Sandal

jenis alas kaki

Sandal adalah salah satu model alas kaki yang terbuka pada bagian jari kaki. Bagian alas (sol) dihubungkan dengan tali atau sabuk yang berfungsi sebagai penjepit (penahan) di bagian jari, punggung kaki, ataupun pergelangan kaki agar sandal tidak terlepas dari kaki pemakainya. Jenis alas kaki lain yang populer karena ciri khususnya memiliki penutup di bagian punggung dan jemari, tetapi terbuka di bagian tumit dan pergelangan kaki disebut selop.

Sandal wanita (sepatu sandal) dengan tumit tinggi
Sandal jepit
Sendal yang biasa dipakai untuk mendaki gunung

Sandal jepit atau sandal jepang adalah sandal berwarna-warni berbahan karet atau plastik. Tali penjepit berbentuk huruf "v" menghubungkan bagian depan dengan bagian belakang sandal. Sandal dari ban bekas disebut sandal bandol (kependekan dari ban bodhol atau ban bekas)[1] sedangkan sandal yang mirip sepatu disebut sepatu sandal atau sandal gunung.

Bagian alas bisa dibuat dari karet, plastik, kayu, ban bekas, anyaman tali, atau anyaman rumput. Bagian tumit (hak) sandal wanita umumnya dibuat lebih tinggi daripada bagian depan agar postur tubuh pemakainya terlihat lebih bagus. Berbeda dengan sandal yang hanya dipakai laki-laki untuk kesempatan santai, wanita sering memakai sepatu sandal ketika menghadiri kesempatan resmi. Dalam kebudayaan Barat, pria biasanya tidak mengenakan kaus kaki bila sedang memakai sandal atau selop.

Sejarah

sunting

Asal kata sandal adalah sandalion (Bahasa Yunani) yang diserap ke dalam Bahasa Latin (sandalium), Bahasa Prancis (sandale), dan seterusnya.[2] Sandal bermula dari alas kaki orang Yunani dan Romawi Kuno. Pada waktu itu, sol dibuat dari gabus, sedangkan bagian penutup dibuat dari kulit yang disatukan dengan bagian alas dengan cara menjahitnya. Bagian jari kaki dibiarkan terbuka, dan dilengkapi dengan sabuk atau tali agar tidak terlepas dari kaki pemakai. Pada perkembangannya, pendeta Katolik mengenakan kaus kaki dengan motif yang disebut sandal[3] dalam Bahasa Indonesia, sandal berasal dari Bahasa Belanda (Sandaal).

Sandal adalah alas kaki tertua yang diketahui hingga saat ini. Sepasang sandal sagebrush yang ditemukan pada tahun 1938 di Gua Fort Rock, Oregon, AS, kemudian diketahui berasal dari 10.500 hingga 9.300 tahun yang lalu.[4]

Orang Mesir kuno mengenakan sandal yang terbuat dari daun palem, papirus, dan—setidaknya dalam benda-benda kuburan—emas.[5] Patung dan relief Mesir menunjukkan sandal yang dikenakan di kaki maupun dibawa oleh pembawa sandal. Menurut Herodotus, alas kaki dari papirus adalah bagian dari pakaian wajib para pendeta Mesir. Sementara itu, sandal dari Mesopotamia (sandal alkitabiah) biasanya terbuat dari kulit mentah dan jerami (rumput kering). Kalangan kaya terkadang menambahkan permata, emas, atau manik-manik perak pada tali sandalnya.

Di Yunani Kuno, sandalia adalah sejenis sandal yang terutama dikenakan oleh wanita.[6] Solnya terbuat dari kayu, gabus, atau kulit, sedangkan bagian atasnya terdiri dari tali yang menghubungkan jempol kaki dengan jari kedua serta tali lain yang melingkari pergelangan kaki.[6] Sandal yang disebutkan dalam karya Homer dikenal sebagai pédila (πέδιλα). Pada periode Klasik, istilah umum untuk sandal adalah hypódēma (ὑπόδημα).[7] Sebagian besar bentuk sandal memiliki tali melintang di jari kaki (zygòs, ζυγὸς), tali di antara jempol dan jari kedua, serta tali ketiga di punggung kaki (lingula), yang sering kali berbentuk hati atau daun dari logam. Model rhaḯdia (ῥαΐδια) memiliki tali yang memanjang hingga betis. Beberapa sandal Yunani—seperti tyrrēniká (τυρρηνικά) yang dikenakan wanita—menggunakan sol kayu. Sandal baxea (πάξεια, páxeia) yang terbuat dari daun willow, ranting, atau serat, dikaitkan dengan aktor komedi dan filsuf karena sifatnya yang dianggap feminin.[8] Sementara itu, para aktor tragedi mengenakan cothurnus (κόθορνος, kóthornos), yaitu sepatu sandal yang tingginya mencapai pertengahan betis dan sering kali memiliki sol berlapis yang membuat pemakainya tampak lebih tinggi. Pada periode Helenistik, beberapa sandal menunjukkan ornamen yang sangat rumit, seperti yang ditemukan di pemukiman Yunani di Krimea, yang memiliki desain platform dengan 12 lapisan sol serta dekorasi emas.

