Partangiangan berasal dari bahasa Batak yang akar kata "tangiang" yang artinya "doa", maka jika diartikan secara harafiah "partangiangan" dapat diartikan "kegiatan doa".[1] Dalam kegiatan gerejawi, "partangiangan" lebih diartikan sebagai kegiatan ibadah yang lebik kompleks dari doa, yang di dalamnya ada nyanyian jemaat dan khotbah. Partangiangan lebih dipakai untuk menyebut "perkumpulan doa". Partangiangan dapat dibandingkan dengan "ibadah rumah tangga".

Partangiangan lingkungan dipenuhi tradisi-tradisi Batak Toba, mulai dari bertamu, cara duduk dan cara berbicara dengan yang lain. Partangiangan dapat didefinisikan sebagai "ibadah untuk kelompok kecil" (ibadah yang dihadiri kira-kira 15 orang). Ibadah dalam kelompok kecil merupakan ibadah persekutuan saling mengenal satu sama lain.[2] Selain itu, dalam ibadah kelompok kecil ini, hal yang penting adalah bagaimana umat diajak untuk aktif ikut bagian dan suasana yang relax dan santai.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ (Indonesia) Lothar Schreiner. Adat dan Injil: Perjumpaan Adat Dengan Iman Kristen di Tanah Batak. 2003. Jakarta: BPK Gunung Mulia .
  2. ^ (Inggris)Jean Lebon. How to understand the liturgy . 1987,London: SCM Press.