Proklamasi Pendirian Negara

Proklamasi Pendirian Negara (atau Pendirian Negara) (Hanzi sederhana: 开国大典; Hanzi tradisional: 開國大典; Pinyin: Kāiguó Dàdiǎn) adalah sebuah lukisan minyak tahun 1953 karya seniman Tiongkok Dong Xiwen yang menggambarkan Ketua Mao Zedong dan pejabat Komunis lainnya, tengah memproklamasikan pendirian Republik Rakyat Tiongkok di Lapangan Tiananmen pada 1 Oktober 1949. Lukisan ini adalah sebuah contoh penting dari realisme sosialis, dan merupakan salah satu karya seni resmi Tiongkok yang paling terkenal. Lukisan ini berulang kali direvisi, dan sebuah lukisan replika dibuat untuk mengakomodasi perubahan lebih lanjut, setelah sejumlah pemimpin yang digambarkan jatuh dari kekuasaan dan direhabilitasi.

Proklamasi Pendirian Negara
Tionghoa: 开国大典, Pinyin: Kāiguó Dàdiǎn
Revisi 1967
SenimanDong Xiwen
Tahun1953. Direvisi 1954, 1967
TipeMinyak di atas kanvas
Ukuran229 cm × 400 cm (90 in × 160 in)
LokasiMuseum Nasional Tiongkok, Beijing
Proklamasi Pendirian Negara
Hanzi sederhana: 开国大典
Hanzi tradisional: 開國大典

Setelah Partai Komunis menguasai Tiongkok pada tahun 1949, mereka berusaha untuk mengenang pencapaian mereka melalui karya seni. Dong ditugaskan untuk membuat representasi visual dari upacara proklamasi itu yang ia hadiri. Ia merasa lukisan tersebut seharusnya menunjukkan rakyat dan pemimpin mereka. Setelah bekerja selama tiga bulan, ia pun menyelesaikan sebuah lukisan minyak dengan gaya seni tradisional, memanfaatkan sejarah seni Tiongkok untuk tema kontemporer tersebut. Keberhasilan lukisan itu pun terjamin ketika Mao melihatnya dan menyukainya, dan lukisan itu pun diproduksi dalam jumlah besar agar dapat dipajang di dalam rumah.

Penyingkiran Gao Gang dari pemerintahan pada tahun 1954 mengakibatkan Dong untuk menghapusnya dari lukisan tersebut. Penghapusan Gao bukanlah yang terakhir; Dong juga dipaksa untuk menghapus Liu Shaoqi, presiden Tiongkok yang menjabat pada tahun 1967. Masa peruntungan politik terus bergeser selama Revolusi Kebudayaan, dan sebuah lukisan yang baru pun dibuat oleh seniman-seniman lain pada tahun 1972 untuk mengakomodasi penghapusan lain. Replika itu pun dimodifikasi lagi pada tahun 1979 untuk menampilkan kembali individu-individu yang disingkirkan dan telah menempuh rehabilitasi. Kedua lukisan tersebut berada di Museum Nasional Tiongkok di Beijing.

Latar belakang sunting

Setelah pendirian Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949, para Komunis dengan cepat mengambil alih kesenian di Tiongkok. Realisme sosialis yang merupakan karakteristik kesenian Soviet dengan cepat memengaruhi seni di Tiongkok. Pemerintahan baru tersebut mengusulkan serangkaian lukisan, terutama yang berbahan minyak, untuk mengenang sejarah Partai Komunis Tiongkok (PKT), dan keberhasilannya pada 1949. Untuk mewujudkannya, pada Desember 1950, pejabat kesenian Wang Yeqiu mengusulkan kepada Wakil Menteri Budaya Zhou Yang untuk mengadakan pameran kesenian pada tahun berikutnya untuk memperingati perayaan ke-30 pendirian Partai tersebut di Tiongkok. Saat Wang pergi ke Uni Soviet, ia mengamati keseniannya dan sangat mengaguminya; ia mengusulkan agar patung-patung dan lukisan-lukisan yang dipamerkan menggambarkan sejarah PKT, untuk kemudian dipajang dalam Museum Revolusi Tiongkok yang akan dibangun. Bahkan sebelum merebut kendali atas negara tersebut, PKT telah menggunakan kesenian sebagai alat propaganda, sebuah teknik yang efektif karena sebagian besar penduduk Tiongkok saat itu buta huruf. Usulan Wang disetujui pada Maret 1951, dan sebuah komite, yang meliputi kritikus seni dan pejabat Jiang Feng, ditunjuk untuk menentukan seniman-seniman yang layak.[1] Meskipun hampir 100 lukisan diproduksi untuk pameran pada tahun 1951 tersebut, banyak yang dianggap kurang layak, yang menyebabkan pameran itu untuk dibatalkan.[2]

 
Proklamasi Pendirian Negara dipamerkan bersama dengan beberapa artefak lainnya pada upacara 1 Oktober 1949. Museum Nasional Tiongkok. Difoto pada 2018.

