Manurung

salah satu marga Batak Toba

Manurung (Surat Batak: ᯔᯉᯮᯒᯮᯰ) adalah salah satu marga Batak Toba yang berasal dari daerah Sibisa, Toba. Marga ini merupakan keturunan dari Raja Toga Manurung, cucu dari Raja Narasaon yang merupakan seorang penguasa di daerah Uluan.[1]

Manurung
Aksara Batakᯔᯉᯮᯒᯮᯰ
(Surat Batak Toba)
Nama margaManurung
Silsilah
Jarak
generasi
dengan
Siraja Batak
1Si Raja Batak
2Raja Isumbaon
3Tuan Sorimangaraja
4Tuan Sorbadijae
(Datu Pejel)
5Raja Narasaon
6Raja Mangarerak
7Raja Manurung
Nama istriBoru Borbor
Nama anak
  • 1. Raja Hutagurgur
  • 2. Raja Hutagaol
  • 3. Raja Simanoroni
Kekerabatan
Kerabat
marga
Matani ari
binsar
Borbor
Padan
Asal
SukuBatak
EtnisBatak Toba
Daerah asalSibisa, Toba

Tarombo (Silsilah)

Raja Manurung
1. Boru Borbor
2. Boru Borbor
Hutagurgur (Sihahaan)
Boru Nainggolan
Hutagaol (Sibitonga)Simanoroni (Siampudan)
Boru Limbong
Ompu Banua Luhung
Boru Limbong
Ompu TorpaniajiOmpu Sibatu NanggarOmpu Parpinggol LobilobiRaja PangadumTuan Ria Sibatu
(Raja Dapot)
Boru Pasaribu
Raja Mangantar
Ompu Patujong
1. Boru Borbor
2. Boru Saragi
Raja Mangatur
Boru Rumapea
Ompu Raja UnggulOmpu Janji MariaRaja Janji NabolonRaja Namora Titip
Boru Sinaga
Raja Huta (Ujung Sipinggan)Ompu Raja Pande
Ompu Jarojang
Boru Saragi
Raja Naualu
Boru Rumapea
Ompu Patubamban
Boru Sibarani
Raja Niunggul
Boru Samosir
Raja Sijambang
1. Boru Nainggolan
2. Boru Situmorang
3. Boru Samosir
Raja Sompa Oloan
Boru Sitorus
Tuan Sogar
1. Boru Sitanggang
2. Boru Nainggolan
3. Boru Sijabat
4. Boru Sitorus
5. Boru Sibuea
6. Boru Sitorus
7. Boru Butarbutar
8. Boru (?)
Raja Humuntor (Tamba)Tuan Ria Sibuntuon
1. Boru Butarbutar
2. Boru Tampubolon
Raja Mamotik
Boru Simangunsong
Raja SibagotRaja Udan
Boru Butarbutar
Raja BuhitRaja Simodang SangkarRaja Sibortung
Boru Manik
Ompu Patuanbanban
Boru Nadapdap
Ompu Bungkulan
Boru Manik
Ompu JebarOmpu Rahamat
Boru Siallagan

