Dalam skema nama Arab, lakab[1] (Arab: لقب, laqab, plural القاب, alqāb) adalah bagian nama yang merupakan gelar, yang kadang merupakan gelar kebesaran (terutama di masa Kekhalifahan Abbasiyah dan seterusnya) atau nama ejekan.[2]

Praktik menggunakan nama lakab dengan makna netral atau ejekan telah ada sejak sebelum periode Islam di Arab, dan dapat dilihat pada nama-nama penyair Arab pra-Islam. Penggunaan lakab sebagai nama kebesaran dipopulerkan oleh para Khalifah Abbasiyah awal. Khalifah kedua Abbasiyah menamai dirinya dengan lakab Al-Mansur billah ("Sang Pemenang Karena Pertolongan Allah") dan khalifah ketiga menamai dirinya Al-Mahdi billah ("Yang Diberi Petunjuk oleh Allah"). Para khalifah Abbasiyah kadang memberikan lakab sebagai nama kebesaran untuk para menteri atau pendukung utamanya, misalnya Al-Fadhl bin Sahl yang dijuluki "Dzur-Ri'asatain" (pemilik dua jabatan pemimpin"). Selanjutnya, lakab juga digunakan oleh dinasti-dinasti yang memerintah sebagai raja di luar kekhalifahan.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ "lakab". Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. 
  2. ^ a b Bosworth, C. E. (1986). "Laḳab". Dalam Bosworth, C. E.; van Donzel, E.; Lewis, B.; Pellat, Ch. Encyclopaedia of Islam. Volume V: Khe–Mahi (edisi ke-2). Leiden: E. J. Brill. ISBN 978-90-04-07819-2.