Pendudukan Semenanjung Sinai oleh Israel

Pendudukan Semenanjung Sinai oleh Israel adalah pendudukan militer selama 15 tahun di Semenanjung Sinai oleh pasukan Israel yang terjadi setelah perebutan wilayah tersebut oleh Israel dari Mesir selama Perang Arab-Israel 1967. Penguasaan sementara Israel atas Semenanjung Sinai berakhir pada tahun 1982 setelah pelaksanaan perjanjian damai Mesir-Israel 1979, yang membuat Israel mengembalikan wilayah tersebut kepada Mesir dengan imbalan pengakuan Mesir atas Israel sebagai negara berdaulat yang sah.

Pendudukan Semenanjung Sinai oleh Israel
Bagian dari Konflik Arab-Israel
Wilayah yang diduduki oleh Israel selama Perang Enam Hari, termasuk Sinai
Tanggal29 Oktober 1956 – 7 Maret 1957 (petama)
5 Juni 1967 – 25 April 1982 (kedua)
LokasiSemenanjung Sinai, Mesir
HasilPerjanjian Damai Israel-Mesir mengarah pada penarikan pasukan Israel dari Sinai

Sebanyak 18 pemukiman Israel didirikan di wilayah tersebut selama masa pendudukan, terutama di sepanjang Teluk Aqabah dan di bagian timur laut yang terletak di selatan Jalur Gaza.

Semenanjung Sinai dikembalikan ke Mesir dalam beberapa tahap yang dimulai pada tahun 1979 sebagai bagian dari perjanjian perdamaian Mesir-Israel.[1] Israel membongkar 18 pemukiman, 2 pangkalan angkatan udara, pangkalan angkatan laut, dan instalasi lainnya pada tahun 1982, termasuk sebagian besar sumber daya minyak yang berada di bawah penguasaan Israel.

Sejarah

sunting

Pasukan Israel pertama kali merebut Semenanjung Sinai Mesir selama Krisis Suez pada Oktober-November 1956. Di bawah tekanan internasional yang besar, pasukan Israel menarik diri pada bulan Maret 1957, setelah memetakan wilayah tersebut dan menempatkan penyimpanan pasokan rahasia sebagai persiapan untuk perang berikutnya. Sebagai bagian dari syarat penarikan Israel, Semenanjung Sinai didemiliterisasi dan pasukan penjaga perdamaian UNEF ditempatkan di sana untuk menjaga perbatasan antara Israel dan Mesir. Pada bulan Mei 1967, Presiden Mesir Gamal Abdul Nasir memerintahkan penarikan pasukan ini dan memindahkan pasukan Mesir sendiri ke daerah tersebut. Israel, yang meyakini bahwa perang akan segera terjadi, akhirnya melancarkan serangan pendahuluan terhadap Mesir, yang mengawali Perang Enam Hari. Dalam waktu tiga hari, Israel telah menduduki sebagian besar Semenanjung Sinai.

Setelah Israel merebut dan menduduki Semenanjung Sinai, Mesir melancarkan Perang Atrisi (1967-1970) yang bertujuan untuk memaksa Israel mundur dari Semenanjung Sinai. Perang ini menyebabkan konflik berkepanjangan di Zona Terusan Suez, mulai dari pertempuran terbatas hingga pertempuran berskala besar. Penembakan Israel terhadap kota Bursaid, Ismailiyah, dan Suez di tepi barat terusan, menyebabkan korban sipil yang tinggi (termasuk hancurnya sebagian besar kota Suez), dan menyebabkan pelarian 700.000[2] pengungsi internal Mesir. Pada akhirnya, perang berakhir pada tahun 1970 tanpa ada perubahan di garis depan.[3] Pada tanggal 6 Oktober 1973, Mesir memulai Operasi Badr untuk merebut kembali Semenanjung Sinai, sementara Suriah meluncurkan operasi simultan untuk merebut kembali Dataran Tinggi Golan, dan dengan demikian memulai Perang Yom Kippur (yang dikenal di Mesir dan sebagian besar Eropa sebagai Perang Oktober). Terusan ini dibuka kembali pada tahun 1975, dengan Presiden Sadat memimpin konvoi pertama melalui terusan tersebut dengan kapal perusak Mesir. Pada tahun 1979, Mesir dan Israel menandatangani perjanjian damai di mana Israel setuju untuk menarik diri dari seluruh Semenanjung Sinai. Israel kemudian menarik diri dalam beberapa tahap, yang berakhir pada 26 April 1982.[4]

Permukiman Israel di Sinai

sunting
 
Tentara Israel mengevakuasi warga Yamit dengan paksa

Permukiman Israel di Semenanjung Sinai dibagi menjadi dua wilayah: satu di sepanjang pesisir Mediterania, dan satu lagi di sepanjang Teluk Aqabah.[5] Israel memiliki rencana untuk memperluas pemukiman Yamit menjadi sebuah kota yang berpenduduk hingga 200.000 jiwa.[6] Populasi Yamit sebenarnya tidak pernah melebihi 3.000 jiwa.[7] Pemukiman di wilayah Yamit dihancurkan oleh Israel sebelum penarikan mundur, tetapi pemukiman di teluk: Ofira (Sharm el-Sheikh), Di Zahav (Dahab), dan Neviot (Nuweiba) tetap utuh, dan dikembangkan lebih lanjut oleh Mesir setelah penarikan.

Wilayah Yamit

sunting

Wilayah Teluk

sunting

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Upon completion of the interim withdrawal provided for in Annex I, the parties will establish normal and friendly relations, in accordance with Article III (3)." Frank Thompson (1978). Jimmy Carter. US Government Printing Office. hlm. 496. ISBN 0-16-058935-5. 
  2. ^ Spencer, Tucker. Encyclopedia or the Arab-Israeli Conflict. hlm. 175. 
  3. ^ Encyclopedia Britannica. 
  4. ^ Shipler, David K.; Times, Special to The New York (1982-04-26). "Israeli Completes Pullout, Leaving Sinai to Egypt". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 2019-06-04. 
  5. ^ "Israeli Settlements in Sinai (1967-1982)". ecf.org.il (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-02-07. 
  6. ^ The Arab–Israeli Dilemma (Contemporary Issues in the Middle East), Syracuse University Press; 3rd edition (August, 1985 ISBN 0-8156-2340-2
  7. ^ "Israel's Withdrawal from Sinai 1979-1982 - The Israel Project". web.archive.org. 2006-03-01. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-03-01. Diakses tanggal 2023-02-07.