Monumen van der Wijck

Monumen Kapal van der Wijck dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda di halaman Kantor Pelabuhan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Monumen Kapal van der Wijck

Sejarah sunting

Van der Wijck, di Sulawesi Tengah sunting

Provinsi Sulawesi Tengah baru benar-benar "diperhatikan" oleh Pemerintah Hindia Belanda pada periode tahun 1860-an. Seorang pejabat pemerintah bernama Johannes Cornelis Wilhelmus Diedericus Adrianus van der Wyck, berhasil mengunjungi Danau Poso pada tahun 1865—menjadi orang Eropa dan Belanda pertama yang melakukannya, dan memperkenalkan suku asli di Wilayah Grup Poso-Tojo yaitu Suku Bare'e (Bare'e-Stammen).

Suku Bare'e atau bahasa Belandanya Bare'e-stammen (De Bare'e-Sprekende jilid 1 halaman 119)[1] yang pada waktu itu sudah banyak yang beragama Islam yang disebut Belanda dengan nama Mohammadisme, dan sebagian kecil Orang Poso masih beragama Lamoa (Langit), cara Belanda mengidentifikasikan Alfouren yang disebut Belanda dengan istilah Toradja yaitu Orang Toraja tersebut berpenampilan seperti Gelandangan yang berbeda penampilannya dengan Suku Bare'e yang merupakan Suku Asli di wilayah Grup Poso-Tojo.

Kemudian orang-orang yang berpenampilan seperti Gelandangan tersebut diberinama Alfouren yang kemudian diganti oleh A. C. Kruyt dan Dr. N. Adriani dengan nama Toradja (Toraja), sementara yang sudah beragama islam masih disebut Suku Bare'e (Bare’e-Stammen).

Setelah mempelajari Watu Mpoga'a[2], maka para gelandangan yang telah menjadi Umat Kristen tersebut mengetahui asal usul mereka sebelum berada di wilayah Grup Poso-Tojo yaitu berasal dari wilayah Wotu.[3]

Dan Wilayah Poso dan Todjo kemudian dinamakan Grup Poso-Tojo (Toraja Poso-Tojo, atau Toraja Timur (Toradja Bare’e) dengan Bahasa Bare’e (Bare'e-Taal)[4] sebagai bahasa asli di wilayah tersebut.

Van der Wijck, di Jawa Timur sunting

Pada 20 Oktober 1936 di pesisir utara Jawa, tepatnya di perairan Brondong, kapal Belanda van der Wijck tenggelam, sebuah peristiwa yang mengilhami novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck oleh Hamka. Kapal mewah yang dibuat di galangan kapal Feijenoord, Rotterdam, Belanda pada tahun 1921 merupakan kapal milik perusahaan Koninklijke Paketvaart Maatschappij, Amsterdam. Tahun 2013, sebuah film mengangkat cerita tenggelamnya kapal tersebut berdasarkan buku Hamka dengan judul yang sama.

Atas jasa nelayan Brondong dan Blimbing, awak kapal dan penumpang dapat diselamatkan. Pemerintah Hindia Belanda mendirikan monumen di halaman Kantor Pelabuhan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur[5] untuk mengenang peristiwa tersebut dan menghormati jasa nelayan.

Referensi sunting

  1. ^ De Bare'e-Sprekende de Toradja in midden celebes jilid 1 halaman 119, [1]", Diakses 29 Mei 2023.
  2. ^ DATA CAGAR BUDAYA DI SULAWESI TENGAH (per Des 2014) [2]", Diakses 29 Mei 2023.
  3. ^ Idwar Anwar (2005). Ensiklopedi Sejarah Luwu. Collaboration of Komunitas Kampung Sawerigading, Pemerintah Kota Palopo, Pemerintah Kabupaten Luwu, Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, and Pemerintah Kabupaten Luwu Timur. ISBN 979-98372-1-9. 
  4. ^ De Bare'e-Sprekende de Toradja in midden celebes The Series, [3]", Diakses 29 Mei 2023.
  5. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-30. Diakses tanggal 2006-11-20. 

Lihat pula sunting