"Satrio Piningit" dalam Bahasa Jawa dapat diterjemahkan sebagai "Ksatria yang disembunyikan," dengan Hanacaraka Jawa: ꦱꦠꦿꦶꦪꦺꦴ ꦥꦶꦤꦶꦔꦶꦠ꧀. Tokoh ini muncul dalam ramalan Prabu Jayabaya, seorang raja yang pernah memerintah di Nusantara Indonesia. Masyarakat Indonesia meyakini bahwa Satrio Piningit memiliki kesaktian atau pengetahuan yang melebihi zamannya, sebagaimana dijelaskan dalam sumber.[1]

Kisah tentang Satrio Piningit masih dipercayai oleh sebagian besar masyarakat Jawa, khususnya di Pulau Jawa, secara turun-temurun dari leluhur dan nenek moyang mereka. Satrio Piningit dikatakan sebagai putra "Bathara Indra," dengan paras seperti Kresna, watak seperti Baladewa, dan bersenjatakan Trisulaweda.

Dalam cerita lain yang disampaikan oleh Prabu Siliwangi, raja terakhir Sunda dari Pajajaran, Satrio Piningit sepadan dengan Budak Angon atau "Anak Pengembala"[2]. Kedatangan Satrio Piningit atau budak angon yang menggembalakan daun kering dan ranting memiliki banyak interpretasi. Beberapa kalangan masyarakat melihat ini sebagai upaya Satrio Piningit untuk mengumpulkan persoalan-persoalan dan solusi guna mendirikan "Ratu Adil," yaitu kepercayaan terhadap kepemimpinan adil bagi seluruh umat manusia dan semesta alam.

Dalam pandangan masyarakat, Ratu Adil dianggap sebagai pemimpin yang akan merestorasi sistem kepemimpinan yang sebelumnya semena-mena, membawa bangsa dan negara ke zaman baru. Syair lagu kuno dan pandangan dari Sunan Kalijaga, tokoh penyebar agama Islam di Nusantara, juga menggambarkan makna dalam kisah ini.[3]

Sunan Kalijaga menyatakan bahwa bocah angon mencoba memanjat pohon belimbing untuk mengambil buahnya. Buah belimbing yang berbentuk bintang dengan lima arah diinterpretasikan sebagai kelima rukun Islam. Beberapa pandangan juga menyatakan bahwa bintang tersebut dapat dimaknai sebagai nabi umat Islam, Muhammad, sementara buahnya mencerminkan sifaturrosul, yaitu benar, dipercaya, menyampaikan, dan bijaksana.[4]

Pandangan mengenai apa yang digembalakan oleh bocah angon bervariasi di kalangan masyarakat. Namun, tiga tokoh di atas memberikan pandangan yang memiliki referensi akurat dalam menafsirkan kisah Satrio Piningit.

Catatan kaki sunting

  1. ^ Fatkhan, Muh (2020-06-11). "SOSOK RATU ADIL DALAM RAMALAN JAYABAYA". Refleksi: Jurnal Filsafat dan Pemikiran Islam. 19 (2): 241. doi:10.14421/ref.2019.1902-07. ISSN 2548-4745. 
  2. ^ Darmawan., Tri Budi Marhaen (2007). Perjalanan spiritual menelisik jejak satrio piningit : jalan setapak menuju Nusantara jaya. Cipta Karya Multimedia. ISBN 978-979-17582-0-8. OCLC 271921767. 
  3. ^ Nitanegara, Bening (2013). "The attitudes of Javanese youth toward the Lir ilir Song". PsycEXTRA Dataset. Diakses tanggal 2021-08-27. 
  4. ^ Gharib., al-Baghdadiy, Muhammad (1994). Nabi Muhammad. Penerbitan Al-Ramadhan. ISBN 983-040-023-9. OCLC 850548376.