Pantun Melayu
Pantun Melayu merupakan sebuah buku yang mengumpulkan pantun-pantun Melayu pilihan dengan beragam tema, antara lain pantun tentang agama, budi pekerti, kejujuran, menghormati kedua orang tua, dan pergaulan dengan sesama.
![]() | |
Pengarang | Mahyudin Almudra dan Tenas Efendy |
---|---|
Judul asli | Pantun Melayu |
Penerjemah | Mahyudin Al Mudra |
Ilustrator | Mahyudin Al Mudra |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Genre | Pantun Melayu |
Penerbit | Adicita Karya Nusa, Yogyakarta |
Tanggal terbit | tahun 2005 |
Jenis media | kertas HVS (Berwarna) |
Halaman | 36 lembar |
ISBN | ISBN 979-9246-29-6 |
Buku ini diterbitkan oleh Adicita Karya Nusa, sangat cocok untuk dijadikan sebagai sarana untuk menumbuhkembangkan minat baca pada anak-anak, karena pantun-pantun yang dirangkum dari berbagai sumber ini dikemas dalam bentuk buku bergambar. Terdapat juga versi buku pantun Melayu yang diterbitkan oleh Balai Pustaka. Di kalangan masyarakat Melayu, pantun dikenal sebagai salah satu bentuk puisi tradisional yang amat digemari. Ciri khas pantun terletak pada strukturnya yang terdiri atas empat baris dengan rima a-b-a-b, di mana dua baris pertama adalah sampiran dan dua baris terakhir adalah isi.
Pantun dalam Kehidupan Masyarakat Melayu
suntingBukan katun sembarang katun
Katun si pembuat baju
Bukan pantun sembarang pantun
Ini pantun orang Melayu
Pantun merupakan pakaian bagi masyarakat Melayu. Dalam kehiduan sehari-harinya nyaris pantun tidak dituturkan ataupun mendengarnya. Hampir seluruh sendi-sendi kehidupan orang Melayu diwarnai pantun. Mulai dari bangun tidur, hingga tidur kembali pada malam hari, pantun terucap atau terdengar. Mulai dari seorang anak baru lahir, sampai pemakaman orang meninggal dunia, pantun tersaji dalam situasi tersebut.
Pantun merupakan media jati diri orang Melayu. Menurut Tenas Effendy, jati diri orang Melayu adalah pola pikir dan perilaku yang dekat dengan nilai-nilai luhur agama Islam, budaya dan norma-norma sosial yang terdapat dalam masyarakt tersebut.[1]
Jati diri bagi orang Melayu sangat penting, Tenas Effendy menyebut, orang yang kehilangan jati diri disebut dengan lupa diri atau lupa pakaian. Jadi, orang Melayu yang tidak pandai berpantun sama artinya dengan tidak ada jati diri atau tidak berpakaian.
Pranala luar
sunting- Entri pada situs web resmi Adicita Karya Nusa.
Referensi
sunting- ^ Effendy, Tenas (2004). Tunjuk Ajar Melayu (Butir-Butir Budaya Melayu Riau). Yogyakarta: Adi Cita. hlm. 1 – 2. ISBN 979-9246-82-2.