Turiturian (Kisah) Marga Manurung dan Marga Simamora Debataraja

Tuan Sogar Manurung, keturunan dari Manurung Hutagurgur yang lebih tepatnya merupakan anak keenam dari Raja Mangatur Manurung, merupakan seorang yang terkenal (tarbarita) dengan kesaktiannya dan keperkasaannya sampai ke Dolok Sanggul. Di Dolok Sanggul sendiri terdapat seorang yang bernama Nahum Dimana Simamora, keturunan dari Simamora Debataraja yang lebih tepatnya merupakan anak kedua dari Marbulang Simamora Debataraja yang terkenal sangat kaya raya dan hampir semua tanah di Dolok Sanggul dimilikinya oleh karena kemenangannya dalam berjudi. Nahum Dimana sangat pintar dan ahli berjudi di Dolok Sanggul sehingga banyak pihak yang ingin membunuhnya karena keahliannya tersebut. Artinya, Nahum Dimana pada saat itu berada dalam posisi yang terjepit sehingga perlu mencari sekutu untuk melawan para musuhnya. Nahum Dimana juga mendengar kehebatan Tuan Sogar yang sangat pintar melawan banyak musuhnya. Nahum Dimana berencana untuk menemui Tuan Sogar sehingga ia berencana untuk pergi ke daerah Porsea untuk berjudi. Onan Porsea ini dikenal dengan Onan Nagodang Siapari. Lalu Nahum Dimana berangkat ke Onan Nagodang Siapari dengan membawa uang manik dan emasnya untuk modal berjudi di onan tersebut. Ketika melewati Parseian (Porsea), ia mulai berpikir dan merasa takut semua hartanya akan diambil oleh penduduk disitu, sehingga Nahum Dimana melakukan diskusi (martarombo) supaya seluruh hartanya tidak disamun (ditodong). Ketika berdiskusi dan bercerita dengan beberapa orang, maka Nahum Dimana mendapatkan bahwa Tuan Sogar merupakan orang yang tepat untuk dijadikan sebagai temannya. Akhirnya, Nahum Dimana bertemu dengan Tuan Sogar di Onan Nagodang Siapari. Pertemuan Tuan Sogar dan Nahum Dimana membuat Nahum Dimana pergi bersama Tuan Sogar ke Lumban Tonga-tonga, Narumambing dan tinggal disitu sambil bermain judi di Onan Nagodang Siapari. Selama tinggal di Narumambing, Nahum Dimana mendapatkan cerita mengenai kesaktian dan kekuatan dari Tuan Sogar, sehingga ia semakin percaya bahwa dia adalah orang yang tepat untuk membantu dia melawan musuhnya di Dolok Sanggul.

Nahum Dimana meminta Tuan Sogar untuk membantunya di Dolok Sanggul melawan musuh-musuhnya dan mereka mengadakan kesepakatan. Tuan Sogar meminta agar mereka pergi terlebih dahulu untuk melihat anak-anaknya di Janji Matogu, Gala-Gala Pangkailan dan ke kampung pamannya (tulang) Raja Rumapea di Huta Rihit Samosir. Tuan Sogar ingin menyampaikan izin dan salam perpisahan kepada anak-anaknya karena hendak pergi dan tinggal dalam waktu yang lama di Dolok Sanggul. Akhirnya urutan perjalanannya yaitu dimulai dari Narumambing ke Gala-Gala Pangkailan, Sihubak-Hubak, Janji Matogu, kampung tulang-nya Raja Rumapea di Huta Rihit, Samosir, dan ke Bakkara hingga naik ke atas lagi ke kampung yang bernama Batu Najagar.

Setelah mereka sampai di Dolok Sanggul, maka semua anak-anak dan isteri Nahum Dimana melaporkan bahwa selama Nahum Dimana tidak di rumah, keluarganya tersebut diancam oleh para musuhnya. Nahum Dimana murka mendengar kabar tersebut dan meminta Tuan Sogar untuk menentukan hari yang tepat untuk melawan musuh-musuhnya tersebut. Tuan Sogar menjawab: “Nunga husigat parhalaan, ndang adong gea di tano pangkailan, ndang adong jea, songon i hamagoan ninna pos do roha. Ni rap-rap hodong tinapu salaon, pos rohanta modom, ai ndang adong sijagaon.” Karena Tuan Sogar adalah Datu Bolon, maka Tuan Sogar meminta kepada Nahum Dimana dengan mengatakan: “pangan hita ma jolo asu sibirong, marganding si bara ulunan dohot munsungna, asa mabiar musu mandopang hita, jala martali-tali tiga bolit ma ho, ahu martali-tali andor nguk-nguk.” Tuan Sogar dan Nahum Dimana memakan anjing tersebut dan mereka berdua berpakaian seperti yang diminta Tuan Sogar dan berjalan di seluruh kampung Nahum Dimana. Semua musuh-musuh Nahum Dimana melihat tindakan Tuan Sogar dan Nahum Dimana sehingga mereka ketakutan dan selanjutnya musuh-musuh Nahum dimana tidak ada lagi.

