Pesawat pengebom menukik
Pesawat pengebom tukik adalah pesawat pembom yang menukik langsung pada target untuk meningkatkan akurasi saat mengebom. Menukik menuju target menyederhanakan bom lintasan dan memungkinkan pilot untuk menjaga kontak visual di seluruh bom berjalan. Hal ini memungkinkan serangan terhadap target titik dan kapal-kapal, yang sulit untuk menyerang dengan konvensional "tingkat" pembom, bahkan secara massal.
Pengeboman menukik
suntingTeknik pengeboman menukik dikembangkan sebagai teknik pengeboman yang lebih akurat dari pengeboman horizontal, agar pesawat memiliki akurasi yang cukup untuk menyerang sasaran seperti kapal, jembatan, maupun kendaraan. Esensi dari pengeboman menukik adalah sebagai cara untuk meningkatkan akurasi penyerangan.
Teknik pengeboman menukik memiliki beberapa kelemahan inheren.
- Pertama, pesawat yang melakukan pengeboman menukik secara kasar harus berada tepat di atas target, serta harus terbang lurus dalam sebuah tukikkan. Ini menjadikan pesawat pengebom menukik rentan terhadap tembakan anti-pesawat dari targetnya, terutama dalam jarak dekat.
- Kedua, teknik menukik memang memberikan tekanan terhadap airframe pesawat maupun pilotnya, sehingga pengeboman menukik acapkali harus dilakukan dengan tipe pesawat khusus yang sudah diperkuat untuk menahan tekanan dalam sebuah tukikkan. Terkadang, penguatan pesawat ini mempunyai konsekuensi berupa penurunan performa pesawat seperti menjadi lambat dan rentan terhadap serangan pesawat tempur lawan, sehingga ketahahannya hanya terjamin bila supremasi udara berhasil dicapai.
Zaman modern
suntingSeiring berkembangnya zaman, kemajuan dalam teknologi anti-pesawat menjadikan kelemahan-kelemahan ini tidak dapat ditoleransi lagi. Menghilangnya pesawat pengebom menukik dimulai dengan munculnya alternatif untuk serangan udara ke darat yang akurat, yakni roket.
Roket tak berpemandu yang diluncurkan dari udara ke darat memiliki lintasan yang lebih lurus dari bom udara serta kecepatan yang tinggi. Roket dapat diluncurkan dari pesawat dan mencetak akurasi yang cukup tanpa pesawat tersebut harus melakukan tukikkan di atas target, jadi penggunaan roket tidak memerlukan pesawat yang dibuat khusus. Ini juga lebih meningkatkan ketahanan pesawat, karena jarak peluncuran yang bisa lebih jauh dan kembali lagi, tanpa harus terbang tepat di atas target yang dipertahankan.
Lalu datanglah era jet. Tingginya kecepatan yang ditawarkan oleh pesawat jet membuka alternatif-alternatif lagi, yaitu teknik-teknik pengeboman baru seperti toss/loft bombing. Pilot melepaskan bom sedemikian rupa, sesuai hitungan komputer balistik yang berada di pesawat. Bom kemudian akan jatuh dengan mengikuti lintasan tertentu sementara pesawat dapat tinggal di luar jarak jangkau senjata anti-pesawat lawan. Teknik seperti ini juga memberikan waktu bagi pilot untuk meninggalkan lokasi bila bom yang dijatuhkan tadi adalah bom nuklir.
Terakhir adalah datangnya era munisi berpemandu. Senjata-senjata berpemandu dapat mencetak akurasi lebih baik dengan adanya sistem kendali maupun kemudi yang dipasang di munisinya langsung, tanpa pilot perlu melakukan teknik-teknik pelepasan khusus maupun mendekat ke posisi target. Amunisi berpemandu sebetulnya telah dipakai pada era Perang Dunia II secara terbatas dan saat Perang Korea, namun riset senjata berpemandu yang menjadi cikal-bakal senjata berpemandu modern sekarang dilakukan pada era Vietnam. Contohnya adalah bom berpemandu laser BOLT-117 dan bom TV-guided AGM-62 Walleye. Ini juga termasuk pengembangan misil udara-ke-darat.
Senasib seperti pesawat pengebom torpedo yang menghilang dengan adanya misil anti-kapal, peran pengebom tukik dan pengebom torpedo di atas kapal induk sempat dicampur dan dijalani oleh satu jenis pesawat saja sebelum akhirnya menghilang.
Pranala luar
sunting- "Dive Bombing at Target Assures Accuracy" April 1933, Popular Mechanics
- "Diving Artillery" April 1942, Popular Science
- "How to Dive Bomb in World War 2 Aircraft – 1943" di YouTube