Masjid Jamik Bengkulu

masjid di Indonesia

Masjid Jamik Bengkulu adalah salah satu masjid bersejarah di Kota Bengkulu, Bengkulu. Masjid Jamik Bengkulu merupakan salah satu karya arsitektur oleh Soekarno selama masa pengasingan di Bengkulu. Masjid ini memiliki corak arsitektur Jawa dan Sumatra. Oleh karena itu, Masjid Jamik Bengkulu juga terkenal dengan julukan 'Masjid Bung Karno'.[1]

Masjid Jamik Bengkulu
Masjid Jamik Bengkulu
Agama
AfiliasiIslam
Lokasi
LokasiKota Bengkulu, Bengkulu, Indonesia
Arsitektur
ArsitekIr. Soekarno
TipeMasjid
Gaya arsitekturJawa dan Sumatra

Kini, Masjid Jamik Bengkulu dinyatakan sebagai bangunan bersejarah di Indonesia, dengan kategori benda cagar budaya.[2][3][4][5]

Sejarah sunting

Pendirian Masjid sunting

Pada awalnya, Masjid Jamik Bengkulu merupakan sebuah bangunan kecil yang dikenal dengan Surau Lamo.[2] Di awal abad ke-18, Masjid Jamik Bengkulu dipindahkan ke lokasi tempat masjid sekarang berdiri. Arsitektur bangunan masjid pada masa itu masih terbuat dari kayu dan atap rumbia. Selain itu, lantai yang digunakan masih sederhana.[4] Masjid ini didirikan oleh Daeng Makulle, seorang Datuk Dagang dari Tengah Padang.[6]

Kedatangan Soekarno sunting

Di awal tahun 1930, Gubernur Jenderal Hindia Belanda de Jonge mengeluarkan kebijakan baru dalam mempersempit ruang gerak kaum pergerakan di bidang politik. Kebijakan yang dikeluarkan Gubernur Jenderal yaitu larangan berkumpul dan melakukan rapat dengan hukuman pelanggar berupa hukuman buang.[4] Ir. Soekarno, salah satu tokoh pergerakan dihukum buang akibat melanggar peraturan yang dikeluarkan Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Ia bersama keluarga dibuang ke Flores pada 1930, lalu dipindahkan ke Bengkulu pada 1938.[4]

Saat itu, masyarakat Bengulu menginginkan perbaikan masjid ini. Pada saat yang sama, Soekarno membantu masyarakat merancang arsitektur masjid ini. Di awal perencanaan, Soekarno meminta persetujuan kaum-kaum berpengaruh di sana. Walaupun mendapat perlawanan, akhirnya Soekarno dapat mewujudkan rancangan arsitektur Masjid Jamik Bengkulu.

Struktur bangunan masjid tidak berubah banyak. Sebagian struktur masjid masih dipertahankan, kecuali dinding dan lantai, masing-masing ditinggikan 2 dan 30 meter. Hal lain yang dirancang oleh Soekarno adalah bagian atap dan tiang masjid.[4]

Masjid Saat Ini sunting

Hingga saat ini, masjid ini sudah tiga kali mengalami renovasi.[4] Pada tahun 2000, area masjid mengecil setelah penambahan jalan di sekitar masjid.[7] Pada tahun 2004, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menetapkan Masjid Jamik Bengkulu sebagai bangunan cagar budaya.[8] Penetapan ini diperkuat dengan Undang Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.[2]

Arsitektur sunting

Masjid Jamik Bengkulu memiliki ciri khas berupa gaya arsitektur dengan corak Jawa dan Sumatra. Atap masjid bertumpuk dan bertingkat tiga, yang melambangkan iman, Islam, dan Ihsan. Selain itu, atap masjid tersusun dengan aksen tekukan dan memiliki hiasan berupa kemuncak. Atap masjid yang tinggi juga melambangkan "skala Tuhan", dengan atap serta ruang plafon dibuat cukup tinggi seolah-olah menyentuh langit.[4][9]

Masjid Jamik Bengkuli memiliki tiga bangunan inti yang saling menyatu. Bangunan ini terdiri atas inti, serambi, dan tempat wudhu. Bangunan inti masjid berukuran 14,65 x 14,65 m dan memiliki tiga pintu masuk. Serambi masjid berbentuk persegi panjang sebanyak empat buah dengan ukuran 11,46 x 7,58 m. Serambi ditopang tiang kuning berbentuk segi delapan. Tempat wudhu pada masjid ini terbuat dari pasangan batu dengan fondasi batu karang. Tempat wudhu berukuran 8,80 x 5,55 m.[4]

Di bagian dalam masjid, terdapat pilar dengan ukiran motif ayat-ayat Al-Qura'n. Bagian atas pilar masjid memiliki pahatan berbentuk sulur yang dicat warna kuning gading. Di samping itu, terdapat tiga pilar berjejer dengan ornamen kayu di bagian kepala pilar masjid. Pilar terbesar memiliki ukuran sekitar 40x80 cm.[4]

Di dalam masjid terdapat mihrab dengan ukuran panjang 2,5 m dan lebar 1,6 m. Di sisi kanan mihrab terdapat mimbar yang dibuat dengan gaya Istanbul. Mimbar ini terbuat dari pasangan batu bergaya Istanbul, dengan atap kubah seng alumunium berjumlah dua buah. Mimbar dilengkapi dengan empat anak tangga.[4]

Referensi sunting

  1. ^ Chairunisa, Mentari. F, Ni Luh Made Pertiwi, ed. "Jelajah Sejarah di Bumi Raflesia". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-04-22. 
  2. ^ a b c Putro, Yuliardi Hardjo (2016-08-07). Mahbub, Harun; Yulika, Nila Chrisna; Nurdiarsih, Fadjriah, ed. "Ada Jejak Sukarno di Masjid Jamik Bengkulu". Liputan6.com. Diakses tanggal 2020-04-22. 
  3. ^ "Masjid Jamik Bengkulu, Saksi Bisu Perjalanan Kota Bengkulu". pesona indonesia. Diakses tanggal 2020-04-22. [pranala nonaktif permanen]
  4. ^ a b c d e f g h i j Masjid-masjid bersejarah di Indonesia. Zein, Abdul Baqir, 1962- (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: Gema Insani. 1999. hlm. 116 – 118. ISBN 979-561-567-X. OCLC 43787235. 
  5. ^ Rizky, Muhammad (2019-06-03). "Masjid Jami' Bengkulu, Karya Indah Bung Karno | PropertyInside.id" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-01. 
  6. ^ Ardhiati, Yuke (2005). Bung Karno sang arsitek: kajian artistik karya arsitektur, tata ruang kota, interior, kria, simbol, mode busana, dan teks pidato, 1926-1945. Komunitas Bambu. ISBN 978-979-3731-02-5. 
  7. ^ PedomanBengkulu.com. "Masjid Jamik Bengkulu dan Daeng Makulle | Pedoman Bengkulu". Diakses tanggal 2020-04-22. [pranala nonaktif permanen]
  8. ^ "Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya". cagarbudaya.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2020-04-22. [pranala nonaktif permanen]
  9. ^ "Dunia Masjid :: Jakarta Islamic Centre - Masjid Jamik Bengkulu". Diakses tanggal 2020-03-01.