Nh. Dini
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Nurhayati Sri Hardini (29 Februari 1936 – 4 Desember 2018) atau yang biasa dikenal sebagai Nh. Dini adalah sastrawan, novelis, dan feminis berkebangsaan Indonesia.
Nh. Dini | |
---|---|
Lahir | Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin 29 Februari 1936 Semarang, Hindia Belanda |
Meninggal | 4 Desember 2018 Semarang, Indonesia | (umur 82)
Sebab meninggal | Luka di kepala akibat kecelakaan lalu lintas |
Pekerjaan | Sastrawan , novelis |
Tahun aktif | Angkatan '50 (1956-2018) |
Suami/istri | Yves Coffin (1960-1984; bercerai) |
Anak | Marie-Claire Lintang Coffin Pierre-Louis Padang Coffin |
Orang tua | RM. Saljowidjojo Kusaminah |
Kehidupan
suntingDini dilahirkan dari pasangan RM. Saljowidjojo, seorang pegawai Perusahaan Jawatan Kereta Api dan Kusaminah. Ia anak bungsu dari lima bersaudara, ulang tahunnya dirayakan empat tahun sekali. Masa kecilnya penuh larangan. Ditilik dari silsilah keluarganya, Nh. Dini masih berdarah Bugis[1].
Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Ibu Dini, yang harus bekerja keras sebagai buruh batik setelah kematian suaminya, selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya dari bacaan Panji Wulung, Panjebar Semangat, tembang-tembang Jawa dengan aksara Jawa dan sebagainya[2]. Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.
Sekalipun sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita. la malah bercita-cita jadi sopir lokomotif atau masinis. Namun, ia tak sampai mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api.
Kalau pada akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya, sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya. Dalam kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.
Ayah Dini meninggal ketika ia masih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan tetap. Mungkin karena itu, ia jadi suka melamun. Bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerita pendek. Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI Semarang ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di RRI Semarang dalam acara Tunas Mekar[1]. Dini juga menulis untuk Majalah KISAH, dan SIASAT. Cerpen pertamanya, Pendurhaka, bahkan mendapat kritis positif dari H.B. Jassin tahun 1951.
Kematian
suntingNh. Dini meninggal dunia tanggal 4 Desember 2018 pada usia 82 tahun karena kecelakaan lalu lintas di jalan tol Tembalang, Semarang.[3][4] Jenazahnya dikremasikan di Ambarawa pada 5 Desember 2018.[5]
Karya
sunting- Hati yang Damai (1961)[6]
- Pada Sebuah Kapal (1973)[7]
- La Barka (1975)
- Namaku Hiroko (1977)
- Orang-orang Trans (1985)
- Pertemuan Dua Hati (1986)
- Dari Ngalian ke Sendowo (2015)
- Gunung Ungaran (2018)
Penghargaan
suntingKarya-karya Nh. Dini memeroleh sambutan yang luar biasa dari berbagai kritikus, dalam dan luar negeri. Salah satu kritikus yang memberikan apresiasi tinggi terhadap karya-karya Nh. Dini adalah A. Teeuw. Menurut Teeuw, Nh. Dini merupakan satu dari sedikit sastrawan wanita Indonesia yang mampu menerjemahkan ide-ide feminisme ke dalam karya sastra dengan sangat baik, dan ide feminisme tersebut justru memperkokoh posisi kesastrawanannya.
Nh. Dini berhasil meraih sejumlah penghargaan. Di antaranya adalah Hadiah Seni untuk Sastra dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1989), Bhakti Upapradana Bidang Sastra dari Pemerintah daerah Jawa Tengah (1991), SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand (2003), Hadiah Francophonie (2008), Achmad Bakrie Award (2011), dan Lifetime Achievement Award dari Ubud Writers and Readers Festival 2017.[8]
Referensi
sunting- ^ a b "Artikel "Nh. Dini" - Ensiklopedia Sastra Indonesia". ensiklopedia.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2022-04-21.
- ^ Post, The Jakarta. "Obituary: NH Dini, Indonesian feminist literary figure". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-21.
- ^ "Novelis Nh Dini Meninggal Dunia". CNN Indonesia. 4 Desember 2018. Diakses tanggal 4 December 2018.
- ^ NH Dini Sempat Jalani MRI di Rumah Sakit Sebelum Tutup Usia, 4 Desember 2018
- ^ Nurdin, Nazar (05-12-2018). Ika, Aprillia, ed. "NH Dini Berpulang, Jenazahnya Dikremasi di Ambarawa Pagi Ini". Kompas.com. Diakses tanggal 13-07-2021.
- ^ Dini, Nh (1976), Hati yang Damai, Pustaka Jaya, diakses tanggal 22 Februari 2020
- ^ Dini, Nh (Nurhayati) (1973), Pada Sebuah Kapal, Pustaka Jaya, diakses tanggal 22 Februari 2020
- ^ "Pada Sebuah Kapal, Buku Karya N.H. Dini". Indonesia Kaya. Diakses tanggal 2024-06-10.
Pranala luar
sunting- NH Dini (Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin) - Pengarang Sastra Feminis Diarsipkan 2010-03-17 di Wayback Machine.
- Detail Buku - Dari Fontenay Ke Magallianes - Nh Dini Diarsipkan 2007-09-27 di Wayback Machine.
- Buku-buku Nh Dini - Cermin Batin Perempuan
- NH Dini Pengarang Sastra Feminis Diarsipkan 2010-03-17 di Wayback Machine.