Penggunaan lukisan minyak untuk mengenang peristiwa-peristiwa dan membuat pernyataan politik bukanlah hal yang baru; contohnya seperti lukisan-lukisan John Trumbull pada Gedung Kapitol (1871–1821) dan Pelantikan Napoleon (1807) karya Jacques-Louis David.[3] Lukisan minyak mampu mencampurkan corak untuk menghasilkan warna yang realistis dan menarik, tidak seperti lukisan tinta dan kuas Tionghoa tradisional.[4] Di museum-museum Moskwa, Wang mempelajari bagaimana karier Lenin dikisahkan dan dapat diakses oleh masyarakat melalui artefak-artefak yang disertai dengan lukisan-lukisan minyak yang menampilkan peristiwa-peristiwa penting dalam karier pemimpin Komunis tersebut. Ia dan para penjabat yang berpangkat lebih tinggi memutuskan untuk menggunakan teknik yang serupa saat mereka merencanakan Museum Revolusi Tiongkok. Kemudian, mereka mengumpulkan informasi-informasi sejarah Partai tersebut dan menuangkannya dalam bentuk karya-karya. Lukisan-lukisan tersebut dibuat, walaupun museum tersebut belum dibangun dan tidak dibuka hingga 1961.[5] Para pemimpin Tiongkok sangat antusias agar dapat digambarkan dalam lukisan-lukisan, sangat ingin untuk diabadikan sebagai tokoh-tokoh utama dalam peristiwa-peristiwa sejarah negara itu.[6]

Pada awalnya tidak ada karya yang ditujukan kepada museum tersebut yang menggambarkan peristiwa upacara proklamasi RRT. Para pejabat merasa karya semacam itu diperlukan.[7] Dong Xiwen, sebagai seorang seniman yang berbakat dan secara politik dapat dipercaya, serta merupakan seorang profesor di Akademi Seni Rupa Pusat (ASRP) di Beijing, menjadikannya seorang kandidat yang cocok.[5] Dong hadir saat upacara tersebut, dan hubungannya dengan upacara itu menjadikan dirinya sebagai orang yang tepat untuk mengabadikan peristiwa tersebut.[8] Meskipun Dong mengeluh jika selama karirnya, ia tidak memiliki kebebasan yang penuh untuk memilih subjek-subjek dalam lukisan-lukisannya,[9] Proklamasi Pendirian Negara malah membuatnya menjadi terkenal.[2]

Subjek dan teknik sunting

 
Lukisan asli Dong

Lukisan Proklamasi Pendirian Negara menggambarkan upacara proklamasi Republik Rakyat Tiongkok pada 1 Oktober 1949. Lukisan tersebut berpusat pada Mao, yang berdiri di balkon Gerbang Tiananmen, sedang membacakan proklamasinya menggunakan dua mikrofon.[10] Dong dengan lebih ekspresif menampilkan Gerbang Tiananmen, dengan membuka lapangan di depan Mao untuk memberinya hubungan yang lebih langsung dengan rakyatnya,[11] sesuatu yang arsitek Liang Sicheng anggap sebagai suatu kesalahan bagi seorang pembangun, tetapi brilian secara artistik.[2] Lima burung merpati terbang di angkasa di sebelah kanan Mao. Di Lapangan Tiananmen terlihat para penjaga dan anggota organisasi patriotik dijejerkan menurut urutan pangkat, dengan beberapa memegang spanduk. Qianmen, gerbang yang terletak di ujung selatan lapangan tersebut, dapat terlihat, seperti halnya gerbang Yongdingmen (terlihat di sebelah kiri Mao).[10] Di luar tembok kota tua yang pada masa itu menutupi lapangan tersebut (tembok tersebut dirobohkan pada 1950-an), pemandangan kota Beijing yang berada di bawah sinar matahari dan awan-awan dapat terlihat, dengan warna pepohonan yang hijau melambangkan negara Tiongkok.[12] 1 Oktober merupakan hari yang berawan di Beijing, sehingga Dong mengambil lisensi artistik dengan cuaca tersebut.[8]

