Tes Apersepsi Tematik

Tes Apersepsi Tematik adalah sebuah tes psikologi yang dikembangkan oleh Henry Alexander Murray bersama dengan Christiana Morgan pada tahun 1935.[1] Pengembangan Tes Apersepsi Tematik dilakukan di Universitas Harvard.[2] Tujuan dari pembuatan Tes Apersepsi Tematik adalah untuk mengungkap dinamika kepribadian yang ada di dalam hubungan interpersonal dan apersepsi individu tentang lingkungan.[3]

Awal pengembangan

sunting

Pengembangan awal dari Tes Apersepsi Tematik dilakukan oleh Christiana Morgan dan Henry Alexander Murray. Gagasan yang mengawalinya adalah adanya kemungkinan bahwa materi yang ambigu atau tidak terstruktur dapat membuat individu menampilkan perasaan dan kebutuhannya.[4] Pandangan ini merupakan pendapat dari para ahli psikoanalisa yang didukung oleh Murray. Pendapat ini menyatakan bahwa penyelidikan atas alam ketidaksadaran manusia lebih memudahkan dalam pemahaman mengenai kepribadiannya.[5]

Materi

sunting

Materi yang digunakan dalam Tes Apersepsi Tematik pada awal penerbitannya adalah kartu dengan jumlah sebanyak 20 kartu. Sebanyak 19 kartu memiliki gambar sedangkan satu kartu sisanya tidak memiliki gambar.[6] Gambar-gambar yang ada di dalam kartu-kartu tersebut memuat cerita kehidupan yang penting dari satu atau dua orang. Beberapa gambar menampilkan cerita yang lebih abstrak.[7]

Pelaksanaan

sunting

Tes Apersepsi Tematik termasuk salah satu jenis tes proyektif.[8] Tes proyektif termasuk sulit dilakukan karena hanya mengumpulkan data mengenai kepribadian seseorang yang sudah tetap atau sulit diubah. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian motivasional. Pelaksanaannya harus dilakukan oleh para profesional yang telah terlatih.[9] Pekerjaan ini umumnya dilakukan oleh psikolog. Psikolog meminta individu untuk menjelaskan cerita yang ada di dalam gambar yang ambigu. Kepribadian dan perilaku individu tersebut disimpulkan oleh psikolog menggunakan hasil penafsiran dari individu.[10]

Kegunaan

sunting

Tes Apersepsi Tematik digunakan untuk mengetahui kebutuhan dari individu sekaligus tekanan yang dialami olehnya.[11] Penafsiran seseorang atas gambar-gambar yang ada pada Tes Apersepsi Tematik bersifat mewakili kepribadian dirinya.[12] Tes Apersepsi Tematik digunakan pada psikologi klinis untuk memberikan keleluasaan jawaban atas pertanyakan yang diajukan kepada pasien.[13]

Tes Apersepsi Tematik juga dapat digunakan untuk memilih seseorang yang layak menempati posisi kepemimpinan atau pejabat di bidang manajemen. Jenis kepribadian yang diukur berupa keinginan-keinginan. Beberapa jenis keinginan perlu diketahui dalam hal ini adalah keinginan untuk berprestasi, keinginan untuk berkuasa dan keinginan untuk membentuk afiliasi.[14]

Selain itu, Tes Apersepsi Tematik juga dapat digunakan untuk keperluan penelitian.[15] Tes Apersepsi Tematik termasuk salah satu jenis tes psikologi yang mampu memberikan diagnosis mengenai kelainan kepribadian skizoid.[16]

Referensi

sunting
  1. ^ Schultz, D. P., dan Schultz, S. E. (2017). Theories of Personality (PDF) (edisi ke-11). Boston: Cengage Learning. hlm. 18. ISBN 978-1-305-65295-8. 
  2. ^ Setiyawan (2017). "Kepribadian Atlet dan Non Atlet". Jendela Olahraga. 2 (1): 115. 
  3. ^ Nastiti, Dwi (2018). Sartika, S. B., dan Multazam, M. T., ed. Thematic Apperception Test dan Children Apperception Test. Sidoarjo: UMSIDA Press. hlm. 1. ISBN 978-602-5914-22-5. 
  4. ^ Hustinawaty, dkk. (2016). Pengembangan Karakter Unggulan dan Komunikasi Efektif sebagai Sistem Analis (PDF). Penerbit Gunadarma. hlm. 1–13. ISBN 978-602-9438-56-7. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-02-04. Diakses tanggal 2022-03-10. 
  5. ^ Yusnidar, dan Suriati, I. (2020). Buku Ajar Psikologi Kebidanan (PDF). Palopo: LPPI UM Palopo. hlm. 9. ISBN 978-623-93776-3-2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-02-04. Diakses tanggal 2022-03-10. 
  6. ^ Nur'aeni (2012). Tes Psikologi: Tes Inteligensi dan Tes Bakat (PDF). Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah (UM) Purwokerto Press dan Pustaka Pelajar. hlm. 32. 
  7. ^ Kurniawan, A. W., dkk. (2021). Psikologi Olahraga (PDF). Tulungagung: Akademia Pustaka. hlm. 196. ISBN 978-623-6364-26-0. 
  8. ^ Sidiq, Rd. Siti Sofro (2013). Ihsan, ed. Sosiologi-Antropologi dan Perilaku Kesehatan (PDF). Pekanbaru: Alaf Riau Publishing. hlm. 124.  [pranala nonaktif permanen]
  9. ^ Hasan, Fuad (2020). Metode Riset Bisnis (PDF). Bangkalan: UTM Press. hlm. 59. ISBN 978-602-6378-73-6. 
  10. ^ Kawiana, I Gede Putu (2020). Manajemen Sumber Daya Manusia “MSDM” Perusahaan (PDF). Denpasar: UNHI Press Publishing. hlm. 132. ISBN 978-623-7963-03-5. 
  11. ^ Ridho, Edwin (2018). "Self Management untuk Meningkatkan Perilaku Minum Obat pada Pasien Gangguan Skizofrenia" (PDF). Prosiding Seminar Nasional Psikologi: Membangun Masyarakat Indonesia Berkarakter dan Sejahter di Era Milenium, Harapan dan Tantangan Masa Depan: 3. ISBN 978-602-361-250-5. 
  12. ^ Desiningrum, Dinie Ratri (2016). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus (PDF). Yogyakarta: Psikosain. hlm. 63. 
  13. ^ Riskasari, W., dkk. (2016). Psikologi Klinis Kelautan: Kasus-kasus dalam Bidang Klinis (PDF). Surabaya: Hang Tuah University Press. hlm. 107. ISBN 978-979-3153-92-6. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-02-04. Diakses tanggal 2022-03-10. 
  14. ^ Syafri, W., dan Alwi (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Publik (PDF). Sumedang: Institut Pemerintahan Dalam Negri (IPDN) Press. hlm. 56. ISBN 978-602-70587-1-2. 
  15. ^ Rosyidi, Hamim (2015). Psikologi Kepribadian: Paradigma Traits, Kognitif, Behavioristik dan Humanistik (PDF). Surabaya: Jaudar Press. hlm. 162. ISBN 978-602-18042-2-3. 
  16. ^ Kartini, Sri (2009). Gangguan Kepribadian. Semarang: Aneka Ilmu. hlm. 37. ISBN 978-979-070-126-7.