Simon sang Penyihir

(Dialihkan dari Simon Magus)

Simon sang Penyihir atau Simon Magus adalah seorang pendiri aliran Gnostik di Samaria yang dikenal dengan nama Simonian.[1] Kata 'magus' dalam namanya berasal dari kata 'magician' yang berarti penyihir.[1] Ia hidup pada awal abad pertama Masehi.[2]

Peter's conflict with Simon Magus by Avanzino Nucci, 1620. Simon is on the right, dressed in black.

Riwayat Hidup

sunting

Simon Magus dikenal sebagai penyihir pada abad pertama dan pendiri salah satu sekte kekristenan.[2] Ia adalah seorang penyihir yang menakjubkan masyarakat, sehingga membuat masyarakat menjadi percaya kepadanya dan berkata:"Orang ini adalah kuasa Allah yang terkenal sebagai Kuasa Besar".[3] Namun, sekarang mereka percaya kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang kerajaan Allah, dan Simon Magus juga telah menjadi percaya dan dibaptis oleh Filipus di Samaria.[3] Ketika ia melihat bahwa Filipus dapat memberikan Roh Kudus melalui penumpangan tangannya, ia kemudian menawarkannya uang untuk menukarnya dengan kuasa Roh Kudus.[3]

Sumber-Sumber

sunting

Yustinus Martir

sunting

Yustinus Martir mengatakan Simon Magus adalah seorang Samaria yang asli dari desa Gitta (tidak jauh dari Nablus modern), yang hidup pada zaman pemerintahan Kaisar Klaudius.[4] Yustinus mengatakan masyarakat Samaria saat itu berada dalam kepercayaan yang salah.[4] Mereka mengatakan Simon adalah Tuhan.[4]

Hippolitus

sunting

Dalam karyanya Philosophumena Hippolitus mengutip panjang dari suatu dokumen bernama Apophasis Megale ("Wahyu Agung") yang diyakininya ditulis oleh Simon Magus sendiri, selain mengutip dari tulisan Irenaeus (yang merupakan kutipan dari Syntagma tulisan Yustinus Martir yang sekarang hilang).

Menurut Hippolitus, murid-murid Simon Magus merayakan ritual sihirnya dan mereka berusaha untuk mengeluarkan mantra.[4] Simon menipu banyak orang melalui sihirnya, kemudian ditegur oleh para rasul Kristus, dan meletakkannya di bawah kutukan.[4] Akan tetapi, Simon kemudian meninggalkan kepercayaan Kristen dan menjadi penyihir lagi.[4] Dan perjalanannya ke Roma, Simon kembali berkonflik dengan para rasul.[4] Rasul Petrus menghadapinya dan menegurnya (yang juga dicatat dalam apokrifa dan literatur Pseudo-Clementine):

Sampai ia datang di Roma juga dan Until he came bertikai dengan para Rasul. Petrus melawannya dalam beberapa peristiwa. Akhirnya ia datang [. . .] dan mulai mengajar dengan duduk di bawah sebuat pohon datar. Ketika ia akan dibuka kedoknya, ia berkata, supaya mengulur waktu, bahwa jika ia dikuburkan hidup-hidup, ia akan bangkit lagi pada hari ketiga. Karenanya ia minta sebuah liang kubur digali oleh para muridnya dan ia dikuburkan di dalamnya. Mereka melakukan apa yang disuruhkannya, tetapi ia tetap berada di dalam kubur sampai sekarang: karena ia bukan Kristus.[5]

Simoni

sunting

Simoni adalah praktik jual-beli jabatan di dalam gereja yang mulai berkembang setelah penghambatan kekaisaran Roma berakhir atas gereja.[6] Praktik ini banyak terjadi pada masa Abad Pertengahan.[6] Pada kemudian hari, praktik ini dilarang di dalam gereja.[6] Istilah simoni berasal dari nama Simon Magus.[4][6][7] Hal itu disebabkan Simon Magus berkeinginan untuk menukarkan uang dengan kemampuan untuk melakukan mujizat, walaupun ia telah dibaptis menjadi seorang Kristen.[7]

Referensi

sunting
  1. ^ a b Steven A. Haggmark and Arland J. Hultgren(editors). 1996. The Earliest Christian Heretics. U.S.A.: Fortress Press Minneapolis. Hlm.15.
  2. ^ a b Lavinia Cohn-Sherbok. 2002. Who's Who in Christianity. London and New York: Routledge. Hlm.274-275.
  3. ^ a b c Lembaga Alkitab Indonesia. 1997. Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. Kisah Para Rasul 8:9-24.
  4. ^ a b c d e f g h David W. Bercot(editor). 1999. A Dictionary of Early Christian Beliefs. Massachusetts: Hendrickson Publisher. Hlm. 614-616.
  5. ^ Hippolytus, Philosophumena, 6, 15.
  6. ^ a b c d F.D. Wellem. 2006. Kamus Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm 424-425.
  7. ^ a b Simon Magus, W.R.F Browning. 2008. Kamus Alkitab. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Hlm.412.