Di Romawi Kuno, karena sepatu calceus yang umum dipakai oleh kalangan atas terasa kurang nyaman, orang-orang biasanya beralih ke sandal (solea atau crepida) atau sandal rumah saat berada di dalam rumah. Namun, mengenakan alas kaki yang nyaman di tempat umum dianggap sebagai tanda kefemininan, dan kebiasaan ini sering digunakan sebagai celaan oleh para politisi dan penulis. Scipio the Elder, Verres, Antonius, Germanicus, dan Caligula semuanya pernah dicemooh karena kebiasaan ini, dan stigma tersebut bertahan setidaknya hingga masa pemerintahan Hadrian.[7] Karena sandal harus dilepas saat bersantap dalam posisi berbaring di sofa, mengenakan sandal atau alas kaki ringan saat makan di rumah orang lain dianggap hal yang biasa. Namun, karena stigma yang ada, jika seseorang tidak bisa menggunakan tandu yang dibawa oleh budak untuk berpindah rumah, ia akan berjalan dengan sepatu calcei sambil membawa sandal di bawah lengannya. Sesampainya di rumah tujuan, tamu akan mengganti alas kaki di pintu masuk, lalu meminta budaknya untuk melepaskan pasangan sepatu kedua di ruang makan.[7]

Sandal dari seluruh dunia

sunting
  • Bakiak, sandal kayu dengan pengikat kaki dari ban bekas dan papan kayu
  • Klompen, selop kayu dari Belanda
  • Patten, sandal kayu dari abad pertengahan
  • Espadrille, sandal dari Prancis
  • Huarache, sandal dari Meksiko (bagian penutup punggung kaki sabuk penahan bagian tumit dibuat dari anyaman kulit)
  • Mary Jane, sandal dari Amerika Serikat (bagian jari kaki tertutup dengan sabuk penahan pada bagian tumit)
  • Zōri, sandal tradisional Jepang, dibuat dari plastik, kain, atau anyaman rumput.
  • Geta, sandal kayu dari Jepang
  • Caliga, sandal militer Romawi
  • Chappli, sandal dari Chappal, India (terbuat dari kulit lembu, kambing, atau sapi)

Referensi

sunting
  1. ^ "Perajin Bandol Meraup Rezeki dari Kenthongan, Turun-temurun sejak Zaman Belanda". Suara Merdeka. 2004-07-24. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-07-07. Diakses tanggal 2008-01-27. 
  2. ^ "Sandal". Merriam-Webster Online. Diakses tanggal 2008-01-27. 
  3. ^ Bradford, Thomas Gamaliel (1835). Encyclopædia Americana: A Popular Dictionary of Arts, Sciences, Literature, History, Politics, and Biography. Desilver, Thomas. 
  4. ^ Robbins, William G. (2005). Oregon: this storied land. Portland: Oregon Historical Society Press. ISBN 978-0-87595-286-4. 
  5. ^ Wilkinson, John Gardner (1847). The manners and customs of the ancient Egyptians : including their private life, government, laws, arts, manufacturers, religion, agriculture, and early history : derived from a comparison of the paintings, sculptures, and monuments still existing, with the accounts of ancient authors. Princeton Theological Seminary Library. London : John Murray. 
  6. ^ a b "Harry Thurston Peck, Harpers Dictionary of Classical Antiquities (1898), S, Salve, Sandalium". www.perseus.tufts.edu. Diakses tanggal 2025-03-08. 
  7. ^ a b c "A Dictionary of Greek and Roman Antiquities (1890), SACCUS, SEVIR, SO´LEA". www.perseus.tufts.edu. Diakses tanggal 2025-03-08. 
  8. ^ "A Dictionary of Greek and Roman Antiquities (1890), BABYLO´NICUM , BABYLO´NICUM , BAX´EAE". www.perseus.tufts.edu. Diakses tanggal 2025-03-08.