Musailamah al-Kazzab

seorang pria yang mengaku sebagai nabi pada masa kenabian Muhammad; berhubungan dengan Islam

Maslamah bin Habib (bahasa Arab: مسلمة بن حبيب) atau dikenal juga dengan nama Musailamah al-Kazzab atau al-Kadzab (Musailamah si Pembohong) adalah seorang yang mengaku sebagai nabi pada masa kerasulan nabi Islam Muhammad dan menyebarkan doktrinnya di jazirah Arab. Menurut ajaran Islam, Musailamah adalah seorang nabi palsu.[1]

Maslamah bin Habib
Nama asalMaslamah bin Habib
LahirYamamah
Meninggal632
Yamamah
Suami/istriSajah binti al-Harits
Orang tua
  • Habib (ayah)

Kehidupan

sunting

Musailamah al-Kazzab lahir dengan nama Maslamah bin Habib dari Bani Hanifah, salah satu suku terbesar di jazirah Arab dengan wilayah domisili di Yamamah (di selatah Kota Riyadh)[2]. Berdasarkan suatu temuan sejarah, ia telah membangun Yamamah sebelum hijrahnya Muhammad ke Madinah. Setelah tersebarnya Islam di jazirah Arab paska Penaklukkan Mekah, kemudian Musailamah menyatakan diri sebagai seorang Muslim bersama rombongan dari Bani Hanifah. Mereka datang pada tahun 9 H, sebanyak 17 orang, yang di antaranya ada Musailamah Al-Kadzdzab, yang nama lengkapnya Musailamah bin Tsumamah bin Kabir bin Hubaib bin Al-Harits dari Bani Hanifah. Mereka singgah di rumah salah seorang Anshar, kemudian menemui Nabi lalu menyatakan masuk Islam.[3]

Dengan sikapnya yang congkak, MusailamahAl-Kadzdzab pemah berkata,"Jika Muhammad mau memberiku kekuasaan sepeninggalnya, maka aku mau mengikutinya." Nabi menjawab, "Jika engkau meminta kekuasaan seperti ini, maka aku tidak akan memberikannya kepadamu. Sekali-kali engkau tidak bisa mencampuri urusan Allah. Jika engkau berpaling, niscaya Allah akan membunuhmu. Demi Allah, aku melihat dirimu adalah orang yang kulihat dalam mimpiku. Dan ini adalah Tsabit yang akan mengikutimu dan meninggalkan aku."[3]

Pernyataan sebagai nabi

sunting

Pada saat yang bersamaan, Musailamah juga mempelajari sihir,[2] dan menyatakannya sebagai mukjizat. Musailamah melalui kemampuan sihirnya membuat orang-orang percaya bahwa ia juga seorang nabi.[butuh rujukan] Musailamah juga menyatakan bahwa ia juga memperoleh wahyu dari Allah dan berbagi wahyu dengan Muhammad.[4] Bahkan, ia menyebut dirinya sebagai Rahman,[5] dan menyatakan dirinya memiliki sifat ketuhanan. Setelah itu, beberapa orang menerimanya sebagai nabi bersama dengan Muhammad.[1] Ia juga kemudian membangun Masjid di Yamamah.

 
Letak Yamamah di Selatan Kota Riyadh.

Perlahan-lahan pengaruh dan wewenang Musailamah meningkat terhadap orang-orang dari sukunya.[1] Setelah itu Musailamah berusaha menghapuskan kewajiban untuk melaksanakan salat serta memberikan kebebasan untuk melakukan seks bebas dan konsumsi alkohol.[4] Ia juga kemudian menyatakan sebagai utusan Allah bersama dengan Muhammad, dan menyusun ayat-ayat, yang dinyatakan sebagai tandingan ayat Alquran. Sebagian besar ayat-ayat buatan Musailamah memuji keunggulan sukunya, Bani Hanifah, atas Bani Quraisy.[butuh rujukan]

Ibnu Nawwahah dan Ibnul Atsal mendatangi Nabi sebagai utusan Musailamah. Nabi bertanya kepada mereka berdua, "Apakah kalian bersaksi bahwa aku adalah Rasul Allah?"

Keduanya menjawab, "Kami bersaksi bahwa Musailamah adalah Rasul Allah." Nabi menjawab, "Aku percaya kepada Allah dan Rasul-Nya. Andai kata aku boleh membunuh seorang utusan, niscaya kalian berdua akan kubunuh." Pengakuan Musailamah sebagai nabi ini terjadi pada tahun 10 H.[3]

Kematian

sunting

Setelah kematian Muhammad, Musailamah kemudian menyatakan perang kepada Khalifah Abu Bakar, namun pasukannya dikalahkan oleh Khalid bin Walid,[6] pada Pertempuran Yamamah yang sangat keras. Ia akhirnya dibunuh oleh Wahsyi saat bersembunyi di dalam benteng bersama sisa pasukannya.[1] Sumber lain menjelaskan bahwa Wahsyi membunuhnya dengan menggunakan tombak yang dibantu oleh dua orang Anshar bernama Abdullah bin Zaid bin Ashim dan Abu Dujanah.[7]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d Katsir, Ibnu (2012). Terjemah Al Bidayah wa an-Nihayah. Jakarta: Pustaka Azzam. ISBN 978-602-236-044-5
  2. ^ a b The Life of the Prophet Muhammad: As-Sirah An-Nabawiyyah oleh Ibnu Katsir, Trevor Le Gassick, Muneer Fareed, hlm. 67
  3. ^ a b c Syaikh, Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri (2012). Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. ISBN 978-602-98968-3-1
  4. ^ a b The Life of the Prophet Muhammad: As-Sirah An-Nabawiyyah oleh Ibnu Katsir, Trevor Le Gassick, Muneer Fareed, hlm. 69
  5. ^ Ibnu Katsīr, Ismāʻīl bin ʻUmar (2000), al-Miṣbāḥ al-munīr fī tahdhīb tafsīr Ibn Kathīr, vol. 1, Riyadh, Saʻudi Arabia: Darussalam, hlm. 68 ;
  6. ^ The Life of the Prophet Muhammad: As-Sirah An-Nabawiyyah oleh Ibnu Katsir, Trevor Le Gassick, Muneer Fareed, hlm. 36
  7. ^ Muhammad Raji Hassan, Kinas (2012). Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi. Jakarta: Penerbit Zaman. ISBN 978-979-024-295-1