Pengepungan Sumedang (1678)

Pengepungan Sumedang terjadi karena hubungan kerja sama antara Kerajaan Sumedang Larang dengan Kesultanan Banten

Pengepungan Sumedang (1678)
TanggalMei - Juni 1678
LokasiSumedang, Jawa Barat
Hasil Lihat hasil pertempuran
Pihak terlibat
Kerajaan Sumedang Larang
Belanda
Kesultanan BantenKesultanan Banten
Tokoh dan pemimpin
Pangeran Panembahan Kusumadinata
Jochem Michels
Kesultanan Banten Sultan Ageng Tirtayasa
Kesultanan Banten Raden Senapati 
Korban
sebagian Ibukota Sumedang hancur 20 senapan dan beberapa pasukan

Latar belakang

sunting

Panembahan mengembalikan kebesaran Sumedang seperti zaman Sumedang larang. Akan tetapi, ia menyadari bahwa tidak mungkin melaksanakan citacitanya itu sendirian. Ia harus minta bantuan pihak lain. Pihak mana yang layak dimintai bantuan, pilihan jatuh pada Banten. Ternyata Banten menyambu baik permohonan Pangeran Parembahan itu, namun namun Bantu minta kompensasi, yaitu Sumedang harus membantu Banten dalam mengladapi VOC dan Mataram. Permintaan Banten itu tidak disanggupi oleh Pangeran Panembahan.[1]

Setelah penolakan atas permintaan Banten itu, Pangeran Panembahan menyadari akan akibatnya, yaitu Banten akan memusuhi dan balkan akan menyerang Sumedang. Untuk mengantisipai hal itu, Pangeran Panembahan menyurati VOC yang isinya adalah pihak Sumedang akan menyerahkan. wilayah antara Batavia dan Indramayu kepada VOC. Maksud penyerahan itu adalah supaya VOC menutup muara Cipamanukan dan pantai utara sehingga bisa mencegat tentara Banten.[2]

Sikap cerdas Pangeran Panembahan ini sesungguhnya memanfaatkan kekurang pahaman pihak VOC mengenai wilayah. Sesungguhnya, włayah yang diserahkan Pangeran Panembahan tu sudah menjadi milik VOC yang merupakan pemberian Amangkurat I sebagai kompensasi atas bantuan VOC, sebagaimana tertuang dalam perjajian tanggal 25 Februari 1677 maupun 19-20 Oktober 1677.

VOC menerima tawaran Pangeran Panembahan itu karena dalam hal menghadapi Banten ada kepentingan yang sama. VOC pun selalu mendapat gangguan dan ancaman dari pihk Banten. VOC segera mengamankan Karawang dan menghalangi mamsınya pasukan Banten. Pangeran Panembahan pun leluasa memperkuat kedudukan dan pemerintahannya di Sumedang.

Pengepungan Sumedang (Maret 1678)

sunting

Saat Pangeran Panembahan sibuk menaklukkan daerah utara, piłak Banten memanfaatkan momentum ini untuk menyiapkan serang ke Sumedang. Sultan Banten mendapat bantuan dari dua orang bekas tawanan Trunojoyo dan bupati Bandung, Wiraangun-angun. Tidak hanya Bandung, Sukapura dan Parakanmuncang pun membatu Banten.[3]

Mengetahui persiapan Banten seperti itu, VOC pun mempersiapkan pasukannya di daerah-daerah yang ada di bawah kekuasaannya yaitu di daerah antara kali Cisadane dan Citarum, juga antara Batavia dan Indramayu. Dengan demikian, Sumedang pun terlindungi baik dari arah barat maupun utara.

Akan tetapi di luar dugaan, pasukan Banten dalam jumlah yang cukup banyak pada tanggal 10 Maret 1678 bergerak menuju Sumedang tidak melalui utara, tetapi melalui daerah yang longgar dari penjagaan VOC, yaitu Maroberes (Muaraberes, kira-kira 15 km sebelah utara Bogor). Pasukan Banten yang lain menuju Sumedang melalui Tangerang ke Patimun. Pada awal Mei 1678 Banten telah sampai di Sumedang. Kota Sumedang dikepung pasukan Banten hampir satu bulan lamanya.Bertepatan dengan waktu penyerangan pasukan Banten ke Sumedang, di ibu kota Banten sendiri sedang konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan anaknya, Sultan Haji. Untuk menghadapi perlawanan Sultan Haji, Sultan Ageng Tirtayasa kekurangan tenaga, sehingga pasukan Banten yang berada di Sumedang dipanggil pulang. Akibatnya adalah pemimpin pasukan Banten menarik mundur pasukannya untuk segera pulang ke Banten. Pasukan Banten tidak begitu saja bisa meninggalkan Sumedang, karena pasukan Sumedang mengejarnya sehingga terjadilah peperangan di Tegalluar. Kejdian ini berlangsung pada awal Juni 1678. Pemimpin pasukan Banten, Raden Senapati tewas di medan pertempuran. Pasukan Sumedang tidak hanya berhasil mengusir tentara Banten, tapi juga berhasil merampas 20 pucık senapan. Gagallah serangan Banten terhadap Sumedang.

Hasil pertempuran

sunting

Phase pertama

sunting

Pada awal Mei 1678 Banten telah sampai di Sumedang. Kota Sumedang dikepung pasukan Banten hampir satu bulan lamanya.[4]

Phase kedua

sunting

pasukan Sumedang mengejarnya sehingga terjadilah peperangan di Tegalluar. Kejadian ini berlangsung pada awal Juni 1678. Pemimpin pasukan Banten, Raden Senapati tewas di medan pertempuran. Pasukan Sumedang berhasil mengusir tentara Banten, tapi juga berhasil menggagalkan serangan Banten terhadap Sumedang. [5]

Referensi

sunting
  1. ^ Sumedang larang pada masa pengaruh Kesultanan Mataram.Fakultas Sastra Universitas Padjajaran Bandung 2008.
  2. ^ Sumedang larang pada masa pengaruh Kesultanan Mataram.Fakultas Sastra Universitas Padjajaran Bandung 2008.
  3. ^ Sumedang larang pada masa pengaruh Kesultanan Mataram.Fakultas Sastra Universitas Padjajaran Bandung 2008.
  4. ^ Sumedang larang pada masa pengaruh Kesultanan Mataram.Fakultas Sastra Universitas Padjajaran Bandung 2008.
  5. ^ Sumedang larang pada masa pengaruh Kesultanan Mataram.Fakultas Sastra Universitas Padjajaran Bandung 2008.