Di sebelah kiri Mao terlihat para letnannya dalam barisan. Dalam lukisan aslinya, pada barisan depan, yang diurutkan menurut pangkat, terdiri atas (dari kiri) Jenderal Zhu De, Liu Shaoqi, Nyonya Song Qingling (janda Sun Zhongshan), Li Jishen, Zhang Lan (yang berjenggot), dan paling kanan, Jenderal Gao Gang. Zhou Enlai berada di bagian paling kiri di barisan kedua; disampingnya adalah Dong Biwu, dua pria yang identitasnya tidak jelas, dan yang paling kanan, Guo Moruo. Lin Boqu berada di paling kiri di barisan ketiga.[10] Para pemimpin berjejer saling berdekatan, namun berjauhan dari Mao. Hal ini menekankan keutamaannya, seperti saat ia ditampilkan lebih tinggi dibandingkan para letnannya.[13] Sudut pandang pengamat berada di bagian belakang balkon, yang mengakibatkan sebagian besar lapangan terhalang oleh lantai. Tidak hanya memperlihatkan Mao dan pemandangan langit saja, Dong juga memanipulasi perspektif lukisannya, meningkatkan cakrawala dan memperpendek balkonnya. Selain itu, hanya para pejabat yang digambarkan sebagai masing-masing individu, sedangkan kerumunan yang berada di lapangan tidak direpresentasikan sebagai orang-orang; sejarawan seni Wu Hung menyatakan bahwa "Para massa yang berpawai di lapangan tersebut diperkuat dari anonimitas kolektif. Kombinasi keduanya—bagian atas (para pejabat) dan bagian bawah, para pemimpin dan rakyat—menjadikannya sebagai perwakilan komprehensif dari Tiongkok Baru."[14]

Mao dan para pejabatnya dikelilingi oleh lampion, yang merupakan lambang kekayaan;[9] bunga krisantemum di sebelah kiri dan kanan Mao melambangkan kekekalan. Burung merpati melambangkan perdamaian yang didapatkan kembali oleh sebuah negara yang telah lama terpecah-belah akibat perang.[11] Bendera Tiongkok baru yang dikibarkan oleh rakyat, melambangkan akhir sistem feodal dan lahirnya kembali negara tersebut sebagai Republik Rakyat Tiongkok.[2] Mao, yang digambarkan sebagai seorang negarawan, bukan sebagai pemimpin revolusioner saat masa perang, menghadap Qianmen, meluruskan dirinya sesuai dengan Poros Utara-Selatan kekaisaran lama Beijing, yang melambangkan otoritasnya. Pemimpin tersebut berada di bagian tengah beberapa lingkaran konsentris di lukisan itu, dengan baris paling dalam terbentuk dari barisan pertama para perwiranya, lalu oleh rakyat di lapangan tersebut, dan bagian paling luar oleh tembok kota kuno. Mereka dikelilingi pemandangan yang disinari matahari, memvisualisasikan masa depan yang cerah bagi Tiongkok dengan Mao sebagai jantung negara tersebut.[15]

 
Dong memakai teknik lukisan dinding Dunhuang dari Dinasti Tang.

Meskipun Dong telah belajar melukis lukisan Barat, ia memilih gaya seni tradisional untuk Proklamasi Pendirian Negara, menggunakan warna cerah dan kontras mirip dengan cetakan-cetakan Tahun Baru Imlek yang populer di Tiongkok. Ia menyatakan pada 1953, "orang Tiongkok menyukai warna-warna yang cerah dan tajam. Kebiasaan ini sesuai dengan tema Proklamasi Pendirian Negara. Dalam pemilihan warna, saya tidak ragu-ragu untuk menyingkirkan penggunaan warna-warna kompleks yang umumnya terdapat dalam lukisan Barat, serta aturan-aturan konvensional untuk membuat lukisan minyak."[11] Seniman-seniman pada tahun-tahun awal RRT, termasuk Dong, mencoba untuk memenuhi estetika kesenian Tionghoa dengan menghindari penggunaan cahaya dan bayangan yang rumit seperti pada kebanyakan lukisan Barat.[16] Menurut standar Eropa, warna-warna dalam lukisan tersebut sangat tajam dan tersaturasi. Warna merah merona digunakan untuk sebagian besar pilar, karpet, dan lampion, yang dapat mengatur suasana pada karya tersebut. Bunga-bunga yang bermekaran, bendera-bendera dan spanduk-spanduk, serta langit yang biru dan putih memberikan suasana menyenangkan kepada lukisan tersebut[17]—kebahagiaan, hawa meriah, dan dengan memberikan "keindahan kebudayaan", cocok untuk sebuah lukisan yang mendepiksikan proklamasi terbentuknya negara yang baru.[18]

