Omoro soshi atau omoro saushi (bahasa Okinawa: Umuru) adalah koleksi puisi dan syair lagu kuna dari Okinawa dan Amami. Terdiri dari 22 volume yang ditulis dalam hiragana dan kanji sederhana, koleksi ini merangkum sebanyak 1553 puisi atau lagu-lagu.

Nama dan terjemahan sunting

  • Anthology of Poems and Sentiments (Antologi Puisi dan Sentimen) oleh Mitsugu Sakihara.[1]
  • Book of Desire-songs (Buku Lagu-lagu Hasrat) oleh Christopher Drake.[2]

Etimologi dan sejarah sunting

Sangat sedikit orang yang berkontribusi besar terhadap studi Omoro. Orang pertama yang memulai studi dokumen ini adalah Iha Fuyu, yang kedua adalah Nakahara Zenchu. Nakahara merupakan murid Iha dan meneruskan penelitian Omoro setelah wafatnya Iha pada tahun 1947.[3]

"Soshi" (草紙) berarti "karya tulis", namun istilah omoro juga mencakup makna yang cukup luas. Iha Fuyu meneliti secara mendalam kandungannya, menemukan bahwa "omoro" berasal dari kata umui, kata bahasa Okinawa yang berarti hutan keramat. Nakahara Zenchu, sejarawan lainnya berpendapat bahwa omoro berasal dari kata umuru atau umuin yang berarti "berpikir", "merasakan" atau "mencintai". Ada pula yang menerjemahkan Omoro soshi sebagai "kumpulan pemikiran atau ingatan" yang juga berkaitan erat dengan hutan keramat dan lagu-lagu sakral.

Omoro soshi secara resmi disusun dan dicatat pada periode kekuasaan Raja Sho Nei (1589-1619), tahun 1532, selanjutnya disusun lagi pada tahun 1613 dan 1623 sebagai upaya pemerintah Ryukyu mengokohkan kekuatan budaya mereka. Kemungkinan besar puisi-puisi dalam omoro soshi merupakan warisan yang telah ada sejak periode-periode sebelumnya.

Sebanyak 22 volume omoro soshi, kemungkinan satu-satunya salinan bersejarah yang tersisa, dicuri pada saat Pertempuran Okinawa tahun 1945. Omoro sebelumnya disimpan di Istana Nakagusuku sejak 1870-an bersama dengan koleksi-koleksi istana yang tidak dibawa ke Tokyo oleh keluarga kerajaan setelah kejatuhan kerajaan. Pada tahun 1945, omoro disembunyikan di dalam parit oleh pegawai istana di luar istana, bersama benda-benda penting seperti mahkota. Ketika mereka kembali untuk mengumpulkan benda-benda itu setelah perang, semuanya telah lenyap. Beberapa salinan omoro soshi kemudian diketahui disimpan oleh Komandan Carl W. Sternfelt. Ia membawa dokumen-dokumen itu ke ahli seni Asia Langdon Warner di Museum Seni Harvard agar ditaksir pada bulan Desember 1945. Pada tahun 1953, mengetahui nilainya, ia melepaskannya ke pihak pemerintah federal Amerika, yang kemudian mengembalikannya ke Okinawa. Beberapa benda yang disembunyikan dalam parit belum pernah ditemukan lagi.

Kandungan sunting

Dukun wanita yang dinamakan noro menduduki peran penting pada zaman kuna di Okinawa.[4] Para noro menerjemahkan pesan-pesan dari dewata kepada masyarakat. Pesan berupa ucapan-ucapan akhirnya berubah menjadi pola teratur dan diformalisasikan (dicatat) menjadi doa religius. Pembacaan doa-doa dilantunkan dengan menggunakan suatu melodi tertentu, dan dari sinilah asal mula musik rakyat Okinawa.[4]

Salah satu volume khusus sepanjang 47 bab, dipakai dalam perayaan-perayaan istana hanya oleh dukun wanita pangkat tertinggi (Kikoe Ogimi).[4] Ia merupakan saudara perempuan Raja Ryukyu. Selanjutnya Omoro semakin terlupakan secara perlahan hingga pada saat akhir periode Meiji hanya sedikit doa-doa yang tersisa.

