Mutiti

Mutiti adalah kegiatan atau upacara membuat titi atau tato di tubuh baik laki-laki maupun perempuan dalam masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat.

Mutiti adalah kegiatan atau upacara membuat titi atau tato di tubuh baik laki-laki maupun perempuan dalam masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Mutiti memiliki makna dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan orang Mentawai. Oleh sebab itu, mutiti dilakukan dengan upacara adat khusus. Membuat titi hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus yang hanya dimiliki oleh orang yang disebut dengan sipasititi,[1]

Upacara mutiti di Mentawai

Alat yang digunakan untuk membuat titi cukup sederhana. tangkai jarum untuk membuat titi dibuat dari bahan yang ringan seperti dari kayu pohon tobek (waru). Pewarna titi dibuat dari campuran berbagai jenis tebu. Bahan ini diaduk dan dicampur dalam satu tempurung kelapa. Satu tempurung kelapa lagi untuk menampung jelaga yang dihasilkan dari asap lampu lentera yang sedang menyala. Campuran ini akan dioleskan dengan sebatang lidi yang digunakan untuk menggambar motif titi.

Motif titi cukup beragam meskipun motif pada dasarnya adalah motif berbentuk garis. Perbedaan motif juga bergantung pada seseorang yang memakainya. Akan berbeda motif titi perempuan dengan motif titi laki-laki dan motif yang dimiliki sikerei dengan orang biasa (simata). Titi pada tubuh seorang sikerei pada dasarnya cukup banyak dan dibuat hampir disekujur tubuh. Motif pada setiap bagian tubuh seperti, dada akan berbeda dengan motif titi pada bagian leher, kaki-kaki, dan bagian tubuh lainnya. Sedangkan titi simata tidak selengkap denga titi yang dimiliki oleh sikerei. Motif titi pada tubuh perempuan sangat berbeda dengan titi pada tubuh laki-laki. Perbedaan yang mencolok terlihat pada bagian lengan, punggung, dan paha.[1]

Referensi sunting

  1. ^ a b Hernawati (ed), Tarida (2015). Upacara Adat Mentawai. Padang: Yayasan Citra Mandiri Mentawai. hlm. 30. ISBN 9789799860293.