Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap

perusahaan asal Indonesia

Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap merupakan salah satu dari 7 jajaran unit pengolahan yang memiliki kapasitas produksi terbesar yakni 348.000 barrel/hari,{https://www.pertamina.com/id/refinery-unit-iv-cilacap}%5B%5D Diarsipkan 2022-07-21 di Wayback Machine. dan terlengkap jenis produknya.[butuh rujukan] Kilang ini bernilai strategis karena memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa.{https://www.pertamina.com/id/refinery-unit-iv-cilacap}%5B%5D Diarsipkan 2022-07-21 di Wayback Machine. Selain itu kilang ini merupakan satu-satunya kilang di tanah air saat ini yang memproduksi aspal dan base oil.{https://www.pertamina.com/id/refinery-unit-iv-cilacap}%5B%5D Diarsipkan 2022-07-21 di Wayback Machine.

Kilang Unit Pengolahan IV terdiri dari:

  1. Fuel Oil Complex (FOC) I, dan Lube Oil Complex (LOC) I.
  2. Fuel Oil Complex (FOC) II, dan Lube Oil Complex (LOC) II, serta Lube Oil Complex III yang dibangun bersamaan dengan Debottlenecking (1998/1999).
  3. Kilang Petrokimia Paraxylene.

Kilang

sunting

Kilang Minyak I /Fuel Oil Complex I(FOC I)

sunting

Kilang Minyak I dibangun tahun 1974 dengan kapasitas semula 100.000 barrel/hari. Kilang Minyak I ini beroperasi sejak diresmikan Presiden RI tanggal 24 Agustus 1976. Sejalan dengan peningkatan kebutuhan konsumen, tahun 1998/1999 ditingkatkan kapasitasnya melalui Debottlenecking project sehingga menjadi 118.000 barrel/hari. Kilang ini dirancang untuk memproses bahan baku minyak mentah (crude oil) dari Timur Tengah dengan tujuan selain mendapatkan BBM (bahan bakar minyak)sekaligus untuk mendapatkan produk NBM (Non BBM) seperti bahan dasar minyak pelumas (lube oil base) dan aspal (bitumen), mengingat karakter minyak mentah dari dalam negeri tidak ekonomis untuk produksi dimaksud.

Kilang Minyak II /Fuel Oil Complex II(FOC II)

sunting

Kilang Minyak II dibangun tahun 1981 dengan pertimbangan untuk pemenuhan kebutuhan BBM dalam negeri yang terus meningkat. Kilang yang mulai beroperasi 4 Agustus 1983 memiliki kapasitas awal 220.000 barrel/hari. Mengingat laju peningkatan kebutuhan BBM di tanah air, sejalan dengan proyek peningkatan kapasitas (de-bottlenecking) pada tahun 1998/1999, maka kapasitasnya juga ditingkatkan menjadi 230.000 barrel/hari. Kilang ini mengolah minyak mentah "cocktail" yaitu minyak campuran, tidak saja dari dalam negeri juga di impor dari luar negeri.

Lube Base Oil diproduksi oleh Lube Oil Complex I & II. produk ini kemudian dicampur dengan additive untuk menjadi pelumas seperti "Mesran", dan produk lain yang sejenis yang dapat ditemui dipasaran.

Dengan peningkatan capasitas melalui proyek Debottlenecking (1998/1999), maka dibangun Lube Oil Complex III (LOC III), sehingga kapasitas bertambah dari 225000 ton/tahun menjadi 428 ton/tahun.

Kilang Paraxylene

sunting

Kilang Paraxylene Cilacap dibangun tahun 1988 dan mulai beroperasi tanggal 20 Desember 1990. Total kapasitas produksi adalah 590000 ton/tahun terdiri dari produk-produk: Paraxylene, Benzene, LPG, Rafinate, Heavy Aromate, dan Fuel Gas. Pada saat pembangunanya, produk kilang ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku aromatik(setengah jadi) untuk kilang UP III Plaju, disamping untuk export. Namun semua produk benzene hanya untuk diexport, sedang produk lain untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Produk Non BBM

sunting

Aspal (Asphalt)

sunting

Aspal diproduksi oleh Kilang LOC I/II/III, dihasilkan oleh jenis Crude Oil jenis Asphaltic berbentuk semisolid, bersifat Non Metalik, larut dalam CS2 (Carbon Disulphide), mempunyai sifat waterproofing dan adhesive. Di Indonesia, hanya Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap yang dapat menghasilkan Asphalt dari minyak bumi. Setelah selesainya proyek Debottlenecking maka produksi aspal meningkat dari 520 kiloton/tahun menjadi 720 kiloton/tahun. Jenis aspal yang diproduksi adalah Penetrasi 60/70 dan Penetrasi 80/100.

Heavy Aromate

sunting

Heavy Aromate adalah produk sampingan yang diproduksi oleh unit Naptha Hydro Treater. Heavy Aromate digunakan sebagai bahan solvent.

Lube Base Oil

sunting

Lube Base Oil adalah bahan baku pelumas atau disebut pelumas dasar, diproduksi oleh MEK Dewaxing Unit (MDU) I, II, dan III dalam bentuk cair. Lube Base oil digunakan sebagai bahan baku minyak pelumas berbagai jenis permesinan baik berat maupun ringan. Selain itu lube base oil juga digunakan untuk bahan kosmetika.

