Tar (residu tembakau)

Tar adalah partikulat di dalam udara yang masuk ke dalam sistem pernapasan ketika seseorang menghisap produk tembakau, seperti rokok, cerutu, dan tembakau linting yang sedang terbakar.[1] tar kadang digunakan sebagai akronim dari total aerosol residue[2] karena mengacu pada total partikulat yang ada di dalam asap hasil pembakaran produk tembakau tersebut. Jika dibandingkan, tar yang terkandung di dalam cerutu jauh lebih tinggi bila dibandingkan yang terkandung di dalam rokok secara umum, baik rokok biasa, rokok linting, maupun rokok kretek.[3]

Tar merupakan kumpulan senyawa kimia organik dan anorganik yang sebagian besar terdiri dari nitrogen, oksigen, hidrogen, karbon dioksida, dan berbagai jenis senyawa organik mudah menguap (Volatile Organic Compounds (VOCs) dan Semi Volatile Organic Compounds (SVOCs)).[4] Tar mengandung sebagian besar senyawa yang bersifat mutagenik (menyebabkan mutasi genetik) dan karsinogenik (menyebabkan kanker) di dalam asap hasil pembakaran produk tembakau. Karsinogen yang ada di dalam asap pembakaran tersebut dapat dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu senyawa Policyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan Tobacco-Specific Nitrosamines (TSNAs).

Benzo[a]pyrene (BaP) adalah salah satu senyawa PAHs yang ditemukan di dalam tar dan merupakan salah satu karsinogen yang sangat kuat.[5] Golongan PAHs merupakan karsinogen yang bersifat genotoksik (menyebabkan proses mutasi genetik yang tidak menimbulkan kerusakan pada rantai DNA tetapi menimbulkan perubahan susunan dari urutan basa nitrogen) melalui proses epoksidasi[6] (reaksi oksidasi ikatan rangkap oleh oksigen aktif yang membentuk senyawa epoksida). PAHs sendiri merupakan produk dari pembakaran tidak sempurna. Tidak hanya dari pembakaran produk tembakau, PAHs dapat ditemukan dari hasil pembakaran tidak sempurna lainnya, seperti bahan bakar, kayu, lilin, hingga makanan.[7]

Untuk TSNAs, tar ditemukan mengandung empat senyawa golongan nitrosamin ini, yaitu N’-nitrosonornicotine [NNN], 4-(N-methyl- N-nitrosamino)-1-(3-pyridyl)-1-butanone [NNK], N’- nitro-soanatabine [NAT], dan N’-nitrosoanabasine [NAB]. Pembentukan senyawa TSNAs terjadi ketika proses pembakaran terjadi. Kandungan nitrat dalam produk tembakau akan meningkatkan nitrogen oksida ketika dibakar yang kemudian akan bereaksi dengan senyawa alkaloid (termasuk nikotin dan turunannya) yang kemudian membentuk berbagai senyawa TSNAs tersebut.[8]

Dalam bentuk yang terkondensasi, tar adalah cairan lengket berwarna coklat yang dapat membuat jari, kuku, dan gigi orang yang menghisap produk tembakau yang dibakar berwarna kuning kecoklatan. Tar yang telah terkondensasi juga akan menempel pada paru-paru. Seiring berjalannya waktu, paru-paru sehat berwarna merah muda akan berubah warna menjadi abu-abu dan pada akhirnya menjadi hitam ketika semakin banyak tar yang terakumulasi.[1][9]

Efek pada kesehatan sunting

Tar bersifat toksik dan merusak paru-paru melalui berbagai proses biokimia dan mekanis.[10] Ketika masuk ke dalam paru-paru, tar akan membalut sel-sel halus atau silia di dalam paru-paru, membuatnya berhenti bekerja dan pada akhirnya mati. Paru-paru akan terpapar zat-zat karsinogen yang ada di dalam tar karena silia tidak dapat lagi memerangkap partikel-partikel racun dan membuatnya dapat langsung memasuki alveoli. Alveoli adalah kantung kecil di dalam paru-paru yang memungkinkan oksigen dan karbon dioksida untuk bergerak di antara paru-paru dan aliran darah. Paparan terhadap karsinogen ini akan menyebabkan terjadinya mutasi DNA di dalam sel yang dapat menyebabkan kanker. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berjudul “Tobacco Smoke and Involuntary Smoking”, 90 persen dari kasus kanker paru-paru disebabkan oleh karsinogen yang ada di dalam produk tembakau yang dibakar.[11] Selain itu, tar juga mempersempit bronkiolus di dalam paru-paru dan memengaruhi penyerapan oksigen ke dalam tubuh.[12]

