Penyakit parvovirus anjing

penyakit infeksi pada anjing

Penyakit parvovirus anjing adalah penyakit menular pada anjing yang disebabkan oleh Canine parvovirus (disingkat CPV atau CPV-2). Penyakit ini bersifat mematikan, terutama pada anjing yang berusia kurang dari enam bulan.[1]

Penyakit parvovirus anjing
Anjing berumur tiga bulan yang menderita penyakit parvovirus. Diare dengan tinja yang encer (sebelah kanan) merupakan salah satu tanda penyakit ini.
Informasi umum
Nama lainInfeksi parvovirus anjing,
panleukopenia anjing
SpesialisasiKedokteran hewan
TipePencernaan dan miokarditis
PenyebabCanine parvovirus
Aspek klinis
Gejala dan tandaDemam, muntah, diare berbau amis
Awal muncul5–7 hari
DiagnosisTes diagnostik cepat, PCR
Kondisi serupaDistemper anjing
Tata laksana
PencegahanPemberian vaksin
PerawatanTerapi suportif dengan infus

Spesies rentan

sunting

Baik anjing domestik maupun anjing liar seperti anjing semak, anjing rakun, dan koyote dapat terinfeksi.[1] Antibodi terhadap CPV juga dilaporkan pada serigala abu-abu,[2] rubah beruban, rubah pemakan kepiting, dan serigala bersurai di Brasil,[3] rubah kelabu amerika selatan dan culpeo di Chili,[4] serta anjing liar afrika di Kenya.[5][6]

Tanda klinis

sunting

Infeksi CPV dapat termanifestasi dalam dua bentuk penyakit, yaitu bentuk pencernaan dan miokarditis. Tanda klinis yang terlihat pada bentuk pencernaan umumnya muncul setelah masa inkubasi selama 5–7 hari, meskipun masa inkubasi juga dapat memiliki kisaran 2–14 hari.[7] Demam, lemas, mukosa hidung kering, muntah, serta diare yang berbau amis dan biasanya mengandung darah merupakan tanda klinis yang biasa dijumpai. Anjing dapat mengalami dehidrasi dan kematian dapat terjadi dalam 72 jam. Pada bentuk miokarditis, sesak napas, muntah, aritmia jantung dan edema paru dapat ditunjukkan oleh anjing. Kematian mendadak tanpa tanda klinis juga bisa terjadi.[8]

Penyebab

sunting

Virologi

sunting

Canine parvovirus tipe 2 (CPV-2), penyebab penyakit parvovirus anjing, pertama kali didentifikasi pada akhir dasawarsa 1970-an pada anjing dengan enteritis berdarah.[9] Beberapa tahun kemudian, tipe CPV-2 yang asli digantikan oleh virus dengan dua variasi antigenik yang disebut CPV-2a dan CPV-2b.[10] Pada tahun 2000, varian antigenik ketiga yang disebut CPV-2c muncul di Italia dan menyebar ke negara-negara lain.[11][12]

Jenis parvovirus lain yang menginfeksi anjing adalah Carnivore bocaparvovirus 1 yang sebelumnya disingkat CPV-1.[13] Sementara itu, infeksi parvovirus pada kucing disebabkan oleh Feline panleukopenia virus yang berkerabat erat dengan CPV-2.[14]

Faktor risiko

sunting

Anjing berusia muda (enam pekan hingga enam bulan), anjing yang belum divaksin atau vaksinasinya belum lengkap lebih berpeluang menderita penyakit parvovirus. Selain itu, beberapa trah anjing seperti Rottweiler, Doberman Pinscher, American Pit Bull Terrier, English Springer Spaniel, dan anjing gembala Jerman memiliki risiko terinfeksi yang lebih besar.[7]

Cara penularan

sunting

Tinja dan bahan muntahan anjing terinfeksi merupakan sumber virus. Anjing terinfeksi mulai meluruhkan virus dalam tinjanya sejak 4–5 hari setelah terpapar CPV (bahkan sebelum tanda klinis muncul) sampai dengan sekitar 10 hari setelah pulih secara klinis.[7] Anjing sehat dapat tertular melalui kontak langsung (baik melalui rute oral dan nasal) dengan tinja yang mengandung virus dan secara tidak langsung melalui konsumsi pakan dan minum yang terkontaminasi virus. Selain itu, CPV juga dapat bertahan lama di lingkungan dan terbawa oleh benda-benda mati, seperti kandang dan peralatan.[1]