Dalam Omoro tercatat pula doa lokal yang berbeda dengan doa istana. Doa-doa omoro termasuk pula lagu-lagu Umui yang dinyanyikan oleh noro setempat, umumnya putri pemimpin desa.[4] Lagu-lagu ini diturunkan secara oral dan tidak dicatat hingga periode Meiji. Selain jenis Umui, juga terdapat tipe lagu sekuler yang dinamakan "Kwainya". Kata Kwainya adalah pergeseran dari kata "koina" yang dalam bahasa Okinawa berarti "cuitan burung". Kwainya selalu dinyanyikan oleh wanita sebagai doa-doa keselamatan pelayaran.

Peran dan pentingnya omoro soshi sunting

Omoro soshi dianggap sebagai sumber dari kebudayaan Ryukyu, yakni musik, tari dan sastera. Sebelum disusunnya omoro soshi, tidak ada catatan yang tersisa tentang budaya Ryukyu kuno. Bangsa Ryukyu baru mulai merekam kebudayaan mereka lewat literatur (tulisan) setelah mereka mengadakan hubungan dengan Tiongkok, Jepang dan berbagai negara Asia Tenggara. Sebelum abad ke-15 Okinawa belum memiliki alat musik, puisi-puisi dilantunkan bersama tepukan tangan.

Tema-tema lagu dan beberapa contoh Omoro sunting

Tema-tema lagu Omoro bervariasi, umumnya tentang puji-pujian terhadap pahlawan terkenal dari zaman kuna, juga tentang pujangga, pejuang, raja-raja dan petualang. Susunan puisi mulai dari 2 bait hingga 40. Puisi tentang cinta hanya sedikit ditulis.

Tema dukun wanita sunting

Dalam lagu Omoro nomor 1041 ditafsirkan bahwa kekuatan Raja Sho untuk mengumpulkan upeti dikaitkan dengan kekuasaan yang ia terima dari dukun wanita.[2] Kekuasaan seorang raja harus terus diperbaharui dalam upacara-upacara istana di mana dukun wanita akan mengirim kekuatan kepadanya dengan cara menggosok-gosokkan telapak tangannya dalam suatu trance (keadaan kemasukan roh).

omoro 1041 (terjemahan bahasa Inggris oleh Christopher Drake)[2]

  • In the trance place of shining sun (dalam keadaan kesurupan di bawah sinar matahari)
  • the great shamans pray, rubbing their palms (dukun besar berdoa, menggosokkan telapak tangannya)
  • present tribute to Shö Shin, (memberikan upeti kepada Sho Shin,)
  • King helped by his mother (Raja ditolong oleh ibunya)
  • in the trance place of Sonto (di tempat kerasukan Sonto)
  • the lordly shamans pray, rubbing their palms (dukun besar berdoa, menggosokkan telapak tangannya)

Tema pertanian sunting

Penafsiran lagu Omoro nomor 1167: dinyanyikan pada saat penanaman padi; dukun wanita mendaki bukit terttingi dan memandangi sawah padi yang baru ditanami serta melakukan ritual Shimami (upacara memohon kesuburan dan kekuatan untuk desa).

omoro ii67 (terjemahan bahasa Inggris oleh Christopher Drake)[2]

  • The superb people of Taira (rakyat Taira yang agung)
  • climbing up Akafanta Hill (mendaki Bukit Akafanta)
  • when they gaze out over Ofotabaru (ketika mereka menatap Ofotabaru)
  • fields swelling with white rice (sawah penuh dengan beras putih)
  • the renowned, outstanding people (orang yang terkenla dan terkemuka)

Pustaka tentang omoro soshi sunting

  • A brief history of early Okinawa based on the Omoro Soshi, Mitsugu Sakihara. Honpo Shoseki Press, Tokyo, 1987.

Pranala luar sunting

Referensi sunting

  1. ^ A brief history of early Okinawa based on the Omoro Soshi
  2. ^ a b c d Okinawan Shaman Songs. Christopher Drake. Manoa, Volume 23, Number 1, 2011, pp. 50-59. University of Hawai'i Press
  3. ^ A Separate Perspective: Shamanic Songs of The Ryukyu Kingdom. Christopher Drake. Harvard Journal of Asiatic Studies, Vol. 50, No. 1 (Jun., 1990), pp. 283-333. Harvard-Yenching Institute.
  4. ^ a b c d The Folk Music of the Ryūkyūs. Kikuko Kanai. Journal of the International Folk Music Council, Vol. 7 (1955), pp. 17-19. International Council for Traditional Music