Dong memanfaatkan sejarah kesenian Tiongkok, menggunakan teknik lukisan dinding Dunhuang dari Dinasti Tang, potret-potret Dinasti Ming, dan lukisan-lukisan figur kuno. Desain karpet, pilar, lampion, dan pagar menumbuhkan simbol kebudayaan.[18] Warna-warna pada lukisan tersebut merupakan hasil dari cetakan cukil kayu; hal ini terlihat pada garis hitam pada sejumlah objek, termasuk pilar-pilar dan pagar batu, yang merupakan ciri-ciri dari karya cukil kayu.[19] Dong menyatakan bahwa "Jika lukisan ini kaya akan gaya nasional, itu karena saya mengadopsi sebagian besar dari pendekatan-pendekatan [asli] tersebut."[11]

Komposisi sunting

 
Gerbang Tiananmen, difoto pada 2009

Proklamasi Pendirian Negara adalah salah satu dari beberapa lukisan yang direncanakan untuk Museum Revolusi Tiongkok oleh para anggota fakultas dari ASRP. Dua diantaranya, Perang Terowongan karya Luo Gongliu dan Mengirim Dia ke Ketentaraan karya Wang Shikuo, diselesaikan pada 1951; Proklamasi Pendirian Negara diselesaikan setahun kemudian.[20] Lukisan-lukisan tersebut dinilai berasal dari pemerintah dan menerima pujian tinggi. Bantuan dari pemerintah disediakan, seperti akses kepada arsip-arsip.[21]

Pada saat itu ASRP memilih Dong, yang sedang melukis para buruh di pembangkit listrik Shijingshan di luar Beijing. Dong melihat foto-foto peristiwa tersebut, tetapi merasa tidak puas karena tidak menampilkan para pemimpin serta rakyat yang berkumpul di lapangan tersebut, yang ia merasa diperlukan. Ia membuat sebuah sketsa berukuran kartu pos, namun tidak merasa puas karena ia menganggap bahwa sketsa tersebut tidak menangkap kemegahan dari peristiwa tersebut. Dong meminta nasihat dari para seniman lainnya, dan membuat beberapa penyesuaian dalam perencanaannya.[8]

Dong menyewa sebuah kamar kecil di sebelah barat Beijing di atas sebuah toko yang menjual kecap asin.[8] Jiang memberikan waktu dan ruang kepada Dong untuk membuat lukisan tersebut;[20] seniman tersebut menghabiskan tiga bulan untuk menyelesaikan karyanya. Kamarnya lebih kecil dibanding lukisannya, yang mempunyai lebar empat meter, dan Dong harus menempatkan satu sisi dari kanvas ke langit-langit dan bekerja di punggungnya. Untuk menghemat waktu perjalanan, ia tidur di kursi. Ia sering menghisap rokok saat bekerja. Anak perempuannya membawakan makanan, tapi ia sering kali tidak bisa memakannya. Saat lukisan tersebut masih sedang dibuat, beberapa rekan Dong, termasuk pelukis minyak Ai Zhongxin, datang berkunjung. Mereka merasa bahwa Mao, figur utama dari lukisan tersebut, berpenampilan kurang tinggi. Dong menghapus figur Mao dari kanvas dan melukisnya lagi, meningkatkan tingginya tepat di bawah satu inci (2,54 cm).[8]

Dong menggunakan pena dan kuas saat melukis langit dan pilar-pilar, seperti jika ia sedang membuat lukisan Tionghoa tradisional. Ia menggambarkan busana masing-masing tokoh secara detail; Nyonya Song mengenakan sarung tangan yang bergambar bunga, sementara jubah sutra Zhang Lan ditampilkan dengan rapi pada hari penting tersebut.[22] Dong menggunakan serbuk gergaji untuk memperbagus tekstur karpet tempat Mao berdiri;[11] ia melukis pagar marmer dengan warna yang lebih kekuningan dibanding putih, untuk menekankan masa negara Tiongkok.[2] Para pemimpin dalam lukisan tersebut diminta untuk menilai potret-potret mereka untuk meningkatkan keakuratan.[23]

