Ridderschap van Holland

Ridderschap van Holland (pelafalan dalam bahasa Belanda: [ˈrɪdərsxɑp fɑn ˈɦɔlɑnt];[1] Ksatria Holland) merupakan retourschip ('kapal kembali') besar, kelas dagang terbesar yang dibangun oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (umumnya disingkat sebagai VOC) untuk berdagang di Hindia Timur. Pada tahun 1694, kapal tersebut berlayar ke Batavia (kini Jakarta, Indonesia) pada perjalanannya yang ke-5, namun tidak mencapai tujuan akhir dan tidak pernah terdengar lagi.[2] Diduga kapal ini telah karam di lepas pantai barat Australia.

Ridderschap van Holland
Sejarah
Republik Belanda
Nama Ridderschap van Holland
Diluncurkan 1682
Nasib Hilang pada tahun 1694
Ciri-ciri umum
Berat benaman 520 ton
Panjang 164 ft (50 m)
Lebar 395 ft (120 m)
Tata layar Kapal layar susun

Detail konstruksi

sunting

Kapal ini dibangun di Amsterdam, Republik Belanda pada tahun 1682 oleh VOC, dan didaftarkan di Vlissingen. Panjang kapal ini adalah 50 meter (164 ft) dan lebarnya 120 meter (395 ft), dengan tonase kasar sekitar 520 ton.

Perjalanan awal

sunting

Ridderschap van Holland menyelesaikan 4 perjalanan sebelum perjalanan terakhirnya yang nahas.

  1. Kapal ini berangkat dari Texel pada tanggal 9 Mei 1683 di bawah komando Jakob Pieterszoon Kool.[3] Kapal ini singgah di Tanjung Harapan antara tanggal 14 September hingga 13 Oktober, dan tiba di Batavia pada tanggal 27 November. Pada tanggal 8 Februari 1684, kapal ini bertolak ke Wielingen, singgah di Cape of Good Hope antara tanggal 21 Mei hingga 20 Juni, dan tiba di Wielingen pada tanggal 13 Oktober.
  2. Pada tanggal 21 Desember 1684, kapal ini bertolak dari Wielingen dengan dikomandoi oleh Jan Gagenaar. Setelah singgah di Kaap die Goeie Hoop antara tanggal 7 April-10 Mei 1685, kapal ini tiba di Batavia pada tanggal 17 Juli. Pada tanggal 4 Desember, kapal ini mulai bertolak kembali ke Texel di bawah komando D Hendrick Pronk. Kapal ini singgah di Tanjung Harapan antara tanggal 9 Maret-12 April 1686, dan tiba di Texel pada tanggal 20 Juli.
  3. Kapal ini memulai perjalanan ke-3 pada tanggal 3 Januari 1687, berangkat dari Texel ke Batavia. Kapal ini singgah di Tanjung Harapan antara tanggal 20 April hingga 3 Mei, dan tiba di Batavia pada tanggal 26 Juli. Pada tanggal 18 Januari 1688, kapal ini bertolak ke Sailan Belanda (kini Sri Lanka) menuju Amsterdam, di bawah komando Pronk. Kapal ini singgah di Tanjung Harapan antara tanggal 10 April hingga 30 April, tiba di Amsterdam di akhir tahun itu.
  4. Kapal ini bertolak dari Texel pada tanggal 26 September 1689, berangkat ke Batavia dikomandoi oleh Kapten Alexander Simons. Kapal ini tiba di Tanjung Harapan pada tanggal 4 Januari 1690, dan berangkat lagi pada tanggal 6 Februari, kemudian tiba di Batavia pada tanggal 8 April. Pada tanggal 30 Januari 1692, kapal ini bertolak balik ke Vlissingen, di bawah komando Jan Ammansz. Kapal ini singgah di Tanjung Harapan antara tanggal 27 Mei hingga 26 Juni, dan tiba di tujuan akhir pada tanggal 14 Oktober.

Perjalanan terakhir

sunting

Pada tanggal 11 Juli 1693, Ridderschap van Holland bertolak dari Wielingen dalam perjalanan ke Batavia dikomandoi oleh Kapten Dirk de Lange.[4] Kapal ini tiba di Tanjung Harapan pada tanggal 9 Januari 1694, dan tetap di sana hingga tanggal 5 Februari. Kapal ini berlayar dari Tanjung Harapan dengan anak buah kapal sekitar 300 orang, dan 2 penumpang, termasuk Laksamana Sir James Couper dan Cornelis van der Stel, putera Simon van der Stel, Komandan dan Gubernur Koloni Tanjung Belanda (kini Afrika Selatan). Kapal ini tidak pernah mencapai tujuannya, dan tidak pernah terdengar lagi. Rumor saat itu menyebutkan bahwa kapal ini telah rusak tiangnya ketika mengitari Tanjung Harapan, berjalan tanpa tenaga ke utara dan direbut oleh perompak yang bermarkas di Fort Dauphin, dekat ujung tenggara Madagaskar. Namun, Abraham Samuel, bajak laut yang diduga bertanggung jawab, tidak datang ke daerah itu hingga tahun 1697.

Pada tahun 1697, Willem de Vlamingh dikirim bersama 3 kapal untuk mencari Ridderschap van Holland di Ile Saint-Paul dan Île Amsterdam, dan kemudian ke pantai Australia Barat. Tak ada yang ditemukan. 2 tahun kemudian, 2 kapal menyelidiki saat mengunjungi Madagaskar, namun tidak berhasil.

Ada kemungkinan bahwa Ridderschap van Holland sebenarnya terdampar di Gugusan Pelsaert, Kepulauan Houtman Abrolhos di lepas pantai barat Australia. ABK East Indiaman terakhir, Zeewijk, yang terdampar di Pulau Pelsaert pada tahun 1727, menemukan sisa-sisa kapal Belanda sekitar pulau tersebut, bersama dengan sejumlah artefak, seperti botol, yang mengesankan beberapa ABK telah bertahan hidup di kepulauan itu selama beberapa waktu. John Lort Stokes, kapten HMS Beagle, juga menyaksikan artefak tersebut pada tahun 1840. Saat ini diduga artefak itu berasal dari Ridderschap van Holland, meskipun ada kemungkinan berasal dari kapal Fortuyn, yang lenyap pada tahun 1724 dan saat ini diduga karam dekat Kepulauan Cocos.

Sisa-sisa arkeologis dihancurkan oleh pertambangan guano di pulau itu pada awal abad ke-20, sehingga identifikasi positif bangkai kapal itu saat ini tidak memungkinkan.

Rujukan

sunting
  1. ^ Dalam isolasi, van dilafalkan [vɑn].
  2. ^ "The Dutch East India Company's shipping between the Netherlands and Asia 1595-1795". huygens.knaw.nl. Huygens ING. Diakses tanggal 2020-02-02. 
  3. ^ "Ridderschap Van Holland (1681)". De VOCsite (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 30 September 2018. 
  4. ^ [1]

Sumber

sunting