Efek kesehatan yang diakibatkan paparan tar tidak hanya berhenti di paru-paru. Partikel-partikel racun yang telah masuk ke dalam paru-paru kemudian dapat memasuki aliran darah dan dapat menempel di bagian lain di dalam tubuh. Tar dapat berdampak pada organ tubuh mana pun. Di luar kanker, paparan tar dapat menyebabkan penyakit jantung, diabetes, dan memengaruhi kesuburan. Selain itu, karena penggunaan produk tembakau yang dibakar adalah dengan dihisap melalui mulut, paparan tar dapat mengakibatkan pembusukan gigi, penyakit gusi, penurunan sensitivitas indera pengecap, bahkan kanker mulut.[9]

Tar dan secondhand smoke (SHS) sunting

Paparan terhadap tar tidak hanya terjadi pada mereka yang membakar dan menghisap rokok, cerutu, atau tembakau linting yang sedang dibakar tetapi juga pada mereka yang menghisap asap hasil pembakaran produk tembakau tersebut. Asap hasil pembakaran produk tembakau ini umum dikenal sebagai secondhand smoke (SHS). SHS adalah gabungan dari asap sidestream (yaitu asap yang dihasilkan rokok, cangklong, atau cerutu ketika dibakar tetapi tidak sedang dihisap) dan mainstream (asap yang dihembuskan oleh pengguna setelah terhirup paru-paru). SHS dapat memapar siapapun yang berada di lingkungan yang sama ketika pembakaran produk tembakau terjadi. Orang-orang di luar pengguna produk tembakau “aktif” yang terpapar SHS kemudian disebut lazim dikenal sebagai perokok pasif.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa perokok pasif sama-sama terpapar tar dan senyawa-senyawa kimia berbahaya yang terkandung di dalamnya.[13] Konsentrasi senyawa berbahaya dalam SHS lebih tinggi jika dibandingkan dengan asap mainstream yang dihirup oleh perokok. Kandungan tar dalam SHS bahkan dapat mencapai tiga kali lipat.[14] Ini menyebabkan perokok pasif memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi akibat paparan tar dibandingkan mereka yang menggunakan produk tembakau secara aktif.

Tar dan thirdhand smoke (THS) sunting

Seperti telah dijelaskan di bagian sebelumnya, kandungan tar yang merupakan kumpulan senyawa berbahaya bersifat karsinogenik adalah PAHs dan TSNAs. Senyawa-senyawa berbahaya ini ternyata tidak menghilang ketika produk tembakau dimatikan, tetapi menetap di sekitar tempat pembakaran terjadi dan pada orang yang terpapar asap dari hasil pembakaran tersebut, baik aktif maupu pasif. Residu atau sisa hasil pembakaran tar ini merupakan bagian dari senyawa-senyawa yang akan membentuk thirdhand smoke (THS).

Third-hand smoke (THS) adalah polutan yang muncul setelah SHS dilepaskan ke udara. THS tidak hanya berbentuk asap tetapi kumpulan residu sisa pembakaran tembakau berbentuk gas dan partikulat padat seperti tar yang kemudian melekat pada berbagai benda yang terpapar SHS, seperti rambut, kulit, baju, perabotan, tirai, tembok, karpet, debu, kendaraan, dan permukaan lainnya. Tar dalam THS dapat terlepas kembali ke udara dan bereaksi dengan oksidan dan senyawa lain di lingkungan dan membentuk polutan-polutan baru.[15] Sebagai contoh, dalam THS ditemukan satu senyawa TSNAs yang tidak ditemukan dalam asap SHS, yaitu 4-(methylnitrosamino)-4-(3-pyridyl) butanal (NNA). NNA merupakan hasil reaksi senyawa TSNAs yang ditemukan di dalam tar dengan asam nitrit HONO. Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa konsentrasi TSNAs dari tar dalam THS justru akan meningkat seiringnya waktu.[16]

Dari berbagai hasil penelitian, ditemukan bahwa tiga kumpulan senyawa utama yang ada dalam THS adalah nikotin, PAHs dan TSNAs.[17][18] Walaupun reaksi kimia yang terjadi tidak dapat dipastikan karena dipengaruhi banyak faktor lingkungan, dapat dilihat bahwa tar dan nikotin tidak hilang bersama asap hasil proses pembakaran produk tembakau tetapi justru menetap dan menjadi partikulat-partikulat di dalam THS.[15]