Penerimaan dan pengaruh sunting

Saat lukisan tersebut pertama kali ditampilkan pada 1953, banyak kritikus Tiongkok yang merasa antusias. Xu Beihong, presiden ASRP dan pelopor penggunaan realisme dalam lukisan minyak, memuji tema karya tersebut dengan memenuhi tujuan politiknya, namun mengeluhkan penggunaan warnanya, yang membuatnya hampir tak terlihat seperti lukisan minyak.[12][16] Meskipun demikian, ia dan yang lainnya memandang bahwa lukisan tersebut membuka zaman baru dalam perkembangan seni Tionghoa.[17] Zhu Dan, kepala Penerbitan Seni Rupa Murni Rakyat, yang mencetak ulang lukisan tersebut kepada masyarakat umum, berpendapat bahwa lukisan tersebut lebih menyerupai sebuah poster dibanding lukisan minyak. Seniman-seniman lainnya menyatakan bahwa karya-karya Dong sebelumnya, seperti Gembala Kazakh (1947) dan Pembebasan (1949), menunjukkan gaya seni nasional baru yang lebih cocok.[22] Meskipun itu, para pemimpin Partai Senior menyukai lukisan tersebut.[12]

Setelah ditampilkan, Jiang ingin menyusun sebuah pameran agar para pejabat pemerintah, termasuk Mao, dapat melihat dan memperkenalkan lukisan baru tersebut di depan umum. Ia mempunyai hubungan dengan orang-orang di dalam lingkaran Mao, dan Dong serta yang lainnya sengaja menyelenggarakan pameran tersebut agar bertepatan dengan pertemuan di Zhongnanhai yang dipimpin oleh Mao. Pameran ini kemungkinan besar merupakan pameran pertama dan terakhir yang Mao hadiri setelah 1949. Mao mengunjungi pameran tersebut sebanyak tiga kali di tengah beberapa selang pertemuan dan secara khusus menyukai Proklamasi Pendirian Negara—foto resmi dari acara tersebut menunjukkan Mao dan Zhou Enlai melihat lukisan tersebut dengan Dong.[24] Mao menatap lukisan tersebut untuk beberapa saat dan berkata, "Negara ini sungguh agung. Negara ini memang sungguh agung."[23] Mao juga menyatakan bahwa penggambaran Dong Biwu disajikan dengan baik. Karena Dong Biwu berada di baris kedua, dan sebagian besar tertutup oleh Zhu De yang ada di depannya, Mao kemungkinan menganggapnya sebagai sebuah candaan, namun tanggapan baiknya membuktikan keberhasilan dari lukisan tersebut.[24]

Proklamasi Pendirian Negara dipuji sebagai salah satu lukisan minyak yang paling megah yang pernah dibuat oleh seorang seniman Tiongkok menurut para pengulas, dan lebih dari 500.000 cetakan terjual dalam waktu tiga bulan.[9] Pujian Mao mendorong popularitas Dong dan lukisannya. Teknik-teknik yang dipakai Dong dipandang sebagai penghubung antara gaya lukisan minyak yang elitis dan seni populer, dan untuk memperkuat pendapat Jiang bahwa lukisan realistis dapat disukai secara politik.[19] Lukisan tersebut dicetak dalam buku-buku pelajaran sekolah dasar dan menengah.[2] Lukisan tersebut juga muncul di halaman depan koran Harian Rakyat pada September 1953, dan menjadi pajangan interior yang disetujui secara resmi. Sebuah majalah berbahasa Inggris yang diterbitkan oleh pemerintah Tiongkok untuk didistribusikan ke luar negeri menampilkan model sebuah keluarga di sebuah apartemen modern, dengan poster besar Proklamasi Pendirian Negara dipajang di dinding.[25] Menurut Chang-Tai Hung, lukisan tersebut "menjadi sebuah karya propaganda yang ternama".[26]

Sejarah berikutnya dan perubahan politik sunting

Pada Februari 1954, Gao Gang, kepala Dewan Ketatanegaraan, dikeluarkan dari pemerintah; ia bunuh diri hanya beberapa bulan kemudian. Penggambarannya dalam lukisan tersebut di sebelah kiri Mao membuat para pejabat kesenian kebingungan. Melihat popularitasnya di kalangan para pejabat dan masyarakat umum, Proklamasi Pendirian Negara dianggap wajib untuk ditampilkan pada Pameran Kesenian Nasional Kedua (1955), tetapi tidak mungkin kalau Gao, yang dianggap sebagai pengkhianat, ditampilkan. Oleh karena itu, Dong diperintahkan untuk menghapus Gao dari lukisan tersebut.[27]

