Lego-lego

seni tari khas Nusa Tenggara Timur

Lego-Lego adalah suatu pertunjukan tarian yang berasal dari Pulau Alor-Pantar, Provinsi Nusa Tenggara Timur.[1] Tarian ini merupakan tarian yang dimainkan oleh laki-laki dan perempuan secara melingkar dengan cara bergandengan tangan menarikan tari Lego-lego tanpa melihat batas agama dan status sosial. Oleh karena itu tarian ini disebut sebagai tarian multi etnik, diamana suku, klan, bahasa, gender, agama, dan status sosial menyatu dalam sebuah pertunjukan dalam tradisi lisan yang di sebut dengan Lego-lego. Dalam melakukan tarian ini dipandu oleh satu atau dua orang juru pukong (juru pantun), dimana laki-laki yang dituakan dan dianggap paling banyak menguasai lagu-lagu dalam pertunjukan tarian Lego-lego. Jumlah anggota penari dalam tarian ini mencapai puluhan orang hingga ratusan orang. Tarian Lego-lego ini biasanya dipertunjukkan saat:

  1. Upacara persiapan mulai membuka kawasan ladang yang baru;
  2. Setelah melakukan panen hasil pertanian;
  3. Mempersiapkan kebutuhan untuk berburu;
  4. Membangun rumah adat;
  5. Membangun rumah ibadah atau tempat untuk beribadah;
  6. Pada saat acara Sunna Hada (sunat adat masal yang dilakukan oleh masyarakat muslim);Dan
  7. Pada saat menyambut tamu.[1]
  8. pada saat upacara perkawinan.

Selain itu, dalam pertunjukan tarian Lego-lego juga terjadi proses pentransferan ilmu pengetahuan lisan kepada masyarakat Alor-Pantar. Didalam syair Lego-lego yang di bunyikan terdapat suatu pengajaran yang sampaikan untuk saling menghormati antar suku, klan, dan menjaga kerukunan antar umat beragama, dan juga disampaikannya mengenai sejarah tentang nenek moyang mereka, sejarah suku, serta perpindahan antar suku. Tarian Lego-lego yang berasal dari Pulau Alor-Pantar ini ternyata memiliki perbedaan dalam alat musik yang digunakan antara masyarakat Alor-Pantar di wilayah pesisir dengan masyarakat yang ada di wilayah pegunungan. Dimana, pertunjukan tarian Lego-lego yang dilakukan masyarakat yang berada di wilayah pesisir Alor-Pantar (Nuh Atinang) biasanya diiringi dengan alat musik seperti gong dan gendang. Sedangkan masyarakat yang berada di wilayah pegunungan Alor-Pantar (Nuh Mate) hanya menggunakan musik yang berasal dari hentakan kaki dari penari laki-laki dan gelang kaki yang dipakai oleh penari perempuan.[1]

tarian lego-lego alor-pantar pada umumnya memiliki karateristik yang sama dalam melakukan gerakkan, alat-alat musik yang digunakanpun beragam tidak hanya giring-giring namun lebih dari itu misalnya, tambur panjang (Tubbi), gong, (gong lebih dari satu), maal (moko).

Referensi sunting

  1. ^ a b c Putri, Syam Mega (11 Agustus 2018). "Tarian Lego-lego dari Pulau Alor-Pantar, NTT". www.budaya-indonesia.org. Perpustakaan Digital Budaya Indonesia. Diakses tanggal 15 Februari 2019.