Mitos pengkhianatan

Mitos pengkhianatan atau mitos ditikam dari belakang (Jerman: Dolchstoßlegende, pelafalan [ˈdɔlçʃtoːsleˌɡɛndə] ) adalah sebuah pernyataan, yang banyak dipercaya dalam lingkup sayap kanan di Jerman setelah tahun 1918, bahwa Tentara Jerman bukan kalah pada Perang Dunia I di medan tempur namun karena dikhianati oleh warga sipil di front dalam negeri, khususnya kaum republikan yang melengserkan monarki dalam Revolusi Jerman 1918–19. Para advokat mengutuk para pemimpin pemerintah Jerman yang menandatangani Gencatan Senjata pada 11 November 1918, sebagai "Para Penjahat November" (Jerman: November­verbrecher).

Sebuah ilustrasi dari sebuah kartu pos Austria tahun 1919 yang menampilkan sebuah karikatur seorang Yahudi menikam Tentara Jerman dari belakang dengan sebuah pisau. Kapitulasi tersebut didakwakan terhadap penduduk yang tak patriotik, Sosialis, Bolshevik, Republik Weimar, dan khususnya Yahudi.
Sebuah kartun politik Jerman sayap kanan tahun 1924 yang menampilkan Philipp Scheidemann, politikus Partai Sosial Demokrat Jerman yang memproklamasikan Republik Weimar dan Kanselir keduanya, dan Matthias Erzberger, seorang politikus anti-perang dari Partai Tengah, yang mengakhiri Perang Dunia I dengan menandatangani gencatan senjata dengan Sekutu, digambarkan menikam Tentara Jerman dari belakang

Saat Nazi meraih kekuasaan pada 1933, mereka membuat legenda tersebut sebagai bagian dalam sejarah resmi mereka pada 1920an, yang menggambarkan Republik Weimar sebagai hasil perbuatan dari "para penjahat November" yang melakukan penikaman dari belakang untuk meraih kekuasaan sesambil mengkhianati negara tersebut. Propaganda Nazi menggambarkan Weimar sebagai "sebuahwujud dari korupsi, degenerasi, humiliasi nasional, penganiayaan tak semestinya terhadap 'oposisi nasional' yang jujur—empat belas tahun kekuasaan oleh Yahudi, Marxis, dan 'kebudayaan Bolshevik', telah disapu oleh gerakan Sosialis Nasional di bawah Adolf Hitler dan kemenangan 'revolusi nasional' 1933".[1]

Para cendekiawan di dalam dan di luar Jerman meyangkal pernyataan tersebut, dengan menekankan bahwa tentara Jerman memang kalah jumlah dan hal tersebut terlalu dilebih-lebihkan pada akhir 1918.[2] Bagi beberapa orang Jerman, ekspresi "ditikam dari belakang" adalah sebuah rujukan dari opera tahun 1976 karya Richard Wagner Götterdämmerung, dimana Hagen membunuh musuhnya Siegfried menggunakan tombak dari arah belakang.[3]

Referensi sunting

Catatan

  1. ^ Kolb, Eberhard (2005). The Weimar Republic. New York: Routledge. hlm. 140. ISBN 0415344425. 
  2. ^ Watson, Alexander (2008). Enduring the Great War: Combat, Morale and Collapse in the German and British Armies, 1914–1918. Cambridge: Cambridge Military Histories. ch. 6. ISBN 9780521881012. 
  3. ^ Roberts, J. M. (1999). Twentieth Century: The History of the World, 1901 to the Present. London: Allen Lane/The Penguin Press. hlm. 289. ISBN 0-713-99257-3. 

Bacaan tambahan

Pranala luar sunting