Berbagai studi menunjukkan bahwa senyawa-senyawa kimia dalam tar yang berubah bentuk menjadi THS dapat menetap dalam waktu yang lama, bahkan hingga berbulan-bulan setelah pembakaran produk tembakau terjadi. Berbeda dengan paparan SHS, baik pengguna produk tembakau maupun non pengguna dapat terkena paparan THS tidak hanya melalui jalur pernapasan, tetapi juga pencernaan dan kontak kulit. Bayi, anak kecil, dan orang dewasa non pengguna produk tembakau dapat terpapar tar melalui THS walaupun tidak terpapar asap hasil pembakaran secara langsung. Paparan terhadap THS akan meningkatkan risiko terkena penyakit dan gangguan kesehatan yang diakibatkan pembakaran produk tembakau pada umumnya dan tar pada khususnya.[19]

Referensi sunting

  1. ^ a b Scollo, MM and Winstanley, MH. Tobacco in Australia: Facts and issues. Melbourne: Cancer Council Victoria; 2018. Available from www.TobaccoInAustralia.org.au
  2. ^ "Cigarette Manufacturer and Production - British American Tobacco Malaysia - Tar and Nicotine". Archived from the original on 2007-12-23.
  3. ^ National Cancer Institute. Cigar Smoking and Cancer. Retrieved Oct 17, 2018.
  4. ^ US Department of Health, Education and Welfare. Smoking and Health: A report of the Surgeon General. US Department of Health, Education and Welfare, Public Health Service, Office of the Assistant Secretary for Health, Office on Smoking and Health, 1979. DHEW Publication no (PHS) 79-50066
  5. ^ Centers for Disease Control and Prevention (US); National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion (US); Office on Smoking and Health (US). How Tobacco Smoke Causes Disease: The Biology and Behavioral Basis for Smoking-Attributable Disease: A Report of the Surgeon General. Atlanta (GA): Centers for Disease Control and Prevention (US); 2010. 3, Chemistry and Toxicology of Cigarette Smoke and Biomarkers of Exposure and Harm.
  6. ^ Luch, A. (2005), The Carcinogenic Effects of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons, Imperial College Press, ISBN 1-86094-417-5
  7. ^ Rengarajan, T., Rajendran, P., Nandakumar, N., Lokeshkumar, B., Rajendran, P., & Nishigaki, I. (2015). Exposure to polycyclic aromatic hydrocarbons with special focus on cancer. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 5(3), 182-189.
  8. ^ Harris, J. E. (2001). Smoke yields of tobacco-specific nitrosamines in relation to FTC tar level and cigarette manufacturer: analysis of the Massachusetts Benchmark Study. Public Health Reports, 116(4), 336–343.
  9. ^ a b Martin, Terry. (2018). Cigarette Tar and How It Can Hurt You: The Toxic Chemicals in Cigarettes. Very Well Mind. Retrieved Oct 17, 2018.
  10. ^ Nicole Wolverton (Sep 2, 2010), Effects of Tar in Cigarette Smoke, Livestrong. Retrieved Jan 16, 2013
  11. ^ Hornby, Sydney. "The Effects of Tar in Smoking".
  12. ^ National Health Service, Scottish Government. Tobacco. Retrieved Oct 17, 2018.
  13. ^ American Thoracic Society. 2013. What is Second and Third-hand Smoke? Retrieved Oct 17, 2018.
  14. ^ Stop Smoking Center. Second Hand Smoke. Retrieved Oct 17, 2018.
  15. ^ a b "EHP – Thirdhand Tobacco Smoke: Emerging Evidence and Arguments for a Multidisciplinary Research Agenda".ehp.niehs.nih.gov. Retrieved 2015-04-17.
  16. ^ Jacob, et al. (2016). Thirdhand Smoke: New Evidence, Challenges, and Future Directions. Retrieved October 17, 2018.
  17. ^ Canterbury District Health Board. (2016). Third-hand tobacco smoke exposure and implications for public health.
  18. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-27. Diakses tanggal 2019-02-27. 
  19. ^ "Thirdhand smoke: What are the dangers to nonsmokers? - Mayo Clinic". www.mayoclinic.org. Retrieved 2015-04-17.