Pantai Plengkung

pantai di Indonesia

Pantai Plengkung,[1] atau lebih dikenal dengan nama G-Land, adalah pantai yang terletak dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Plengkung dapat dicapai selama setengah hari perjalanan darat dari Bali. Pantai Plengkung juga bisa dicapai dengan boat sewaan dari Bali.[2]

Pantai Plengkung (G-Land)

Ombak G-Land
Informasi
Lokasi Banyuwangi, Jawa Timur
Negara Indonesia
Pengelola Unit Pengelola PPA Plengkung

Sejarah sunting

Ekspedisi sunting

Pada tahun 1972, sekelompok peselancar asal Amerika Serikat mengadakan sebuah ekspedisi untuk menuju Plengkung. Ekspedisi ini diikuti oleh 8 kelompok surfer. Tiga di antaranya berangkat dengan boat sewaan sedangkan 5 kelompok lainnya menempuh jalur darat. Kelompok darat melakukan perjalanan hingga tiba di Desa Grajagan. Dari Grajagan, mereka menempuh jarak 20 kilometer untuk sampai di Plengkung dengan cara menyusuri perairan pantai menggunakan papan selancar. Setelah melewatkan perjalanan yang keras dan kekurangan air bersih (air bersih mereka kumpulkan saat hujan dan air hujan tersebut menempel di layar boat), kelompok yang memakai boat sewaan mendarat langsung di Plengkung. Sesaat setelah tiba, mereka mendirikan base camp untuk keperluan peninjauan tempat surfing. Mereka ada di Plengkung selama 10 hari.

Surf Camp sunting

Seorang peselancar bernama Mike Boyum membantu mendirikan sebuah surf camp pertama di Plengkung. Surf Camp ini akhirnya diambil alih oleh seorang peselancar asal Bali bernama Bobby Radiasa di akhir dekade '70-an hingga kini.[3] Terinspirasi dari kamp selancar milik Boyum/Bobby, Surf camp lainnya mulai dibuka di Plengkung.[4] Mereka antara lain adalah G-Land Bobby's Surf Camp yang menawarkan akomodasi dan fasilitas lengkap dengan tarif yang relatif terjangkau. Selain itu ada 'Joyo's Surf Camp dan G-Land Surf Camp.[5]

Geomorfologi sunting

Lokasi Pantai Plengkung atau G-Land di bagian tenggara Pulau Jawa, hanya menyeberangi selat dari Bali.

Pantai Plengkung berlokasi di bagian tenggara Pulau Jawa, berada dalam gugusan pantai selatan Jawa yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga Pantai Plengkung termasuk pantai berombak besar. Ombak besar ini dihasilkan oleh sistem bertekanan rendah yang berasal dari selatan (Antartika). Pantai Plengkung juga terletak di sisi timur Teluk Grajagan, maka dari itu sisi kanan Pantai Plengkung memiliki ombak lebih dominan. Ombak Panjang Plengkung berbentuk memanjang, tinggi, dan berkecepatan tinggi. Ombak Pantai Plengkung juga membentuk tabung ombak hampir sempurna sehingga menjadi favorit para penggila olahraga surfing.

Angin lepas pantai yang berhembus di Plengkung terjadi antara bulan April dan September. Hal ini menyebabkan ombak paling besar terjadi pada bulan-bulan ini. Pada waktu-waktu tersebut ombak datang bertahap, masing-masing berlangsung selama beberapa hari, dengan rentang beberapa hari di antara setiap ombak. Gelombang cenderung lebih besar dan lebih baik pada saat pasang, jadi waktu yang terbaik untuk merencanakan perjalanan surfing adalah seminggu setelah masa bulan purnama atau bulan baru, karena pada waktu-waktu ini gelombang tinggi terjadi selama setengah hari.

Tsunami sunting

Pada tahun 1994 gelombang tsunami melanda sebagian kawasan pantai selatan Jawa Timur. Tsunami tersebut terjadi diakibatkan oleh gempa tektonik berukuran 7,2 Skala Richter terjadi di Palung Jawa yang terjadi sebelumnya. Pantai Plengkung juga tidak luput dari gelombang tsunami tersebut . Empat puluh menit setelah gempa gelombang melanda sebuah surf camp.[6] Tinggi tsunami yang melanda Plengkung diperkirakan setinggi 5,6 meter. Tidak ada korban jiwa seperti di pantai-pantai lain yang berada segaris dengan Plengkung. Misalnya desa-desa pantai seperti Rajegwesi, Pancer dan Lampon yang hampir sepenuhnya diratakan oleh tsunami dan tercatat 223 korban tewas di sana.[7]

Seorang surfer bernama John Philbin berada di Plengkung pada malam terjadinya tsunami. Dia menggambarkan tsunami tersebut sebagai ombak yang sangat besar.

"Saat gemuruh makin keras, saya masih duduk di dalam kamar saya, dan tiba-tiba air datang menghantam gubukku."

Surfer lain bernama Richie Lovett menggambarkan pengalaman itu seperti "ditabrak kereta api dengan kecepatan penuh". Seorang lainnya bernama Richard Marsh awalnya mengira harimau telah menyerang mereka, tetapi kemudian ia menyadari itu adalah gelombang besar. Marsh dan Lovett tersapu ratusan meter ke dalam hutan oleh gelombang.

"Aku benar-benar panik. Aku hanya berusaha menggapai sesuatu yang terapung untuk bertahan hidup dan menghindari puing-puing jatuh di kepala saya serta berusaha untuk bisa bernapas."

Lovett akhirnya harus kembali ke Australia untuk perawatan medis.

"Pondok telah menghilang dan aku terjebak oleh kayu dan potongan bambu. Ketika air mulai mereda. Aku terjebak dan kakiku terjepit tumpukan kayu dan sampah."

Para peselancar lainnya juga mengunjungi G-Land saat tsunami terjadi seperti Monty Webber, Gerald Saunders, Rob Bain, Shanne Herring, Simon Law, dan Kevin Komick. Fotografer selancar asal Australia Peter Boskovic, alias "Bosco" juga berada di G-land selama tsunami.[8]

Lihat juga sunting

Referensi sunting

  1. ^ http://en.wikipedia.org/wiki/G-Land
  2. ^ Butler, Stuart (10 June 2011). "In search of the perfect wave in Indonesia". BBC Travel. 
  3. ^ http://www.grajagan.com/ Diarsipkan 2013-04-20 di Wayback Machine. Bobby's Surf Camp
  4. ^ http://www.g-land.com/ Djojo Surf Camp
  5. ^ http://www.g-landsurfcamp.com/
  6. ^ Tsuji et al. "Field Survey of the East Java Earthquake and Tsunami of June 3, 1994." Pure and Applied Geophysics. 144.3/4 (1995)
  7. ^ Maramai1, A. et al. "The 3 June 1994 Java Tsunami: A Post-Event Survey of the Coastal Effects" Natural Hazards. Volume 15, Number 1, pp 31-49 (January 1997)
  8. ^ http://www.geophys.washington.edu/tsunami/specialized/events/eastjava/eastjava.html Facts and figures

Pranala luar sunting