Pari ketoka

sejenis ikan pari kecil
Pari toka-toka
Pari toka-toka dari pasar ikan Labuan, Banten
Tidak dievaluasi (IUCN 3.1)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Superordo:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
B. heterura
Nama binomial
Brevitrygon heterura
(Bleeker, 1852)[1]
Sinonim[1]
  • Trygon heterurus (Bleeker, 1852)[2] (Basionym)
  • Himantura walga (in part)

Pari toka-toka[3] (Brevitrygon heterura), atau ada pula yang menyebutnya pari ketoka, adalah sejenis ikan bertulang rawan anggota suku pari sengat Dasyatidae.[4]:259 Pari ini menyebar di perairan laut tropis sekitar Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, hingga ke Thailand sebelah barat.[1] Sebelumnya, nama ilmiah ikan pari ini adalah Himantura walga, yang setelah pemisahan wilayah sebarannya terbatas di sekitar Laut Merah, Teluk Aden, Laut Arab, serta Teluk Persia ke timur hingga pesisir Mumbai di anak-benua India.[5]

Pengenalan sunting

 
Duri kecil-kecil di atas pangkal ekor

Ikan pari ini berukuran kecil; lebar badannya maksimal sekitar 24 cm DW (disc width, lebar cawan; yakni lebar melintang dari ujung ke ujung 'sayap' atau sirip dada). Jenis ini dapat dikenali melalui kombinasi beberapa ciri berikut:[4]:258-9[6]:218

  • Lempengan tubuhnya berbentuk agak bundar telur
  • Sisi atas tubuh berwarna kecokelatan atau keabu-abuan, tanpa pola; sisi bawah keputih-putihan, terkadang dengan tepi belakang berwarna cokelat abu-abu kekuningan
  • Terdapat jalur sempit dengan tonjolan-tonjolan kecil serupa duri di atas tengkuk hingga ke ekor bagian depan
  • Ekornya pendek, tidak menyerupai cambuk; ujungnya membesar dan tumpul pada hewan betina dewasa
  • Duri sengat terletak di sisi atas ekor di bagian depan
  • Di bagian bawah ekor tidak terdapat selaput atau lipatan kulit
  • Di sisi atas pangkal ekor terdapat duri-duri kecil yang cukup panjang, mencapai panjang hampir setengah diameter mata
  • Duri-duri kecil di bagian tengah punggung tidak ada atau tidak berkembang.

Bio-ekologi sunting

Pari jantan dan betina mencapai kedewasaan pada ukuran 16–17 cm DW; sementara ukuran anak ikan pada saat lahir sekitar 8–10 cm DW. Pari ketoka bersifat vivipar dengan kecenderungan histotrofi. Anak yang dilahirkan berjumlah 1–2 ekor, dengan lama masa kandungan yang belum diketahui. Musim kawin ikan ini tidak tetap.[4]:258-9

Pari ketoka hidup di dasar perairan (demersal) di sekitar kepulauan dan paparan benua; kadang-kadang ditemukan pula di daerah pantai perairan teluk. Mangsanya terdiri dari krustasea kecil dan ikan-ikan kecil.[4]:258-9

Pemanfaatan sunting

Pari ini umumnya ditangkap dalam jumlah besar dengan pukat dasar atau pukat harimau. Dipasarkan secara lokal, pari ini dikonsumsi sebagai ikan segar atau ikan asin.[6]:219

Jenis serupa sunting

Pari halus (Brevitrygon javaensis) berwarna dan berbentuk serupa. Perbedaannya: ekornya lebih panjang dan lebih menyerupai cambuk; di sisi bawah ekor terdapat semacam lipatan kulit; di sisi atas ekor tidak ada duri-duri kecil; sementara di jalur tengah di atas punggung terdapat 1-3 deretan duri-duri yang membesar.[4]:260-1 Pari halus hanya ditemukan di perairan selatan pulau Jawa, di sekitar Cilacap.[7]

Catatan kaki sunting

  1. ^ a b c "Brevitrygon heterura (Bleeker, 1852)". FishBase. Diakses tanggal 15-10-2019. 
  2. ^ Bleeker, P. (1852). "Bijdrage tot de kennis der Plagiostomen van den Indischen Archipel". Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, 24 (art. 12): 1–92, Pls. 1–4
  3. ^ Novariani; Lubis, Hafni; Hafni (Maret 2014). "BIOLOGI REPRODUKSI IKAN PARI TOKA-TOKA (Himantura walga, MULLER AND HENLE 1841) YANG TERTANGKAP DAN DI DARATKAN DI CILINCING": 1–7. doi:10.21009/Bioma10(1).1. ISSN 0126-3552. 
  4. ^ a b c d e White, W.T., P.R. Last, J.D. Stevens, G.K. Yearsley, Fahmi, Dharmadi. (2006). "Economically important sharks and rays of Indonesia. (Hiu dan pari yang bernilai ekonomis penting di Indonesia)". ACIAR monograph series no. 124. ISBN 1 86320 517 9 (sebagai Himantura walga)
  5. ^ Simpfendorfer, C., A. Moore, I. Elhassan, F. Owfi, & K.V. Akhilesh. (2017). Brevitrygon walga. The IUCN Red List of Threatened Species 2017: e.T104176764A111015783. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2017-2.RLTS.T104176764A111015783.en. Diakses 16/X/2019.
  6. ^ a b Last, P.R., W.T. White, J.N. Caira, Fahmi, Dharmadi, K. Jensen, A.P.K. Liem, B.M. Manjaji-Matsumoto, G.J.P. Naylor, J.J. Pogonoski, J.D. Stevens, G.K. Yearsley. (2010). Sharks and rays of Borneo. Collingwood: CSIRO Publishing. ISBN 9781921605642 (pdf)
  7. ^ Last, P.R., & W.T. White. (2013). "Two new stingrays (Chondrichthyes: Dasyatidae) from the eastern Indonesian Archipelago". Zootaxa 3722(1): 001–21. DOI: http://dx.doi.org/10.11646/zootaxa.3722.1.1

Pranala luar sunting