Tuan Sogar sudah merasa cocok dan senang tinggal di Dolok Sanggul dan Nahum Dimana juga merasa senang sehingga ia mengangkat (mangain) Tuan Sogar Manurung menjadi marga Simamora Debataraja, yaitu anak dari Nahum Dimana. Adapun anak-anak dari Nahum Dimana tidak termasuk Tuan Sogar Manurung sebagai berikut:

  1. Guru Sabungan
  2. Anak Perempuan (Menikah dengan marga Manalu)
  3. Guru Manurbing
  4. Girsang Matabun
  5. Raja Paimaon
  6. Lahi Sabungan

Anak perempuan dari Nahum Dimana pulang ke kampung ayahnya di Dolok Sanggul karena suaminya wafat, sehingga ia tinggal di rumah Nahum Dimana dan bertemu dengan Tuan Sogar. Pertemuannya dengan Tuan Sogar membuat dia jatuh hati dikarenakan kehebatan yang dimiliki oleh Tuan Sogar. Kemudian tanpa diduga, anak perempuan dari Nahum Dimana itu pun ketahuan sedang mengandung dan akhirnya diketahui oleh semua orang. Akhirnya desas-desus keluar dalam masyarakat, “Tuan Sogar secara tidak langsung telah menikahi saudara perempuannya (iboto) sendiri karena Nahum Dimana telah mengangkat Tuan Sogar menjadi anaknya dan dalam hal ini, Tuan Sogar dan anak perempuan Nahum Dimana sudah melanggar adat”. Ada beberapa pihak memberikan usulan agar aib dalam keluarga tidak semakin meluas, putri Nahum Dimana tinggal di gubug (sopo-sopo) di hutan, dan ternyata kemudian, anak perempuan Nahum Dimana itu pun melahirkan seorang anak laki-laki. Kemudian Puteri Nahum Dimana wafat dan hewan rusa yang menyusui bayi dari perempuan tersebut. Para penggembala kerbau (parmahan) mendengar tangisan bayi dari puteri Nahum Dimana tersebut dan mendekati tempat tersebut dan ditemukan ternyata bayi tersebut bersama dengan rusa yang menyusuinya. Kemudian penggembala kerbau itu melapor kepada Nahum Dimana, lalu bayi tersebut dibawa ke rumah Nahum Dimana dan diberikan kepada Tuan Sogar. Tuan Sogar menyatakan bahwa bayi tersebut adalah anaknya dan ia mengatakan “Pir ma tondimi Anakhi” kepada Nahum Dimana. Sejak itu, namanya disebut Patuan Sogar Simamora, kemudian ia mempunyai kampung di Huta Bagasan, Dolok Sanggul. Seluruh keturunan Patuan Sogar Simamora tidak memakan rusa oleh karena cerita ini.

Tuan Sogar tinggal selama sisa hidupnya di Huta Bagasan, Dolok Sanggul dan menurut cerita tidak pernah lagi pulang ke Narumambing, dan Janji Matogu. Tuan Sogar wafat di Dolok Sanggul dan mempunyai tambak di dekat Huta Bagasan, Dolok Sanggul. Anak laki-laki Tuan Sogar tersebut bernama Juara Manungkun dan pesan untuk tidak memakan rusa datang dari Juara Manungkun. Ada cerita lain yang menyatakan bahwa Juara Manungkun sempat mau diusir dari Huta Bagasan, Dolok Sanggul. Tetapi sahala dari Tuan Sogar selalu melindungi anaknya termasuk seluruh keturunannya, sehingga keturunannya makin banyak dan terlihat besar hingga saat ini. Monumen Tuan Sogar dibangun di Janji Matogu dan tidak ada tulang belulangnya disitu. Monumen tersebut dibangun oleh anak-anaknya mulai dari yang paling besar hingga yang terkecil selain Simamora Tuan Sogar atau Juara Manungkun.[2]

Tokoh

Beberapa tokoh yang bermarga Manurung, di antaranya adalah:

Referensi

  1. ^ Vergouwen, J. C. (Jacob Cornelis) (1964). The social organisation and customary law of the Toba-Batak of northern Sumatra. Internet Archive. The Hague, M. Nijhoff.
  2. ^ "Buku Tuan Sogar Manurung PDF | PDF". Scribd. Diakses tanggal 2025-05-26.