Parakitri Tahi Simbolon

jurnalis Indonesia

Parakitri Tahi Simbolon (28 Desember 1947 – 24 Maret 2024), adalah seorang esais, sosiolog, cerpenis, novelis, wartawan/eks redaktur senior Harian Kompas,[1] pengelola Pusat Informasi dan Litbang Kompas, dan pendiri penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).[2][3] Parakitri meninggal di usia 76 tahun pada Minggu, 24 Maret 2024.

Parakitri Tahi Simbolon
LahirParakitri Tahi Simbolon
(1947-12-28)28 Desember 1947
Samosir, Tapanuli Utara, Sumatera Utara
Meninggal24 Maret 2024(2024-03-24) (umur 76)
Nama lainParakitri T. Simbolon
PekerjaanSosiolog, Sastrawan, Wartawan
Tahun aktif1976 - sekarang
AnakIpung Simbolon, Maria Simbolon,Gorga Simbolon

Riwayat pendidikan

sunting

Lulus dari SMA Katholik Budi Mulia Pematangsiantar, kemudian dia melanjutkan studi di Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1967-1972). Pada tahun 1974-1975 dia mendapatkan beasiswa kerja sama Indonesia-Prancis untuk belajar di Institut International d’Administration Publique (IIAP), Paris. Laporan penelitiannya, Les Aides de Developpement et La Haute Volta, penelitian lapangan mengenai bantuan luar negeri untuk pembangunan ekonomi di Burkina Faso, ketika itu bernama Volta Hulu (La Haute-Volta), Afrika Barat, mengakhiri studinya di IIAP. Dia meraih gelar Doktor dari Vrije Universitet Amsterdam, Belanda (1991).

Karier

sunting

Ia pernah menjadi asisten dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM (1970-1972) dan staf peneliti di Lembaga Penelitian di fakultas yang sama (1971-1972). Pada waktu yang sama ia juga menjadi redaktur minggu Sendi Yogyakarta. Ia pernah menjadi pegawai Departemen Luar Negeri RI (1972-1975) sebelum akhirnya menjadi wartawan Kompas.[4]

Bergabung dengan Harian Kompas

sunting

Sejak Februari 1976, sepulangnya dari Prancis, dia bergabung dengan harian Kompas dan mulai menulis kolom-kolomnya yang dikenal sebagai Cucu Wisnusarman (1979-1984), yang telah dibukukan dan diterbitkan oleh PT Grafindo Mukti (1993) dan penerbit Nalar (2005). Tahun 1986-1990, dengan dibiayai oleh harian Kompas, dia memperoleh kesempatan untuk melanjutkan studi di Vrije Universiteit, Amsterdam. Pada 5 Februari 1991, dia mempertahankan disertasinya mengenai etnisitas dan perdagangan besar di kota metropolitan Jakarta. Karena etnisitas adalah produk sejarah, maka dia merunut gejala itu dari tahun 1619, sejak Jakarta bernama Batavia. Kegemarannya akan sejarahlah yang mendorongnya melahirkan buku Menjadi Indonesia pada 1995, buku pertama dari tiga buku yang direncanakan Kompas mengenai proses kebangsaan Indonesia.

Karya-karya Parakitri T. Simbolon

sunting

Hobi menulisnya telah menghasilkan banyak karya, tak hanya berupa artikel maupun buku, dia juga pernah menulis skenario film. Salah satu skenario filmnya, yaitu Gadis Penakluk berhasil memenangkan Piala Citra dalam Festival Film Indonesia (FFI) pada 1981. Tahun 1982, skenario filmnya, Topaz Sang Guru yang disadur dari naskah drama Marcel Pagnol, Topaze, mendapat nominasi untuk aktor terbaik Piala Citra FFI. Dia pun melakukan beberapa penelitian pendahuluan, antara lain mengenai proses awal Orde Baru. Sebagian hasil penelitian tersebut diterbitkan sebagai artikel dalam Prisma, Desember 1977. Artikel tersebut, Di Balik Mitos Angkatan ‘66, kemudian dimuat dalam buku kumpulan artikel pilihan Prisma, yaitu Analisis Kekuatan Politik di Indonesia (LP3ES, 1985).

Karya-karyanya antara lain adalah novel Ibu, pemenang sayembara mengarang cerita anak-anak muda UNESCO dan Ikapi (1969), juara dua sayembara majalah Sastra (1969) lewat cerpen Seekor Ikan Gabus, dan novel Si Bongkok (1981) yang meraih hadiah kedua dalam sayembara mengarang novel Gramedia Kompas. Selain itu buku-bukunya adalah Kusni Kasdut (Gramedia, 1981), Topaz Sang Guru novel Marcel Pagnol (1981), Politik Kerakyatan saduran dalam bentuk cergam dari The Discourses on Livy (Italian: Discorsi sopra la prima deca di Tito Livio) karya Niccolò Machiavelli (KPG, 1997), buku pegangan wartawan Vademekum Wartawan: Reportase Dasar (KPG, 1997), Matinya Ilmu Ekonomi 1, saduran dalam bentuk cergam dari The Death of Economics karya Paul Ormerod (KPG, 1997), Pesona Bahasa Nusantara Menjelang Abad ke-21 (KPG, 1999), kumpulan cerpen Tawanan (PBK, 2003), terjemahan Batas Nalar: Rasionalitas dan Perilaku Manusia (KPG, 2004).

Saat ini dia tengah menerjemahkan buku The Power of Prophecy: Prince Dipanagara and The End of An Old Older in Java 1785-1855 karya Peter Carey. Sebuah buku tentang sejarah perjalanan kepahlawanan Pangeran Diponegoro.

Penghargaan

sunting
  • Piala Citra dalam Festival Film Indonesia (FFI) melalui salah satu skenario filmnya, yaitu Gadis Penakluk (1981)
  • Nominasi untuk aktor terbaik Piala Citra FFI melalui skenario filmnya, Topaz Sang Guru yang disadur dari naskah drama Marcel Pagnol, Topaze (1982)
  • Pemenang sayembara mengarang cerita anak-anak muda UNESCO dan Ikapi melalui novelnya, Ibu, (1969)
  • Juara II sayembara majalah Sastra untuk cerpennya "Seekor Ikan Gabus" (1969)
  • Juara II sayembara mengarang novel Gramedia Kompas lewat novel Si Bongkok (1981)

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Situs resmi Harian Kompas, diakses 31 Jan 2015". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-03-06. Diakses tanggal 2015-01-31. 
  2. ^ "Penerbit KPG, diakses 31 Jan 2015". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-09. Diakses tanggal 2021-05-17. 
  3. ^ "Zamurd Katulistiwa, diakses 31 Jan 2015". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-04-28. Diakses tanggal 2010-04-27. 
  4. ^ Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 hlm. 590