Nicolau dos Reis Lobato
Nicolau dos Reis Lobato (24 Mei 1946 – 31 Desember 1978) adalah seorang politikus Timor Leste yang dianggap sebagai pahlawan nasional negara tersebut.
Nicolau dos Reis Lobato | |
---|---|
Panglima Falintil ke-3 | |
Masa jabatan Mei 1976 – 31 Desember 1978 | |
Presiden Timor Leste nominal | |
Masa jabatan 7 Desember 1975 – 31 Desember 1978 | |
Pengganti Sérgio Vieira de Mello sebagai Administrator PBB (1999—2002) / Xanana Gusmão sebagai Presiden (2002—2007) | |
Perdana Menteri Timor Leste pertama | |
Masa jabatan 28 November 1975 – Oktober 1977 | |
Pendahulu Tidak ada | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Soibada, Liquiçá, Timor Portugis | 24 Mei 1946
Meninggal | 31 Desember 1978 Gunung Mindelo, Timor Timur, Indonesia | (umur 32)
Sebab kematian | Gugur dalam tugas |
Partai politik | Fretilin |
Suami/istri | |
Anak | José Lobato |
Kerabat | Rogerio Lobato (adik) |
Karier militer | |
Pihak | Timor Leste |
Masa dinas | 1975—1978 |
Komando | Falintil |
Pertempuran/perang | Pendudukan Indonesia di Timor Timur |
Sunting kotak info • L • B |
Biografi
suntingLobato lahir di Soibada, Timor Portugis pada tanggal 24 Mei 1946.
Lobato adalah perdana Menteri pertama dari Republik Demokratik Timor Leste dari tanggal 28 November hingga 7 Desember 1975. Setelah oleh militer Indonesia, Lobato, bersama dengan para pemimpin penting Fretilin lainnya, melarikan diri ke pedalaman Timor untuk berperang melawan pasukan pendudukan. Pada hari terakhir tahun 1978, Lobato disergap oleh pasukan khusus Indonesia yang dipimpin oleh Letnan Prabowo Subianto (yang kemudian menjadi menantu Presiden Soeharto) di Gunung Mindelo.[1][2]
Ia dibunuh setelah ditembak di bagian perut pada tanggal 31 Desember 1978 dan jenazahnya dibawa ke Dili untuk diperiksa oleh pers Indonesia. Apa yang kemudian terjadi pada jenazahnya tidak diketahui, namun pemerintah Timor Leste terus mengupayakan masalah ini kepada pemerintah Indonesia, agar jenazahnya dapat dimakamkan secara layak.[3]
Bandar Udara Utama Timor Leste diubah namanya menjadi Bandar Udara Internasional Presiden Nicolau Lobato untuk menghormatinya.
Riwayat pekerjaan
sunting- Perdana Menteri Timor Leste (1975)
- Presiden Timor Leste (1975—1978)
- Panglima Falintil (1976—1978)
Riwayat Partai Politik
sunting- Sekretaris Utama Fretilin (1974—1975)
- Presiden Fretilin (1975—1978)
Galeri
sunting-
Pusat militer "Komandan Nicolau Lobato"
-
Patung Nicolau dos Reis Lobato di Komoro
-
Nicolau dos Reis Lobato dan peringatan Francisco Xavier do Amaral di Dili
-
Nicolau dos Reis Lobato digambarkan pada prangko
Referensi
sunting- ^ "Indonesia: Fretilin leader shot dead in East Timor (Kuala Lumpur BUSINESS TIMES in English 3 Jan 79 p 18)". Translations on South and East Asia. Arlington, VA: U.S. Joint Publications Research Service. 802: 17. 8 Februari 1979.
- ^ "Body of Timor-Leste's first prime minister still missing after 41 years". Tempo Timor. 31 Desember 2019. Diakses tanggal 11 September 2020.
- ^ Barker, Anne (2018-02-20). "East Timor's latest attempt to solve the mystery of what happened to its first PM". ABC News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-03-23.
Bacaan lebih lanjut
sunting- Nicol, Bill (2002). "Chapter Eleven: Strange Bedfellows". Timor: A Nation Reborn. Jakarta: Equinox Publishing. hlm. 106–120. ISBN 979958986X.
Pranala luar
suntingJabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Mário Lemos Pires sebagai Gubernur Timor Portugis (18 November 1974 — 27 November 1975) |
Perdana Menteri Timor Leste 28 November — Oktober 1977 |
Diteruskan oleh: António Duarte Carvarino |
Didahului oleh: Francisco Xavier do Amaral |
Presiden Timor Leste — nominal 7 Desember 1975 — 31 Desember 1978 |
Diteruskan oleh: Sérgio Vieira de Mello sebagai Administrator PBB (25 Oktober 1999 — 19 Mei 2002) dan Xanana Gusmão (dari 2002—2007) |
Jabatan militer | ||
Didahului oleh: Fernando do Carmo |
Panglima Falintil Mei 1976 — 31 Desember 1978 |
Diteruskan oleh: Xanana Gusmão |
Jabatan partai politik | ||
Didahului oleh: Francisco Xavier do Amaral |
Presiden Fretilin 7 Desember 1975 — 31 Desember 1978 |
Diteruskan oleh: Xanana Gusmão |