Penculikan mempelai

Penculikan mempelai, yang juga dikenal sebagai pernikahan melalui penculikan atau pernikahan melalui penangkapan, adalah sebuah praktik di mana seorang pria menculik seorang wanita yang ia ingin dinikahi. Penculikan mempelai telah dipraktikkan di seluruh dunia dan sepanjang sejarah. Praktik tersebut masih terjadi di negara-negara di Asia Tengah, kawasan Kaukasus dan sebagian Afrika, dan sejumlah suku seperti suku Hmong di Asia Tenggara, suku Tzeltal di Meksiko, dan suku Romani di Eropa.

Di kebanyakan negara, penculikan mempelai dianggap sebagai kejahatan seks ketimbang bentuk pernikahan yang sah. Beberapa jenis dari praktik tersebut juga dipandang jatuh di antara pernikahan paksa dan pernikahan perjodohan. Istilah tersebut terkadang digunakan tak hanya meliputi penculikan, tetapi juga kawin lari, di mana sebuah pasangan melarikan diri bersama dan menghindari perhatian dari orang tua mereka; hal tersebut masing-masing dianggap sebagai penculikan yang tak dikehendaki dan dikehendaki. Namun, bahkan saat praktik tersebut bertentangan dengan hukum, penegakan yudisialnya masih lemah di beberapa wilayah, seperti Moldova, Kirgizstan dan Chechnya.

Penculikan mempelai berbeda dengan raptio karena penculikan mempelai merujuk kepada penculikan seorang wanita dengan seorang pria (dan teman-teman dan kerabat-kerabatnya), dan masih merupakan praktik yang merebak, sementara raptio merujuk kepada penculikan wanita berskala besar oleh sekelompok pria, diyakini pada masa perang (lihat pula pemerkosaan perang).

Beberapa budaya mada masa sekarang mengutamakan ritual penculikan mempelai simbolik sebagai bagian dari tradisi terkait pernikahan, di mana praktik penculikan mempelai ditampilkan dalam sejarah budaya tersebut. Menurut beberapa sumber, bulan madu adalah relik dari pernikahan melalui penangkapan, berdasarkan pada praktik suami menyembunyikan istrinya agar tidak diketahui para kerabatnya, dengan tujuan agar wanita tersebut mengandung pada akhir bulan.[1]

Daftar pustaka

sunting
  • Adekunle, Julius. Culture and Customs of Rwanda, Greenwood Publishing Group (2007).
  • Kovalesky, Maxime. Modern Customs and Ancient Laws of Russia, London: David, Nutt & Strand (1891).
  • Pamporov, Alexey. Romani everyday life in Bulgaria, Sofia: IMIR (2006). (in Bulgarian)

Artikel jurnal

sunting
  • Ayres, Barbara "Bride Theft and Raiding for Wives in Cross-Cultural Perspective", Anthropological Quarterly, Vol. 47, No. 3, Kidnapping and Elopement as Alternative Systems of Marriage (Special Issue) (July 1974), p. 245
  • Barnes, R. H. "Marriage by Capture." The Journal of the Royal Anthropological Institute, Vol. 5, No. 1. (March 1999), pp. 57–73.
  • Bates, Daniel G. "Normative and Alternative Systems of Marriage among the Yörük of Southeastern Turkey." Anthropological Quarterly, 47:3 (Jul. 1974), pp. 270–287.
  • Evans-Grubbs, Judith. "Abduction Marriage in Antiquity: A Law of Constantine (CTh IX. 24. I) and Its Social Context" The Journal of Roman Studies, Vol. 79, 1989, pp. 59–83.
  • Handrahan, Lori. 2004. "Hunting for Women: Bride-Kidnapping in Kyrgyzstan." International Feminist Journal of Politics, 6:2 (June), 207–233.
  • Herzfeld, Michael "Gender Pragmatics: Agency, Speech, and Bride Theft in a Cretan Mountain Village." Anthropology 1985, Vol. IX: 25–44.
  • Kleinbach, Russ and Salimjanova, Lilly (2007). "Kyz ala kachuu and adat: non-consensual bride kidnapping and tradition in Kyrgyzstan", Central Asian Survey, 26:2, 217 — 233.
  • Kleinbach, Russell. "Frequency of non-consensual bride kidnapping in the Kyrgyz Republic." International Journal of Central Asian Studies. Vol 8, No 1, 2003, pp. 108–128.
  • Kleinbach, Russell, Mehrigiul Ablezova and Medina Aitieva. "Kidnapping for marriage (ala kachuu) in a Kyrgyz village." Central Asian Survey. (June 2005) 24(2), 191–202. available in [1].
  • Kowalewsky, M. "Marriage among the Early Slavs", Folklore, Vol. 1, No. 4 (Dec. 1890), pp. 463–480.
  • Light, Nathan and Damira Imanalieva. "Performing Ala Kachuu: Marriage Strategies in the Kyrgyz Republic".
  • McLaren, Anne E., "Marriage by Abduction in Twentieth Century China", Modern Asian Studies 35(4) (Oct. 2001), pp. 953–984.
  • Pamporov, Alexey "Sold like a donkey? Bride-price among the Bulgarian Roma" Journal of the Royal Anthropological Institute (N.S.) 13, 471–476 (2007)
  • Rimonte, Nilda "A Question of Culture: Cultural Approval of Violence against Women in the Pacific-Asian Community and the Cultural Defense'", Stanford Law Review, Vol. 43, No. 6 (Jul. 1991), pp. 1311–1326.
  • Stross, Brian. "Tzeltal Marriage by Capture." Anthropological Quarterly. 47:3 (July 1974), pp. 328–346.
  • Werner, Cynthia, "Women, marriage, and the nation-state: the rise of nonconsensual bride kidnapping in post-Soviet Kazakhstan Diarsipkan 2016-03-06 di Wayback Machine.", in The Transformation of Central Asia. Pauline Jones Luong, ed. Ithaca, New York: Cornell University Press, 2004, pp. 59–89.
  • Yang, Jennifer Ann. "Marriage By Capture in the Hmong Culture: The Legal Issue of Cultural Rights Versus Women's Rights", Law and Society Review at UCSB, Vol. 3, pp. 38–49 (2004).

Laporan hak asasi manusia

sunting

Artikel berita dan laporan radio

sunting

Disertasi dan makalah akademik

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ See, e.g., William Shepard Walsh, Curiosities of Popular Customs and of Rites, Ceremonies, Observances, and Miscellaneous Antiquities, (J.B. Lippincott Co., 1897), p. 654; John Lubbock, The Origin of Civilisation and the Primitive Condition of Man: Mental and Social Condition of Savages, (Appleton, 1882), p. 122. Curtis Pesmen & Setiawan Djody, Your First Year of Marriage (Simon and Schuster, 1995) p. 37. Compare with Edward Westermarck, The History of Human Marriage (Allerton Book Co., 1922), p. 277 (refuting the link between honeymoon and marriage by capture).

Pranala luar

sunting