 
Revisi 1954, Gao Gang dihapus

Saat menghapus Gao, Dong juga memperbesar keranjang bunga krisantemum merah jambu yang berada di belakang kaki para pejabat, dan menyelesaikan penggambaran gerbang Yongdingmen, yang pada lukisan aslinya hanya terlihat sebagian di belakang Gao. Ia dipaksa untuk melebarkan langit yang terlihat di atas rakyat yang berkumpul di Lapangan Tiananmen, yang mengubah penempatan Mao sebagai pusat perhatian. Ia mengompensasi untuk hal tersebut, dengan menambahkan dua mikrofon di sebelah kanan Mao. Dalam bukunya tentang kesenian Republik Rakyat Tiongkok, Julia Andrews berpendapat bahwa solusi Dong tidak sepenuhnya memuaskan karena mikrofonnya mendominasi bagian tengah lukisan tersebut, dan ukuran Mao diperkecil karena perluasan ruang di sekitarnya. Lukisan yang dimodifikasi tersebut ditampilkan di pameran pada tahun 1955, dan pada tahun 1958 di Moskwa. Meskipun lukisan tersebut diubah lagi dalam bentuk semula dan versi tersebut tidak ada lagi, versi tersebut menjadi yang paling banyak dicetak.[27]

Saat Museum Revolusi Tiongkok dibuka di Lapangan Tiananmen pada 1961, lukisan tersebut diletakkan di sebuah tembok besar di galeri museum itu yang ditujukan kepada kejayaan Komunisme, namun pada 1966, saat Revolusi Kebudayaan, kaum radikal menutup museum tersebut hingga 1969.[28] Pada masa itu, Liu Shaoqi, yang dituduh mengambil "jalan kapitalis", dikeluarkan dari pemerintahan. Dong lalu diperintahkan untuk menghapus Liu dari lukisan tersebut pada 1967.[29] Dong menderita semasa Revolusi Kebudayaan: ia dituduh sebagai kaum sayap kanan, dikeluarkan dari Partainya selama dua tahun, dikirim ke kamp kerja pedesaan, dan kemudian "direhabilitasi" dengan dijadikan buruh pabrik baja.[7] Tugas Dong tidak mudah, karena Liu merupakan salah satu figur yang paling berpengaruh pada baris pertama, yang berdiri di sebelah kiri Nyonya Song. Para pejabat ingin Liu digantikan dengan Lin Biao, yang lebih disukai oleh Mao pada masa itu. Dong tidak ingin memberikan kenamaan kepada Lin, dan meskipun ia tidak bisa menolak pada masa yang berisiko dalam Revolusi Kebudayaan, ia pun diizinkan untuk hanya menghapus Liu. Figur Liu terlalu besar untuk dihapus, sehingga Liu digambar ulang sebagai Dong Biwu, dan menampilkannya seolah-olah ia berada di baris kedua. Menurut Andrews, upaya tersebut merupakan sebuah kegagalan: "Dong Biwu tidak terlihat ditempatkan pada baris kedua, sebagaimana diinginkan. Ia malah terlihat sebagai figur yang berkilau dan mengerling, seorang tokoh bejat yang berada di tengah-tengah sekelompok orang yang bermartabat".[30] Para pejabat menganggap karya yang direvisi tersebut tidak dapat dipamerkan. Andrews berspekulasi bahwa Dong mungkin berupaya untuk menyabotase perubahan tersebut, atau mungkin dipengaruhi oleh tekanan yang disebabkan oleh Revolusi Kebudayaan.[30]

 
Lukisan replika (revisi 1979)

Pada 1972, sebagai bagian dari renovasi Museum Revolusi Tiongkok, para pejabat ingin memamerkan lagi lukisan Dong. Namun, mereka menginginkan agar Lin Boqu, yang merupakan figur berambut putih di ujung kiri, dihapuskan.[30] Hal ini karena Kelompok Empat, yang sebelumnya pernah menguasai Tiongkok, menuduh bahwa Lin Boqu (yang telah wafat pada 1960) menentang pernikahan Mao dengan Jiang Qing, (yang merupakan salah satu anggota dari Kelompok Empat) pada masa-masa revolusi. Terdapat banyak sumber yang memberikan penjelasan mengenai perubahan yang terjadi pada lukisan tersebut: Chang-Tai Hung mengaitkan bahwa Dong tidak dapat melakukan pengubahan karena sedang mengidap kanker, sehingga muridnya Jin Shangyi dan seorang seniman lain, Zhao Yu, ditugaskan untuk mengerjakan lukisan tersebut. Keduanya takut merusak kanvas aslinya, sehingga mereka membuat sebuah replika, namun untuk melakukan perubahan yang diinginkan, mereka menemui Dong di rumah sakit untuk berkonsultasi dengannya.[29] Menurut Andrews, Jin dan Zhao membuat versi baru tersebut karena Dong tidak mengizinkan siapapun untuk mengubah lukisannya.[30] Jin kemudian mengatakan bahwa lukisan tersebut mungkin efektif secara politik, namun juga menampilkan pemikiran dalam Dong.[18]

