Penyangkalan diri (juga disebut abnegasi diri[1] dan pengorbanan diri) merujuk kepada ketiadaan altruistik – kehendak untuk melupakan kesalahan pribadi atau sikap mengadili diri dalam rangka meningkatkan kebaikan lainnya.[2] Berbagai agama dan budaya mengambil pandangan berbeda terhadpa penyangkalan diri, beberapa menganggapnya baik dan yang lainnya menganggapnya buruk. Menurut beberapa Kristen, penyangkalan diri dianggap merupakan nilai manusia super yang hanya diraih melalui Yesus.[3] Beberapa kritikus penyangkalan diri menyatakan bahwa penyangkalan diri berujung pada pembencian diri dan mengklaim bahwa penyangkalan diri yang dipraktekkan dalam Yudaisme telah membentuk Yahudi yang membenci diri sendiri.[4]

Referensi sunting

  1. ^ Arthur I. Waskow (1991). Seasons of our Joy: A Modern Guide to the Jewish Holidays. Boston: Beacon Press. hlm. 31. ISBN 0-8070-3611-0. Diakses tanggal September 2, 2011. 
  2. ^ Tina Besley; Michael A. Peters (2007). Subjectivity & Truth: Foucault, Education, and the Culture of Self. New York: Peter Lang. hlm. 39. ISBN 0-8204-8195-5. Diakses tanggal September 2, 2011. 
  3. ^ Brian Stewart Hook; Russell R. Reno (2000). Heroism and the Christian Life: Reclaiming Excellence. Louisville, Kentucky: Westminster John Knox Press. hlm. 2. ISBN 0-664-25812-3. Diakses tanggal September 2, 2011. 
  4. ^ David Jan Sorkin (1999). The Transformation of German Jewry, 1780-1840. Detroit: Wayne State University Press. hlm. 4. ISBN 0-8143-2828-8. Diakses tanggal September 2, 2011.