Penyu lekang

Penyu lekang, spesies penyu tropis, bertelur di pantai dan memiliki cangkang ringan. Dikenal sebagai penyu abu-abu di Indonesia, mereka beratnya 31-43 kg
(Dialihkan dari Penyu Lekang)

Penyu lekang (Lepidochelys olivacea) merupakan spesies penyu yang hidup di perairan tropis dan subtropis yang berperairan dangkal. Penyu lekang ditemukan bertelur di Samudra Hindia, Samudra Pasifik, dan pantai di pulau-pulau besar.[1]

Penyu lekang
Lepidochelys olivacea

Rekaman
Status konservasi
Rentan
IUCN11534
Taksonomi
KerajaanAnimalia
FilumChordata
KelasReptilia
OrdoTestudines
FamiliCheloniidae
GenusLepidochelys
SpesiesLepidochelys olivacea
Eschscholtz, 1829
Distribusi

Bentuk tubuh penyu lekang tidak mengalami perubahan dengan bentuk nenek moyangnya 100 juta tahun yang lalu berdasarkan temuan fosilnya. Karapas penyu berfungsi untuk melindunginya dari faktor lingkungan. Kulit penyu lebih ringan dibandingkan kura-kura sehingga mereka begerak lebih cepat. Daya apung air mengurangi berat cangkang penyu sehingga hewan ini tidak keberatan membawa cangkangnya saat berenang di air.[2]

Deskripsi sunting

Di Indonesia, penyu lekang disebut juga sebagai penyu abu-abu, penyu bibis, penyu sisik semu, penyu kembang, dan penyu slengkoroh. Penyu lekang termasuk di antara jenis penyu terkecil, dengan berat 31-43 kg.[3] Warna karapasnya abu-abu kehijauan, tukiknya berwarna abu-abu.

Penyu lekang menyukai lamun sebagai menu utama. Penyu lekang diketahui juga memangsa kepiting, gastropoda, cumi-cumi, ubur-ubur, dan udang-udangan sehingga penyu ini tergolong sebagai hewan omnivora.[4]

Persebaran sunting

 
Peta distribusi penyu lekang: titik merah adalah pantai tempat berkembang biak utama; titik kuning adalah pantai tempat berkembang biak sekunder.

Penyu lekang ditemukan di perairan hangat di wilayah Samudra Pasifik, Hindia, dan Atlantik. Mereka juga ditemukan bertelur di pesisir selatan kepulauan Indonesia, termasuk di pesisir pantai selatan Bali seperti di Pantai Kuta, Pantai Tegal Besar, dan Klungkung. Di beberapa tempat di India dan Meksiko, penyu ini datang dalam jumlah ribuan untuk bertelur bersama-sama di sebuah pantai, yang disebut dengan arribada.

Habitat Peneluran sunting

Penyu abu-abu melakukan peneluran ataupun bersinggah di kawasan pantai yang terdiri dari butiran pasir hitam. Butiran pasir hitam memiliki kandungan mineral besi lebih dari 70% atau opac.[5] Pasir besi mengandung sifat magnetis karena terdapat mineral magnelite ( ) berwarna hitam, maghemite (ү-  ), dan Rutil ( ).[6]

Pasir besi ini ditemukan di pantai selatan Yogyakarta, yaitu Bantul dan Kulon Progo. Tanaman yang dapat tumbuh di pantai yang mengandung besi antara lain pandan tikar (Pandanus tectorius), cemara laut (Casuarina equisetifolia L), dan ketapang laut (Terminalia mantaly).[7]

Jalur Migrasi Penyu Abu-abu di Indonesia sunting

Jalur bagian selatan (Alas Purwo dan Bali), terdapat 3 ekor (75%) bermigrasi menuju perairan selatan provinsi Jawa Barat dan.1 ekor (25%) bergerak mengelilingi wilayah selatan dan timur pulau bali sebelum bergerak ke Laut Jawa.[8]

Bagian utara (Jamursba Medi dan Kairo, Papua) terdapat 5 ekor dari keseluruhan penyu bergerak dari wilayah utara bermigrasi menuju ke selatan hingga Laut Banda serta Arafura.[9]

Biodiversitas Genetik sunting

Genetik dapat menjadi kunci konservasi untuk mempertahankan dan memperbaiki populasi dari kerusakan.

Penyu lekang di bagian Papua tepatnya di kawasan Kwatisore dan Pulau Yapen didapatkan keanekaragaman haplotipe sebesar 0,42857 dan keanekaragaman nukleotida sebesar 0,00253. Data yang diperoleh berdasarkan analisis mitochondrial DNA (mtDNA).[10]

Referensi sunting

  1. ^ M. Ghufran H. Khordi K, 2008. Budi Daya Perairan. Citra Aditya Bakti, Bandung.
  2. ^ M. Ghufran H. Khordi K, 2008. Budi Daya Perairan. Citra Aditya Bakti, Bandung.
  3. ^ M. Ghufran H. Khordi K, 2010. A to Z Budi Daya Akuatik untuk Pangan, Kosmetik, dan Obat-obatan. ANDI, Yogyakarta.
  4. ^ M. Ghufran H. Khordi K, 2008. Budi Daya Perairan. Citra Aditya Bakti, Bandung.
  5. ^ Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. 2009. Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu. Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Jakarta.
  6. ^ "PADMA – IST AKPRIND". journal.akprind.ac.id. Diakses tanggal 2018-03-23. 
  7. ^ Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. 2009. Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu. Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Jakarta.
  8. ^ Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. 2009. Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu. Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Jakarta.
  9. ^ Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. 2009. Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu. Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Jakarta.
  10. ^ Bahri, Samsul; Atmadipoera, Agus S.; Madduppa, Hawis H. (2018-01-02). "GENETIC DIVERSITY OF OLIVE RIDLEY Lepidochelys olivacea ASSOCIATED WITH CURRENT PATTERN IN CENDRAWASIH BAY, PAPUA". Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 9 (2): 747–760. doi:10.29244/jitkt.v9i2.19307. ISSN 2085-6695. 

Pranala luar sunting