Sembahyang Kubur, dalam Bahasa Tionghoa disebut sǎomù (掃墓) adalah suatu tradisi orang Tionghoa mengunjungi dan membersihkan makam leluhur, orang tua atau keluarga. Selain itu, sembahyang kubur juga menjadi momen berkumpul bersama keluarga dan sanak saudara.

Sembahyang Kubur

Penamaan dalam berbagai bahasa sunting

Oleh masyarakat Tionghoa Peranakan, tradisi ini dinamakan maibong. Dalam Bahasa Hakka, sembahyang kubur dikenal dengan istilah Kua Ci (掛紙).

Aktivitas sunting

Pada umumnya sembahyang Qingming/Cheng beng dilakukan pada Festival Qingming (清明節), namun ada juga sebagian orang Tionghoa di berbagai tempat yang melakukan sembahyang kubur selain pada saat festival Qingming. Selain di Daratan Tiongkok, sembahyang kubur juga dilakukan di Taiwan, Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia, dan negara-negara yang terdapat orang Tionghoanya.

Di Indonesia, sembahyang kubur dilakukan 2 kali dalam setahun, yaitu pada saat festival Qingming dan pertengahan bulan 7 dalam kalender Tionghoa atau yang dikenal dengan 七月半 (pinyin: qī yuè bàn), Chit Nyiat Pan (Hakka), Chi Gwe Pua (Hokkien). Sembahyang kubur pada festival Qingming dilakukan selama 15 hari dengan festival Qingming sebagai hari terakhir atau puncak perayaannya, sedangkan sembahyang kubur pada pertengahan bulan 7 dimulai dari tanggal 1 sampai 15 kalender Tionghoa. Bulan ke-7 dalam kalender Tionghoa disebut sebagai Bulan Hantu. Pada hari ke-15 atau pertengahan bulan 7 kalender Tionghoa, diadakan perayaan untuk memberi makan kepada arwah-arwah yang tidak ada keluarga atau yang ditelantarkan oleh keluarganya.