Sinyal semafor kereta api

Semafor ini merupakan bentuk sinyal kereta api pertama. Sinyal Semafor diperagakan oleh sebuah tiang yang memiliki lengan yang bisa memutar dan akan menunjukan sinyal kepada masinis. Sinyal ini dipatenkan oleh Joseph James Stevens dan hingga saat ini telah menjadi sinyal mekanis yang paling sering digunakan di berbagai negara.

Sinyal semafor di Stasiun Surabaya Kota pada 2005

Sejarah

sunting
 
Salah satu bentuk sinyal semafor kereta api

Semafor sebagai sinyal kereta api pertama kali diterapkan oleh Charles Hutton Gregory pada jalur rel yang menghubungkan London dan Croydon (sekarang bernama jalur kereta London Brighton dan South Coast) di New Cross, London tenggara, pada tahun 1842. Akhirnya sinyal ini digunakan di sepanjang rel kereta di area tenggara.[1] Ide ini dikemukakan oleh John Urpeth Rastick kepada Gregory. Akhirnya sinyal semafor ini digunakan di seluruh rel kereta api di Inggris pada tahun 1870. Lalu diadaptasi oleh Amerika Serikat pada tahun 1908.[2]

Bentuk

sunting

Komponen

sunting

Lengan semafor terdiri dari dua bagian yaitu; bagian pertama yang terdiri dari kayu atau besi di mana mempunyai poros di berbagai titik dan sebuah bingkai yang menyangga lensa berwarna berbentuk lingkaran, yang akan menyala sebagai bagian penggunaan sinyal. Kedua bagian tersebut akan dikombinasikan ke dalam satu rangkaian.

Penggunaan lensa ini akan dikombinasikan dengan lampu pijar atau lampu minyak agar bisa menyala. Namun pada masa sekarang lampu yang digunakan sudah menggunakan lampu listrik.

Bahan-bahan yang biasanya digunakan dalam membuat pos sinyal untuk sinyal semafor adalah kayu, pipa baja, kisi baja dan beton. Rel kereta api di Tenggara Inggris biasanya juga terbuat dari rel yang sudah tua atau tidak terpakai lagi.

Sinyal dua posisi dan tiga posisi

sunting

Sinyal semafor pertama memiliki lengan yang bisa menunjuk ke tiga posisi. Jika lengan membentuk horizontal berarti “bahaya”, jika condong sejauh 45 derajat berarti “perhatian” dan jika membentuk vertikal maka berarti “bersih”. Yang berarti jalur rel bersih dari kereta lain dan aman untuk dilewati. Namun akhirnya tiga posisi ini digantikan hanya dengan dua posisi, yaitu jika lengan condong 45 derajat maka berarti “perhatian” dan jika dalam posisi vertikal berarti “bersih”. Dan penggantian ini pun diterapkan di seluruh Inggris.

Warna dan bentuk lengan

sunting
 

Merah digunakan sebagai warna terbaik untuk lengan semafor karena mencolok dan kontras dengan latar belakang sekitarnya. Biasanya agar semakin mudah terlihat, akan ditambahkan tanda-tanda dengan warna lain yang kontras seperti garis atau titik. Bagian belakang lengan biasanya berwarna putih dengan tanda hitam. Jika ternyata latar belakang yang ada juga dapat mengaburkan warna lengan, maka biasanya akan ditambahkan papan (biasanya berwarna putih) untuk makin membuat lengan kontras dan mencolok.

Pada tahun 1872, lengan pada semua sinyal masih berwarna merah. Baru pada tahun 1920, perusahaan kereta api Inggris mewarnai sinyal jarak menjadi warna kuning sementara sinyal berhenti tetap berwarna merah. Yang terus digunakan hingga saat ini adalah merah sebagai tanda berhenti, kuning sebagai sinyal jarak dan sinyal hijau jika lengan dalam keadaan mati atau “off”. Tetapi walau begitu penggunaan warna lainnya masih terjadi di negara-negara lain.

Cara kerja

sunting

Sinyal semafor dioperasikan oleh motor listrik atau hidraulik. Hal tersebut membuat sinyal tersebut dapat dikendalikan dari jarak jauh, atau sinyal tersebut dapat bergerak secara otomatis. Sinyal semafor juga dibuat dengan antisipasi sedemikian rupa hingga jika tenaga listrik yang mendukung sinyal tersebut mati atau rusak, maka lengan sinyal akan bergerak mengikuti gravitasi ke posisi horizontal.

Referensi

sunting
  1. ^ Dendy Marshall, C.F., revised by R.W. Kidner (1963). A History of the Southern Railway. London: Ian Allan. p. 50..
  2. ^ Turner, J.T. Howard (1978). The London Brighton and South Coast Railway: 1. Origins and Formation. London: Batsford. p. 166.ISBN 071340257X.

Pranala luar

sunting