Dengan berakhirnya Revolusi Kebudayaan pada 1976 dan diangkatnya Deng Xiaoping, beberapa figur yang sebelumnya dikeluarkan dari pemerintah direhabilitasi, dan para pejabat pada 1979 memutuskan untuk memberikan akurasi historis yang lebih kepada lukisan tersebut. Dong telah wafat pada 1973; keluarganya sangat menentang pengubahan pada lukisan aslinya, dan pemerintah menghormati keinginan mereka. Jin sedang berada di luar Tiongkok, sehingga pemerintah meminta Yan Zhenduo untuk membuat perubahan pada replikanya. Ia menempatkan Liu, Lin Boqu dan Gao kembali dalam lukisan tersebut[29] dan membuat perubahan-perubahan lainnya: seorang pria yang sebelumnya tak teridentifikasi di baris belakang sekarang dinyatakan sebagai Deng Xiaoping. Lukisan replika tersebut direstorasi di Museum Revolusi Tiongkok.[31]

Peninggalan sunting

Lukisan tersebut dicetak pada prangko-prangko Tiongkok pada tahun 1959 dan 1999, untuk memperingati ulang tahun kesepuluh dan kelima puluh didirikannya Republik Rakyat Tiongkok.[32] Juga pada 1999, museum tersebut menyuruh sebuah perusahaan swasta untuk membuat cetakan kertas logam berwarna emas berskala kecil untuk lukisan tersebut. Keluarga Dong menuntut, dan pada 2002 pengadilan memutuskan bahwa pewaris-pewaris Dong yang berhak memegang hak cipta atas lukisan tersebut, dan museum tersebut hanya mempunyai hak untuk memamerkannya.[33] Joe McDonald dari Associated Press menyatakan bahwa persetujuan hak cipta tersebut merupakan "keberhasilan ambisi kapitalis Tiongkok terhadap sejarah politik sayap kirinya".[34] Pada 2014, museum seni di ASRP mengenang kembali karya-karya Dong, dengan memamerkan sketsa berskala kecil dari lukisan tersebut, yang dimiliki oleh keluarga Dong, untuk pertama kalinya. Fan Di'an, kurator pameran tersebut, mengatakan, "Perubahan-perubahan pada lukisan tersebut mengisahkan sebuah cerita yang pahit, merefleksikan pengaruh politik pada seni. Namun, hal ini tidak mengubah kecintaan Dong Xiwen terhadap seni."[35]

 
Para pengunjung sedang mengambil foto lukisan Proklamasi Pendirian Negara di Museum Nasional Tiongkok pada 2018

Wu Hung menyebut Proklamasi Pendirian Negara sebagai "karya yang paling terkenal dari kesenian resmi Tiongkok".[36] Ia juga mengatakan bahwa lukisan tersebut merupakan satu-satunya yang menggambarkan upacara 1 Oktober tersebut secara "kanon", dan bahwa seniman-seniman lainnya cenderung memberikan sudut pandang kepada rakyat, menunduk ke hadapan Mao.[37] Lukisan tersebut merupakan contoh modern dari damnatio memoriae, yaitu pengubahan terhadap karya seni atau benda lainnya untuk menghapus gambar atau nama dari seseorang yang tidak disukai.[38] Dalam sebuah artikel pada tahun 2014, Deng Zhangyu menyebut lukisan tersebut sebagai "gambar sejarah yang paling signifikan dari pendirian Tiongkok".[35] Wu Hung mengatakan bahwa pengubahan pada lukisan tersebut yang terjadi selama bertahun-tahun, walau selalu menampilkan Mao yang sedang memproklamasikan pemerintahan baru, searah dengan perubahan yang terjadi pada kepemimpinan Tiongkok pada masa-masa pemerintahan Komunis.[37] Andrews mengatakan bahwa "pengaruh terbesar pada dunia kesenian adalah pengangkatannya sebagai model lukisan minyak yang disetujui oleh Partai tersebut".[39] Penulis Wu Bing pada 2009 menyebutnya sebagai "sebuah batu pijakan dalam lukisan minyak Tiongkok, yang secara jelas memasukkan unsur-unsur nasional".[17] Lukisan tersebut tak pernah meraih sanjungan di dunia Barat seperti halnya di Tiongkok; menurut Andrews, "para murid sejarah seni sering kali menertawakan lukisan tersebut saat ditampilkan".[24] Sejarawan seni Michael Sullivan menganggapnya sepele dan tidak lebih dari sebuah propaganda.[24] Sekarang, setelah penggabungan museum, kedua lukisan tersebut berada dalam Museum Nasional Tiongkok, Lapangan Tiananmen.[8][40]

