Polopalo

Alat musik

Polopalo adalah alat musik tradisional daerah yang berasal dari Provinsi Gorontalo. Polopalo merupakan alat musik jenis idiofon yaitu golongan alat musik yang sumber bunyinya berasal dari badan alat itu sendiri. Bunyi yang terdengar keluar berasal dari alat Polopalo tersebut ketika mendapat pukulan atau dipukul, yang diakibatkan getaran yang terdapat pada seluruh alat polopalo .[1]

Dua orang pemusik sedang memainkan Polopalo, alat musik tradisional Gorontalo di Riden Baruadi Gallery, Gorontalo.

Etimologi sunting

Polopalo dari segi bahasa berasal dari kata polo-polopalo yang artinya bergetar nyaring.[2] Cara membuat polopalo yaitu dari seruas bambu yang sudah kering dan berbunyi nyaring. Sejak dahulu polopalo dibunyikan ketika para petani menghibur diri ketika sedang menanam padi di sawah yang kemudian dibunyikan sebagai tanda waktu berbuka puasa maupun ketika sahur di bulan suci Ramadhan.

Pada era tahun 60-an hingga tahun 90-an, Polopalo biasanya dimainkan pada waktu – waktu tertentu, yang pada hari tersebut merupakan hari yang sangat istimewa menurut masyarakat Gorontalo.

Sejarah sunting

Polopalo adalah alat kesenian tradisional Gorontalo yang dahulu kala hanya untuk dipertandingkan, namun sekarang telah digunakan sebagai pengiring alat musik lainnya seperti suling, string bas, rebana/gendang dan marakas.[3] Alat musik polopalo terdiri dari berbagai macam ukuran, ada yang kecil, sedang dan besar. Ukuran lingkaran bambu sekitar 9 cm - 17 cm dan panjangnya sekitar 31 cm.

Berbeda dengan alat musik tradisional lainnya, Polopalo memiliki keunikan tersendiri seperti pemilihan bahan baku, cara memainkan dan waktu memainkannya. Bahan baku utamanya adalah bambu. Bambu sendiri memiliki 2 jenis bambu yaitu bambu air dan bambu pagar. Namun, untuk alat musik Polopalo khusus menggunakan bambu air karena menghasilkan bunyi yang lebih merdu. Cara memainkan alat ini yaitu cukup dipukul-pukulkan di atas lutut sehingga mengeluarkan bunyi/suara. Polopalo lebih bagus saat dimainkan pada saat malam hari atau suasana hening karena dalam memainkannya memerlukan ketenangan.

Alat Musik Daerah sunting

Awal mula pengembangan alat musik tradisional dimulai sejak tahun 1975 oleh warga masyarakat Gorontalo yang tergabung dalam Kelompok Heluma Huyula di Jakarta. `Alat musik Polopalo yang bahan dasar pembuatannya terbuat dari bambu, kemudian dibentuk seperti garputala raksasa dan teknik memainkannya dengan cara memukulkan ke bagian anggota tubuh yaitu lutut.[1]

Pada perkembangannya, Polopalo mendapatkan penyempurnaan pada beberapa hal, salah satunya kini dibuat sebuah pemukul kayu yang dilapisi karet agar mempermudah dan membantu dalam proses memainkan alat musik ini. Fungsi dari pembuatan pemukul yang dilapisi karet itu memberi dampak tidak membuat sakit bagian anggota tubuh yang dipukul, selain itu membuat suara Polopalo tersebut berbunyi lebih nyaring.[1]

Pengembangan selanjutnya terhadap alat musik polopalo tersebut juga dibuatkan berbagai macam alat musik polopalo yang berbagai bentuk dan nada yang berbeda. Selanjutnya hasil dari pengembangan polopalo tersebut dimainkan oleh beberapa orang dengan dengan format dan komposisi yang berbeda satu sama lain, sehingga alat musk polopalo tersebut menghasilkan nada-nada yang dapat dikompilasikan menjadi suatu karya musik baru yang disesuaikan dengan ciri khas daerah Gorontalo.[3]

Seiring berkembangnya zaman, popularitas alat musik Polopalo saat ini tidak lagi diminati masyarakat khususnya di Kabupaten Gorontalo bahkan hampir seluruh masyarakat Provinsi Gorontalo.[4] Hal ini disebabkan kurangnya upaya pelestarian yang dilakukan untuk tetap mempertahankan keberadaan alat musik daerah ini.[5]

Referensi sunting

  1. ^ a b c "Alat Musik Tradisional Gorontalo". gpswisataindonesia.info (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-24. [pranala nonaktif permanen]
  2. ^ "Polopalo,Gorontalo". Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. 2015-12-17. Diakses tanggal 2020-09-25. 
  3. ^ a b Palada, Rusdin (1982). Petunjuk teknis pengembangan polopalo menjadi alat musik tradisional Gorontalo (Sulawesi Utara). Balai Pustaka. hlm. 17. 
  4. ^ "InfoPublik - Peminat Musik Tradisional Etnik Polopalo Mulai Berkurang". infopublik.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-26. 
  5. ^ "Polopalo, Alat Musik Tradisional yang Hampir Punah". VIVA.co.id. 2017-03-25. Diakses tanggal 2020-09-26.