Persatuan Astronomi Internasional (IAU) adalah otoritas yang diakui secara internasional untuk memberikan penamaan pada benda-benda langit termasuk bintang. Banyak nama bintang yang dipakai saat ini diwarisi dari saat sebelum IAU berdiri. Namun, kebanyakan bintang tidak memiliki nama khusus dan hanya dikenali sebagai sebuah nomor dalam sebuah katalog bintang. Artikel ini secara singkat mensurvey beberapa metode yang digunakan dalam penyebutan nama bintang.

Nama diri

sunting

Banyak bintang, khususnya bintang-bintang terang, memiliki nama yang berasal dari kebudayaan-kebudayaan kuno. Meskipun nama latin diberikan untuk semua rasi bintang, tetapi nama diri bintang-bintang dalam rasi-rasi tersebut kebanyakan berasal dari Bahasa Arab. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal:

Namun, terdapat beberapa masalah dalam penyebutan nama-nama ini:

Umumnya, nama-nama tradisional tersebut hanya digunakan untuk bintang-bintang yang sangat terang, (Sirius, Arcturus, Vega, dsb.) dan untuk sejumlah kecil bintang yang kurang terang tetapi “menarik” (seperti misalnya Algol, Polaris, Mira, dsb.). Untuk bintang-bintang lainnya yang dapat dilihat menggunakan mata telanjang, penamaan Bayer lebih sering digunakan.

Huruf Bayer

sunting

Pada 1603, dalam teksnya yang berjudul Uranometria, Johann Bayer memperkenalkan sebuah sistem penamaan bintang dalam sebuah rasi menggunakan abjad Yunani (alpha, beta, gamma, dan seterusnya) sesuai dengan urutan terangnya. Sistem ini masih digunakan secara luas hingga sekarang. Sebagai contoh, Sirius memiliki nama lain dalam penyebutan Bayer: Alpha Canis Majoris, yaitu bintang paling terang dalam rasi Canis Major.

Nomor Flamsteed

sunting

Penamaan bintang dengan penomoran Flamsteed di dalam sebuah rasi juga masih digunakan. Sistem ini diperkenalkan oleh John Flamsteed dalam teksnya yang berjudul Historia Coelestis Britannica (diterbitkan pada 1729 setelah kematiannya[2]). Sistem penamaan ini adalah dengan memberikan nomor yang runtut pada sebuah bintang sesuai dengan urutan asensio rektanya dalam sebuah rasi. Misalnya 61 Cygni memiliki asensio rekta lebih besar daripada 16 Cygni. Sistem penamaan ini familiar untuk bintang-bintang redup, tetapi masih bisa dilihat dengan mata telanjang, sehingga kebanyakan bintang yang memiliki penamaan Flamsteed tidak memiliki nama diri dan nama Bayer.

Referensi

sunting
  1. ^ Allen, Richard H. (1936). Star-names and Their Meanings. New York: G. E. Stechert & Co. hlm. xii. 
  2. ^ Allen, Richard H. (1936). Star-names and Their Meanings. New York: G. E. Stechert & Co. hlm. 14.