Manzai (漫才) adalah seni melawak yang berasal dari daerah Kansai, Jepang. Pertunjukan Manzai biasanya dilakukan oleh dua orang yang bercakap-cakap di depan penonton menceritakan cerita yang lucu, janggal, atau tidak masuk akal dengan irama berbicara seperti bersahut-sahutan. Satu orang berperan sebagai si pintar (tsukkomi) yang berfungsi sebagai pengumpan, dan seorang lagi yang berperan sebagai si bodoh (boke) yang terus menyerocos bercerita agar penonton tertawa. Manzai bisa dikatakan mirip dengan stand-up comedy yang dikenal di Amerika Serikat.

Shishi ten'ya dan Seto wan'ya” (pemain manzai Jepang).

Istilah manzai diciptakan pada tahun 1933 oleh bagian iklan promotor seni hiburan Yoshimoto Kogyo di Osaka untuk membedakan kesenian yang dipentaskannya dengan seni bercerita Mandan. Pada waktu itu, seniman Mandan sering dipekerjakan di dalam gedung bioskop untuk menjelaskan isi cerita film bisu yang sedang diputar.

Pelaku Manzai disebut Manzai-shi. Pasangan Manzai disebut Kombi. Pasangan suami-istri yang melakukan Manzai disebut Meoto manzai. Manzai yang berasal dari daerah Kansai sering juga disebut sebagai Kamigata manzai.

Sejarah

sunting

Pada zaman Heian terdapat seni pertunjukan yang dilakukan secara berkeliling untuk merayakan tahun baru. Seni tersebut juga disebut manzai (万歳), namun ditulis dengan aksara kanji yang berbeda. Seni "Manzai" pada zaman Heian dilakukan oleh dua orang, seorang menabuh gendang dan seorang lagi menari-nari untuk mengucapkan selamat tahun baru sambil mengunjungi rumah-rumah penduduk. Pada zaman Edo di seluruh pelosok Jepang bermunculan berbagai jenis manzai yang dinamakan sesuai nama tempatnya berasal seperti Mikawa manzai asal Provinsi Mikawa, dan Yamato manzai asal Provinsi Yamato. Pada saat itu, artis Manzai tidak cuma memainkan musik dan menari, tetapi juga bercakap-cakap menceritakan cerita lucu yang dimaksudkan untuk memancing tawa pendengar.

Pada zaman Meiji, seni manzai (万才) yang dipertunjukkan di dalam gedung di Osaka masih didasarkan pada "manzai" (万歳) zaman Heian yang memakai musik pengiring. Pasangan Tamagoya Entatsu, Sunagawa Sutemaru dan Nakamura Haruyo sering disebut sebagai pelopor Manzai. Sayangnya pada saat itu, Manzai hanya dianggap sebagai pertunjukan pelengkap karena di gedung pertunjukan lebih sering dipentaskan rakugo yang kebetulan sedang populer.

Pada akhir zaman Taisho, Yokoyama Entatsu (1896-1971) dan Hanabishi Achako (pasangan pelawak Yoshimoto Kogyo) memulai gaya manzai tanpa musik, dan hanya terdiri dari percakapan. Manzai gaya baru ini disebut syabekuri manzai yang ternyata populer dan bisa diterima masyarakat luas. Sekitar tahun 1931, promotor hiburan Yoshimoto Kogyo mulai menyingkat sebutan syabekuri manzai menjadi Manzai (漫才) seperti dikenal sekarang. Selanjutnya, Yoshimoto Kogyo melakukan ekspansi bisnis ke Tokyo. Manzai yang dipelopori pasangan Entatsu-Achako menjadi terkenal, dan bermunculan pula bintang-bintang manzai yang baru. Di zaman modern, manzai berkembang menjadi seni yang tidak hanya dipentaskan di gedung pertunjukan, melainkan juga di televisi dan radio.

Ciri khas

sunting

Berbeda dengan seni rakugo yang terikat dengan peraturan, pelawak manzai mempunyai banyak kebebasan. Pelawak boleh berbicara sambil melakukan pose atau gerakan aneh, berjoget-joget, hingga bahkan sampai memukul si bodoh. Manzai biasanya dilakukan tanpa musik, walaupun ada juga pelawak manzai yang berpentas sambil memainkan alat musik atau memakai musik latar. Selain itu, kelompok yang terdiri dari 3 orang (atau lebih) juga memainkan manzai gaya baru yang berbentuk lakon komedi.

Di atas panggung, pelawak manzai harus mengenakan pakaian terbagus yang dimiliki. Pada dasarnya, kostum pelawak manzai adalah busana pesta. Pelawak manzai pria memakai kimono atau setelan jas berikut dasi, sedangkan pelawak manzai wanita memakai kimono atau baju terusan yang berwarna-warni mencolok, lengkap dengan sepatu berhak tinggi.

Sesuai dengan perkembangan zaman, pelawak manzai sebagian berperan sebagai pelawak di televisi (Owarai Talento atau Owarai Geinin). Pakaian yang dikenakan sewaktu tampil di atas panggung adalah pakaian santai yang dikenakan sehari-hari. Pelawak manzai gaya baru sering menggunakan properti panggung, seperti kursi, meja, lemari, dan layar proyeksi.

Si pintar dan si bodoh

sunting

Pasangan pelawak manzai disebut kombi. Seorang pelawak berperan sebagai si pintar (tsukkomi) dan seorang lagi yang berperan sebagai si bodoh (boke). Peran si bodoh adalah untuk menyampaikan cerita dengan isi yang memiliki kejanggalan, sehingga aneh atau lucu, dengan tujuan memancing tawa. Pelawak yang berperan sebagai si pintar bertugas menyela cerita si bodoh, dan membetulkan bagian-bagian yang dianggap janggal, sehingga penonton tahu saat harus tertawa.

Pelawak yang menjadi si pintar kadang-kadang menggunakan kata-kata yang menghina untuk memberitahu si bodoh bahwa ceritanya aneh atau janggal. Bukan hanya itu, pelawak berperan sebagai si bodoh tidak jarang menerima tamparan dengan telapak tangan di kepala atau bagian dada. Kadang-kadang pemeran si bodoh juga harus menerima pukulan di bagian kepala dengan menggunakan kertas karton yang dilipat seperti kipas, atau mainan yang mengeluarkan bunyi pukulan yang keras.

Berbeda dengan si bodoh yang terus menerus harus bercerita, si pintar hanya sekali-kali menginterupsi cerita si bodoh. Maksudnya sebagai umpan agar si bodoh menjadi lebih lucu. Kesempatan ini juga dimanfaatkan si bodoh untuk mengambil napas, sehingga tempo cerita yang cepat dapat dipertahankan.

Pasangan manzai terkenal

sunting
  • Yumeji Itoshi dan Kimi Koishi
  • Yasushi-Kiyoshi (Yokoyama Yasushi dan Nishikawa Kiyoshi)
  • Two Beat (Beat Takeshi dan Beat Kiyoshi)
  • Unabara Senri-Mari (Kaminuma Emiko dan kakaknya)
  • Hoshi Sento-Luis (Hoshi Sento dan Hoshi Luis)
  • Nakata Kausu-Botan (Nakata Kausu dan Nakata Botan)
  • Downtown (Matsumoto Hitoshi dan Hamada Masatoshi)

Pranala luar

sunting