Referensi sunting

  1. ^ C. Hung 2007, hlm. 785–786.
  2. ^ a b c d e f Jijin, Wu (4 Januari 2011). "《开国大典》油画曾四次修改 哪些人被删除了?" [Lukisan Proklamasi Pendirian Negara telah dimodifikasi empat kali: siapa saja yang dihapus?]. Ifeng (dalam bahasa Tionghoa). Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 November 2016. Diakses tanggal 23 Januari 2017. 
  3. ^ C. Hung 2007, hlm. 785.
  4. ^ C. Hung 2007, hlm. 789.
  5. ^ a b C. Hung 2007, hlm. 790–792.
  6. ^ Wu Hung 2005, hlm. 171–172.
  7. ^ a b Jimin, Gao. "受党内斗争影响数遭劫难的油画《开国大典》" [Proklamasi Pendirian Negara, sebuah lukisan minyak yang terpengaruh beberapa kali oleh konflik dalam Partai] (dalam bahasa Tionghoa). Partai Komunis Tiongkok. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-20. Diakses tanggal 23 Januari 2017. 
  8. ^ a b c d e f "揭秘《开国大典》油画:增高毛泽东删除刘少奇". Ifeng (dalam bahasa Tionghoa). Rahasia lukisan Proklamasi Pendirian Negara meninggikan Mao Zedong, menghapus Lin Shaoqi. 19 April 2013. Diakses tanggal 23 Januari 2017. 
  9. ^ a b c C. Hung 2007, hlm. 783.
  10. ^ a b c Andrews, hlm. 81.
  11. ^ a b c d e C. Hung 2007, hlm. 809.
  12. ^ a b c C. Hung 2007, hlm. 810.
  13. ^ Wu Hung 2005, hlm. 172–173.
  14. ^ Wu Hung 2005, hlm. 173.
  15. ^ C. Hung 2007, hlm. 809–810.
  16. ^ a b Wu Bing, hlm. 65.
  17. ^ a b c Wu Bing, hlm. 66.
  18. ^ a b c "Dong Xiwen, The Founding Ceremony". Museum Nasional Tiongkok. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Februari 2017. Diakses tanggal 22 Januari 2017. 
  19. ^ a b Andrews, hlm. 82.
  20. ^ a b Andrews, hlm. 76–79.
  21. ^ C. Hung 2007, hlm. 791–792.
  22. ^ a b Zhongxin, Ai (24 Maret 2008). "油画《开国大典》的成功与蒙难" [Kesuksesan dan penderitaan lukisan minyak Proklamasi Pendirian Negara] (dalam bahasa Tionghoa). Bo Po Art Network. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 April 2015. Diakses tanggal 23 Januari 2017. 
  23. ^ a b Wu Hung 2005, hlm. 172.
  24. ^ a b c d Andrews, hlm. 80.
  25. ^ Andrews, hlm. 80–81.
  26. ^ C. Hung 2005, hlm. 920.
  27. ^ a b Andrews, hlm. 82–83.
  28. ^ C. Hung 2005, hlm. 931.
  29. ^ a b c C. Hung 2007, hlm. 784.
  30. ^ a b c d Andrews, hlm. 84.
  31. ^ Andrews, hlm. 85.
  32. ^ Kloetzel (editor), James E. (2006). Scott 2007 Standard Postage Stamp Catalogue: Volume 2 C–F. Sidney OH: Scott Publishing Co. hlm. 324, 365. ISBN 0-89487-376-8. 
  33. ^ Zha Xin, Li Xu (28 Desember 2002). "著名油画《开国大典》著作权案在京审结 (The famous painting Founding Ceremony copyright case concluded in Beijing" [Kasus hak cipta lukisan terkenal Proklamasi Pendirian Negara diselesaikan di Beijing] (dalam bahasa Tionghoa). Xinhua News Service. Diakses tanggal 23 Januari 2017. 
  34. ^ McDonald, Joe (29 Desember 2002). "Artist's rights upheld in China". Associated Press. Diakses tanggal 27 Januari 2017. ((Perlu berlangganan (help)). 
  35. ^ a b Zhangyu, Deng (30 Desember 2014). "Love of Art". China Daily. hlm. 19. 
  36. ^ Wu Hung 2008, hlm. 69.
  37. ^ a b Wu Hung 2005, hlm. 274.
  38. ^ Unverzagt, hlm. 220.
  39. ^ Andrews, hlm. 77, 80.
  40. ^ "Modern China". Museum Nasional Tiongkok. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Agustus 2015. Diakses tanggal 22 Januari 2017. 

Sumber sunting