kemudian dijual ke perusahaan Jepang Fumakilla pada tahun 2015 dan berganti nama menjadi PT Fumakilla NoMos.
  • PT Knorr Indonesia - diakuisisi pada 21 Januari 2004, sebelum kemudian dimerger dengan PT Unilever Indonesia pada 30 Juli 2004.[11] Perusahaan ini diakuisisi sebagai bagian dari akuisisi Unilever terhadap induk Knorr, CPC (Bestfoods) di AS. Adapun PT Knorr Indonesia didirikan pada tahun 1995 dengan pabrik berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat yang memproduksi makanan instan dan bumbu masak bermerek Knorr, Best Foods, Lady's Choice, Mazola dan Skippy.[16]
  • PT Kimberly-Lever Indonesia - lahir pada 2001 sebagai perusahaan patungan bersama Kimberly-Clark dengan produk berupa barang-barang dari kertas.[4] Perusahaan yang berdiri pada 1995 ini kemudian dijual kembali keseluruhan sahamnya ke Kimberly-Clark, dan selanjutnya dileburkan ke dalam PT Softex Indonesia pada 2021.

Selain itu, Unilever Indonesia juga memiliki perusahaan "saudara" yang memiliki kesamaan pengendalian di Indonesia, meliputi:

  • PT Unilever Enterprises Indonesia (sebelumnya bernama PT Sara Lee Body Care Indonesia Tbk dan PT Unilever Body Care Indonesia Tbk),[17] diakuisisi pada Juni 2010 seiring akuisisi bisnis toiletries global Sara Lee Corporation, AS oleh Unilever.[18] Perusahaan ini berdiri pada 11 Agustus 1962 dengan nama PT Prodenta Indonesia dan hasil produksinya dikenal dengan merek-merek seperti Zwitsal, She, Sanex, Prodent, Purol dan Brylcreem.[19][20] Pabriknya sendiri berlokasi di Jl. Raya Bogor Km. 27, Ciracas, Jakarta Timur. PT Unilever Enterprises Indonesia pernah tercatat di bursa efek dari 4 Desember 1984[21] hingga Oktober 2013 dengan kode emiten PROD.[22] Belakangan PT UEI dijadikan perusahaan perdagangan dengan produk meliputi penjernih air (PureIt), kelambu (Livopen) dan kosmetik (Lakme).[23]
  • PT Unilever Oleochemical Indonesia (Unioleo), berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, Sumatera Utara. Perusahaan ini didirikan pada 3 Januari 2012,[24] dengan pabriknya mulai beroperasi pada 26 November 2015 yang memakan investasi Rp 2 triliun. PT Unioleo merupakan pabrik pengolahan minyak kelapa sawit menjadi asam lemak, soap noodle dan gliserin yang dimanfaatkan untuk produksi produk toiletries dan pembersih Unilever di Indonesia maupun negara-negara lainnya.[25]
  • PT Unilever Trading Indonesia.[26]

Unilever Indonesia memenangkan 2005 Energi Globe Award untuk skema pengelolaan sampah mereka di desa-desa di dekat sungai Brantas di Surabaya. Skema ini melibatkan kompos, sampah organik dan daur ulang, dan telah menghasilkan peningkatan kualitas air setempat di sungai.[27]

Pada bulan Mei 2011, PT Unilever Indonesia Tbk mengumumkan akan menginvestasikan setidaknya £300 juta dalam 2 tahun ke depan untuk memperluas pabriknya di Indonesia.[28] Saat ini Unilever Indonesia telah mengoperasikan 9 pabrik yang mempekerjakan 4.000 karyawan dan memasarkan sekitar 40 merek[11] yang dibagi dalam dua divisi, yaitu home & personal care serta nutrition & ice cream. 9 pabrik tersebut terkonsentrasi di dua lokasi, yaitu Cikarang (Bekasi) dan Rungkut (Surabaya),[29] yang memproduksi 99% produk yang dipasarkan Unilever di Indonesia dan untuk ekspor.[26] Adapun kantor pusat Unilever Indonesia berada di BSD City, Tangerang yang diresmikan pada Juni 2017. Gedung ini menggantikan kantor pusatnya di Jl. Gatot Subroto, Jakarta yang ditempati sejak November 1994.[30]

Produk sunting

  • Sunsilk
  • Sunlight
  • Zwitsal (mantan produk Sara Lee)
  • Rinso
  • Lifebuoy
  • Wipol
  • Pepsodent
  • Vixal
  • Tresemme
  • Dove
  • Super Pell
  • Hijab Fresh
  • Sahaja
  • Nameera
  • Lux
  • Love Beauty and Planet
  • Molto
  • Molto Trika
  • Korea Glow
  • Pond's
  • Rexona
  • Glow & Lovely (sebelumnya bernama Fair & Lovely)
  • Vaseline
  • Cif
  • Citra
  • Lipton
  • AXE
  • Clear
  • Closeup
  • Buavita (mantan produk Ultrajaya)
  • Royco
  • Jawara
  • Bango
  • Sariwangi
  • Wall's
    • Cornetto
    • Vienetta
    • Paddle Pop
    • Feast
  • dll.

Mantan Produk sunting

  • Blue Band (margarin, kini produk Upfield)
  • Minyak Samin Cap Onta (kini produk Upfield)
  • Hazeline (kosmetik)
  • Bris (sabun mandi)
  • Delfia (minyak goreng)
  • Signal (pasta gigi)
  • Sunclin (pemutih pakaian, dihentikan pada tahun 2004)
  • Vim/Kif/Kiff (bubuk pembersih)
  • Domestos (pembersih)
  • Domestos Nomos (insektisida)
  • WC Fresh (pembersih)
  • Surf (deterjen)
  • She (toiletries, dihentikan pada tahun 2013, eks-merek Sara Lee)
  • Brut (toiletries)
  • Taro (makanan ringan, kini produk FKS Food)
  • Superbusa (sabun cuci)
  • Dimension (shampo)
  • Organics (shampo)
  • Viso (deterjen)
  • Tara Nasiku (nasi instan)
  • Mie & Me (mi instan)
  • St. Ives (toiletries)
  • Vinolia (toiletries)
  • Timotei (shampo)
  • Brisk (minyak rambut)
  • Brylcreem (minyak rambut, eks-merek Sara Lee)
  • Clinic (shampo)
  • Le Sancy (sabun mandi)
  • Mentadent (pasta gigi)
  • Mentasol (pasta gigi)
  • Zendium (pasta gigi)
  • Impulse (deodoran)
  • Denim (minyak wangi)
  • Cuddle (produk perawatan bayi)
  • Comfort (pelembut pakaian)
  • Omo (deterjen, sabun colek)
  • Flora (minyak goreng)
  • PureIt (penjernih air)
  • Elida (kosmetik)
  • Colibrita (kosmetik)
  • Air Mata Duyung (minyak rambut)
  • Erasmic (minyak rambut)
  • Serimpi (minyak rambut)[31][32]
  • Trisol (karbol wangi)
  • Eks-merek Kimberly-Clark: Kotex, Scott, Kleenex, Huggies, Trentis (sekarang diproduksi oleh Softex Indonesia)[4]
  • Purol (bedak, eks-merek Sara Lee)

Referensi sunting

Pranala luar sunting