Diagnosis

sunting

Penyakit parvovirus anjing dapat didiagnosis dengan tes diagnostik cepat untuk mendeteksi antigen virus dalam tinja.[15] Reaksi berantai polimerase, isolasi virus, dan uji hemaglutinasi juga dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini.[16] Hasil uji negatif palsu dapat terjadi pada periode awal penyakit akibat konsentrasi virus yang rendah pada tinja cair bervolume tinggi atau pada periode akhir penyakit saat peluruhan virus menurun dengan cepat pada 10 hingga 12 hari pascainfeksi (3 hingga 4 hari setelah tanda klinis berkembang). Pada pemeriksaan darah, leukopenia sedang hingga berat yang dicirikan oleh limfopenia dan neutropenia dialami oleh mayoritas anjing yang terinfeksi parvovirus.[7]

Pencegahan

sunting

Penyakit parvovirus anjing bisa dicegah dengan vaksinasi. World Small Animal Veterinary Association (WSAVA) merekomendasikan parvovirus anjing sebagai penyakit yang termasuk dalam program vaksinasi inti pada anjing. Vaksin CPV-2—dalam bentuk virus hidup yang dilemahkan—diberikan secara parenteral pada usia 6–8 pekan, lalu setiap 2–4 pekan hingga berusia 16 pekan. Anjing dewasa yang baru akan divaksin perlu diberikan dua dosis vaksin dengan jarak 2–4 pekan, tetapi satu dosis vaksin hidup yang dilemahkan atau vaksin distemper rekombinan dianggap protektif. Sementara itu, vaksinasi penguat diberikan pada anjing usia 6 bulan atau 1 tahun, lalu tidak lebih sering dari setiap 3 tahun.[17][18]

