Pupuh

bentuk puisi tradisional

Pupuh (Aksara Sunda Baku: ᮕᮥᮕᮥᮂ, Aksara Jawa: ꦥꦸꦥꦸꦃ) adalah bentuk puisi tradisional Jawa, Sunda, dan Bali di dalam Suku Sunda Pupuh biasa di sebut dengan Tembang.[1] Pupuh sendiri itu terikat oleh patokan (aturan) berupa guru wilangan, guru lagu, dan watek. Guru wilangan adalah jumlah engang (suku kata) tiap padalisan (larik/baris).[1]

Terdapat tujuh belas jenis pupuh dalam sastra Sunda, masing-masing memiliki sifat tersendiri dan digunakan untuk tema yang berbeda.[2]

Di dalam sastra Sunda, terdapat 17 jenis pupuh:

  • Asmarandana ᮃᮞ᮪ᮙᮛᮔ᮪ᮓᮔ [8i 8a 8é/o 8a 7a 8u 8a] bertemakan birahi, cinta kasih seseorang kepada kekasih, sahabat, maupun keluarga. Dalam bahasa Jawa Asmåråndhånå ꦄꦱ꧀ꦩꦫꦟ꧀ꦝꦤ, sementara dalam bahasa Bali Semarandana ᬘᭂᬫᬭᬡ᭄ᬟᬦ.
  • Balakbak ᮘᮜᮊ᮪ᮘᮊ᮪ [15é 15é 19é] bertemakan lawak, banyolan tentang kehidupan sehari-hari. Dalam bahasa Jawa dieja Balabak ꦧꦭꦧꦏ꧀.
  • Dangdanggula ᮓᮀᮓᮀᮌᮥᮜ [10i 10a 8é/o 7u 9i 7a 6u 8a 12i 7a] bertemakan ketenteraman, keagungan, kegembiraan. Dalam bahasa Jawa: Dhandhanggulå ꦝꦟ꧀ꦝꦁꦒꦸꦭ.
  • Durma ᮓᮥᮁᮙ [12a 7i 6a 7a 7i 5a 7i] bertemakan kemarahan, kesombongan, semangat. Dalam bahasa Jawa: Durmå ꦢꦸꦂꦩ.
  • Gambuh ᮌᮙ᮪ᮘᮥ᮪ [7u 10u/i 12i 8u 8o] bertemakan kesedihan, kesusahan, kesakitan. Dalam bahasa Jawa: Gambuh ꦒꦩ꧀ꦧꦸꦃ.
  • Gurisa ᮌᮥᮛᮤᮞ [8×8a] bertemakan khayalan seseorang. Dalam bahasa Jawa: Girisa ꦒꦶꦫꦶꦱ.
  • Jurudemung ᮏᮥᮛᮥᮓᮨᮙᮥᮀ [8a 8u 6i 8a 8u] bertemakan kebingungan, masalah kehidupan. Dalam bahasa Jawa: Jurudhemung ꦗꦸꦫꦸꦝꦼꦩꦸꦁ.
  • Kinanti ᮊᮤᮔᮔ᮪ᮒᮤ [8u 8i 8a 8i 8a 8i] bertemakan penantian seseorang. Dalam bahasa Jawa: Kinanthi ꦏꦶꦤꦟ꧀ꦛꦶ.
  • Ladrang ᮜᮓᮢᮀ [10i 8a 8i 12a] bertemakan sindiran. Pupuh ini hanya ditemukan di Sunda.
  • Lambang ᮜᮙ᮪ᮘᮀ [4×8a] bertemakan lawak dengan aspek renungan. Pupuh ini hanya ditemukan di Sunda.
  • Magatru ᮙᮌᮒᮢᮥ [12u 8i 8u 8i 8o] bertemakan penyesalan. Dalam bahasa Jawa: Megatruh ꦩꦼꦒꦠꦿꦸꦃ.
  • Maskumambang ᮙᮞ᮪ᮊᮥᮙᮙ᮪ᮘᮀ [12i 6a 8i 8a] bertemakan kesedihan yang mendalam, berempati, dan rasa prihatin. Dalam bahasa Jawa: Maskumambang ꦩꦱ꧀ꦏꦸꦩꦩ꧀ꦧꦁ.
  • Mijil ᮙᮤᮏᮤᮜ᮪ [10i 6o 10e 10i 6i 6u] bertemakan kesedihan yang menimbulkan harapan. Dalam bahasa Jawa: Mijil ꦩꦶꦗꦶꦭ꧀.
  • Pangkur ᮕᮀᮊᮥᮁ [8a 11i 8u 7a 12u 8a 8a] bertemakan perasaan sebelum mengemban sebuah tugas berat. Dalam bahasa Jawa: Pangkur ꦥꦁꦏꦸꦂ
  • Pucung ᮕᮥᮎᮥᮀ [12u 6a 8é/o 12a] bertemakan rasa marah pada diri sendiri. Dalam bahasa Jawa: Pocung ꦥꦺꦴꦕꦸꦁ.
  • Sinom ᮞᮤᮔᮧᮙ᮪ [8a 8i 8a 8i 7i 8u 7/8a 8i 12a] bertemakan kegembiraan. Bahasa Jawa: Sinom ꦱꦶꦤꦺꦴꦩ꧀
  • Wirangrong ᮝᮤᮛᮀᮛᮧᮀ [8i 8o 8u 8i 8a 8a] bertemakan rasa malu akan tingkah laku sendiri. Bahasa Jawa: Wirangrong ꦮꦶꦫꦁꦫꦺꦴꦁ.

Biasanya pupuh dinyanyikan dan diiringi dengan Kecapi, Rebab dan Suling.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ Istiqomah, Dhea dan Dian Agung Isnanto (2019). "Makna Pupuh (Tembang) dalam Tradisi Ritual Sandingan Masyarakat Jawa Kabupaten Kediri". Konfiks: Jurnal Sastra, Bahasa dan Pengajaran. 6 (1): 60. 
  2. ^ a b "Pengertian Pupuh – Ragam Sekar Pasundan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-27. Diakses tanggal 2020-07-27. 

Pranala luar

sunting