Low Sulphur Waxy Residue (LSWR)

sunting

Low Sulphur Waxy Residue (LSWR) merupakan bottom produk dari Crude Distilling Unit (FOC II). LSWR digunakan sebagai bahan baku untuk diproses lebih lanjut menjadi berbagai produk BBM dan NBM, disamping dapat dimanfaatkan sebagai minyak bakar untuk pemanas di negara-negara bersuhu dingin.

Minarex (Pertamina Extract)

sunting

Seperti telah diketahui bahwa crude oil (minyak mentah /minyak bumi), dapat menghasilkan bermacam jenis produk, tidak hanya produk BBM tetapi juga produk non BBM serta produk petrokimia.

Proses ekstraksi dari LOC I,II&III tidak hanya menghasilkan base oil, parafinic, asphalt dan IFO (Industrial Fuel Oil), tetapi juga menghasilkan produk hasil ekstraksi yang diberi nama Minarex (Pertamina Extract). Minarex dapat digunakan untuk proses industri pada industri karet seperti ban dan tinta cetak, karena dapat

  • memperbaiki proses pelunakan dan pemekaran karet.
  • menurunkan kekentalan komponen karet.

Paraffinic Oil

sunting

Paraffinic oil adalah proccessing oil dari jenis Paraffinic dengan komposisi Paraffinic Hydrocarbon, Nepthenic, dan sedikit Aromatic Hydrocarbon. Paraffinic oil pada umumnya digunakan sebagai proccessing oil pada produk karet yang berwarna terang yaitu sebagai

  • bahan kimia pembantu pada industri penghasil barang karet seperti ban kendaraan bermotor, tali kipas, suku cadang kendaraan.
  • proccessing oil dan extender untuk polymer karet alam dan karet sintesis.
  • base oil untuk tinta cetak.

Toluene

sunting

Toluene diproduksi dalam bentuk cair. Toluene digunakan sebagai bahan baku TNT, solvent, pewarna, pembuat resin dan juga untuk bahan parfum, pembuat plasticizer dan obat-obatan.

Produk BBM (Bahan Bakar Minyak)

sunting

Bensin Premium

sunting

Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya adalah untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti: mobil, sepeda motor, motor tempel dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau petrol.

Solar/Gasoil (HSD: High Speed Diesel)

sunting

Minyak solar adalah bahan bakar jenis distilat berwarna kuning kecoklatan yang jernih. Penggunaan minyak solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar pada semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi (diatas 1.000 RPM), yang juga dapat dipergunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam dapur-dapur kecil, yang terutama diinginkan pembakaran yang bersih. Minyak solar ini biasa disebut juga Gas Oil, Automotive Diesel Oil, High Speed Diesel.

Kerosene

sunting

Minyak tanah atau kerosene merupakan bagian dari minyak mentah yang memiliki titik didih antara 150 °C dan 300 °C dan tidak berwarna. Digunakan selama bertahun-tahun sebagai alat bantu penerangan, memasak, water heating, dll yang umumnya merupakan pemakaian domestik (rumahan).

IDF (Industrial Diesel Fuel)

sunting

Minyak Diesel adalah hasil penyulingan minyak yang berwarna hitam yang berbentuk cair pada temperatur rendah. Biasanya memiliki kandungan sulfur yang rendah dan dapat diterima oleh Medium Speed Diesel Engine di sektor industri. Oleh karena itulah, diesel oil disebut juga Industrial Diesel Oil (IDO) atau Marine Diesel Fuel (MDF).

IFO (Industrial Fuel Oil)

sunting

Sebuah campuran bahan bakar minyak gasoil dan berat, dengan gasoil kurang dari minyak diesel laut.

Kebakaran Tangki Minyak Pertamina RU IV Cilacap

sunting

Sebuah kebakaran hebat terjadi di kilang minyak Pertamina Refinery Unit IV Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu (2/4/2011), sekitar pukul 04.25 WIB. Hingga pukul 07.35 WIB, pemadam berusaha memadamkan kobaran api.[1] Api melalap tangki di kompleks kilang di Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah dan mencapai bagian dasar tangki. Sedikitnya, enam mobil pemadam kebakaran, empat di antaranya milik Pertamina, berupaya memadamkan kebakaran tersebut.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cilacap Wasi Ariadi mengatakan, pihaknya sudah mengerahkan satu mobil pemadam kebakaran untuk membantu pemadaman api. "Ada enam unit yang sudah dikerahkan, empat milik Pertamina, satu dari kami, satu dari Holcim. Dari UPT BPBD Kroya dan PLTU Cilacap juga segera datang untuk membantu," katanya.

Kepala Kepolisian Resor Cilacap Ajun Komisaris Besar Rudi Darmoko mengatakan, polisi belum bisa masuk ke lokasi kebakaran.

Referensi

sunting

https://www.pertamina.com/id/refinery-unit-iv-cilacap

Pranala luar

sunting
  1. ^ [1], diakses pada Sabtu, 2 April 2011.