Penanganan

sunting

Anjing yang didiagnosis menderita penyakit parvovirus perlu diisolasi dan dipisahkan dengan anjing lain untuk mencegah penularan penyakit. Tidak ada obat antivirus khusus yang digunakan untuk menangani penyakit ini. Penanganan yang biasanya diberikan adalah terapi suportif dengan infus untuk mencegah atau menghilangkan dehidrasi dan memulihkan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit, pemberian obat antimuntah (seperti metoklopramid, klorpromazin, maropitan, dan ondansetron)[19] dan antibiotika spektrum luas untuk mengatasi infeksi sekunder (seperti beta-laktam dan aminoglikosida; aminoglikosida hanya bisa diberikan setelah dehidrasi selesai ditangani).[20]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b c Dirkeswan 2014, hlm. 43.
  2. ^ Zarnke, Randall L.; Ballard, Warren B. (1987). "Serologic Survey for Selected Microbial Pathogens of Wolves In Alaska, 1975–1982". Journal of Wildlife Diseases. 23 (1): 77–85. doi:10.7589/0090-3558-23.1.77. ISSN 0090-3558. 
  3. ^ de Almeida Curi, Nelson Henrique; Araújo, Amanda Soriano; Campos, Fábia Souza; Lobato, Zélia Inês Portela; Gennari, Solange Maria; Marvulo, Maria Fernanda Vianna; Silva, Jean Carlos Ramos; Talamoni, Sônia Aparecida (2010). "Wild canids, domestic dogs and their pathogens in Southeast Brazil: disease threats for canid conservation". Biodiversity and Conservation. 19 (12): 3513–3524. doi:10.1007/s10531-010-9911-0. ISSN 0960-3115. PMC 7088301 . PMID 32214695. 
  4. ^ Acosta-Jamett, G.; Cunningham, A.A.; Bronsvoort, B.M. deC.; Cleaveland, S. (2015). "Serosurvey of canine distemper virus and canine parvovirus in wild canids and domestic dogs at the rural interface in the Coquimbo Region, Chile". European Journal of Wildlife Research. 61 (2): 329–332. doi:10.1007/s10344-014-0886-0. ISSN 1612-4642. 
  5. ^ Woodroffe, Rosie; Prager, Katherine C.; Munson, Linda; Conrad, Patricia A.; Dubovi, Edward J.; Mazet, Jonna A.K. (2012). Getz, Wayne M., ed. "Contact with Domestic Dogs Increases Pathogen Exposure in Endangered African Wild Dogs (Lycaon pictus)". PLoS ONE. 7 (1): e30099. doi:10.1371/journal.pone.0030099. ISSN 1932-6203. PMC 3253127 . PMID 22238695. 
  6. ^ Van Arkel, Alicia; Kelman, Mark; West, Peter; Ward, Michael P. (2019). "The relationship between reported domestic canine parvovirus cases and wild canid distribution". Heliyon. 5 (9): e02511. doi:10.1016/j.heliyon.2019.e02511. PMC 6819786 . PMID 31687600. 
  7. ^ a b c d Gallagher, Alex (2020). "Canine Parvovirus". MSD Veterinary Manual. Diakses tanggal 10 Januari 2022. 
  8. ^ Dirkeswan 2014, hlm. 44.
  9. ^ Appel, M.; Scott, F.; Carmichael, L. (1979). "Isolation and immunisation studies of a canine parco-like virus from dogs with haemorrhagic enteritis". Veterinary Record. 105 (8): 156–159. doi:10.1136/vr.105.8.156. ISSN 0042-4900. [pranala nonaktif permanen]
  10. ^ Parrish, C.R.; Aquadro, C.F.; Strassheim, M.L.; Evermann, J.F.; Sgro, J.Y.; Mohammed, H.O. (1991). "Rapid antigenic-type replacement and DNA sequence evolution of canine parvovirus". Journal of Virology. 65 (12): 6544–6552. doi:10.1128/jvi.65.12.6544-6552.1991. ISSN 0022-538X. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-10. Diakses tanggal 2022-01-10. 
  11. ^ Buonavoglia, Canio; Martella, Vito; Pratelli, Annamaria; Tempesta, Maria; Cavalli, Alessandra; Buonavoglia, Domenico; Bozzo, Giancarlo; Elia, Gabriella; Decaro, Nicola (2001). "Evidence for evolution of canine parvovirus type 2 in Italy". Journal of General Virology. 82 (12): 3021–3025. doi:10.1099/0022-1317-82-12-3021. ISSN 0022-1317. 
  12. ^ Decaro, Nicola; Buonavoglia, Canio (2012). "Canine parvovirus—A review of epidemiological and diagnostic aspects, with emphasis on type 2c". Veterinary Microbiology. 155 (1): 1–12. doi:10.1016/j.vetmic.2011.09.007. PMC 7173204 . PMID 21962408. 
  13. ^ Mochizuki, Masami; Hashimoto, Michiru; Hajima, Takayuki; Takiguchi, Mitsuyoshi; Hashimoto, Akira; Une, Yumi; Roerink, Frank; Ohshima, Takahisa; Parrish, Colin R. (2002). "Virologic and Serologic Identification of Minute Virus of Canines (Canine Parvovirus Type 1) from Dogs in Japan". Journal of Clinical Microbiology. 40 (11): 3993–3998. doi:10.1128/JCM.40.11.3993-3998.2002. ISSN 0095-1137. PMC 139639 . PMID 12409364. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-14. Diakses tanggal 2022-01-14. 
  14. ^ Truyen, U.; Parrish, C.R. (1992). "Canine and feline host ranges of canine parvovirus and feline panleukopenia virus: distinct host cell tropisms of each virus in vitro and in vivo". Journal of Virology. 66 (9): 5399–5408. doi:10.1128/jvi.66.9.5399-5408.1992. ISSN 0022-538X. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-14. Diakses tanggal 2022-01-14. 
  15. ^ Walter-Weingärtner, Julia; Bergmann, Michèle; Weber, Karin; Truyen, Uwe; Muresan, Cosmin; Hartmann, Katrin (2021). "Comparison of Eight Commercially Available Faecal Point-of-Care Tests for Detection of Canine Parvovirus Antigen". Viruses. 13 (10): 2080. doi:10.3390/v13102080. ISSN 1999-4915. PMC 8540396  Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 34696513 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  16. ^ Desario, Costantina; Decaro, Nicola; Campolo, Marco; Cavalli, Alessandra; Cirone, Francesco; Elia, Gabriella; Martella, Vito; Lorusso, Eleonora; Camero, Michele (2005). "Canine parvovirus infection: Which diagnostic test for virus?". Journal of Virological Methods. 126 (1-2): 179–185. doi:10.1016/j.jviromet.2005.02.006. 
  17. ^ Day, M.J.; Horzinek, M.C.; Schultz, R.D.; Squires, R.A. (2016). "WSAVA Guidelines for the vaccination of dogs and cats: WSAVA Vaccination Guidelines". Journal of Small Animal Practice (dalam bahasa Inggris). 57 (1): E1–E45. doi:10.1111/jsap.2_12431. 
  18. ^ Decaro, N.; Buonavoglia, C.; Barrs, V.R. (2020). "Canine parvovirus vaccination and immunisation failures: Are we far from disease eradication?". Veterinary Microbiology. 247: 108760. doi:10.1016/j.vetmic.2020.108760. PMC 7295477 . PMID 32768213. 
  19. ^ Yalcin, E.; Keser, G.O. (2017). "Comparative efficacy of metoclopramide, ondansetron and maropitant in preventing parvoviral enteritis-induced emesis in dogs". Journal of Veterinary Pharmacology and Therapeutics. 40 (6): 599–603. doi:10.1111/jvp.12396. PMC 7166845 . PMID 28198032. 
  20. ^ Macintire, Douglass (1 Agustus 2008). "Treatment of severe parvoviral enteritis (Proceedings)". DVM 360. Diakses tanggal 14 Januari 2022. 

Daftar pustaka

sunting