Laju endap darah (LED) (bahasa Inggris: erythrocyte sedimentation rate (ESR)) adalah kecepatan sel - sel darah merah mengendap di dalam tabung uji dengan satuan mm/jam.[1][2] Uji LED umumnya dilakukan menggunakan metode Westergren dan bertujuan untuk memantau keberadaan radang atau infeksi di dalam tubuh.[3] Dalam metode tersebut, sampel darah yang telah diberi antikoagulan diletakkan di dalam tabung vertikal 200 mm dan kemudian didiamkan selama 1 jam untuk diamati seberapa jauh sel darah merah jatuh menuju dasar tabung tersebut.[2][3]

Laju endap darah (LED)
Diagnostik
Tabung - tabung Westergren dalam alat analisis LED otomatis StaRRsed

Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil uji LED adalah kadar fibrinogen, rasio sel darah merah dibandingkan dengan plasma darah, keadaan sel darah merah yang abnormal, dan beberapa faktor teknis.[3][4] Kadar fibrinogen dalam darah akan meningkat saat terjadi radang atau infeksi dan menyebabkan sel - sel darah merah lebih mudah membentuk rouleaux atau menggumpal sehingga sel darah merah lebih cepat mengendap.[3]

Laju endap darah cenderung dikaitkan dengan keberadaan radang atau infeksi, namun dapat juga membantu pemantauan kelainan kekebalan tubuh, diabetes, tuberkulosis, anemia, bahkan kanker.[2][4][5] Laju endap darah juga mengalami peningkatan saat masa kehamilan atau seiring dengan bertambahnya usia.[4][6]

Sejarah sunting

Uji LED pertama kali ditemukan pada tahun 1897 oleh seorang dokter asal Polandia, Edmund Faustyn Biernacki.[7][8] Pada tahun 1918, Robert Sanno Fahraeus, seorang patologis dan hematologis asal Swedia, mengembangkan penemuan Biernacki dan menggunakan uji LED untuk uji kehamilan.[7] Selanjutnya pada tahun 1921, Westergren Alf Vilhelm memperkenalkan metode Westergren untuk mengukur kecepatan pengendapan sel darah merah dalam sebuah artikel mengenai darah dalam tuberkulosis pada paru - paru.[9]

Interval nilai sunting

Interval nilai normal hasil uji LED adalah [10][11][12]

Pria dewasa: 0 - 15mm/jam
Wanita dewasa: 0 - 20mm/jam
Anak - anak: 0 - 10mm/jam

Jika nilai LED > 50mm/jam, maka dibutuhkan pemeriksaan lanjutan mengenai kadar protein dalam serum, immunoglobulin, Anti Nuclear Antibody, dan faktor reumatoid karena dapat mengarah kepada tuberkulosis, penyakit tiroid, Systemic Lupus Erythematosus, atau arthritis reumatoid.[10] Jika nilai LED > 100mm/jam, maka memiliki indikasi infeksi serius, malignansi, paraproteinemia, atau hiperfibrinogenemia.[10]

Faktor - faktor yang mempengaruhi nilai LED sunting

Kadar fibrinogen sunting

Fibrinogen merupakan protein yang diproduksi oleh hati dan berfungsi untuk membantu proses pembekuan darah.[13] Sehubungan dengan perannya dalam proses pembekuan darah, jumlah fibrinogen akan meningkat saat terjadi luka atau infeksi di dalam tubuh [3] Jumlah fibrinogen yang meningkat dapat menyebabkan sel - sel darah merah saling mengikat satu sama lain dan membentuk gumpalan yang disebut rouleaux sehingga sel - sel darah merah cenderung menjadi lebih berat.[14]

Rasio sel darah merah terhadap plasma darah sunting

Saat rasio sel darah merah terhadap plasma darah cukup tinggi, maka dapat dikatakan bahwa jumlah komponen sel lebih banyak dibandingkan dengan komponen cair atau plasma sehingga komponen sel lebih berat dan lebih cepat mengendap.[3]

Keadaan sel darah merah yang abnormal sunting

Keadaan sel darah merah yang tidak normal seperti pada penderita anemia sel sabit dapat menurunkan nilai LED secara signifikan.[4] Hal ini disebabkan oleh bentuk sel darah merah yang lebih kecil dan kurang beraturan sehingga sel darah merah menjadi lebih lambat saat mengendap.[4]

Faktor teknis sunting

Faktor teknis yang dapat mempengaruhi hasil uji LED mencakup posisi dan tinggi tabung pengujian, proses pencampuran sampel darah dengan antikoagulan, serta pengaruh lingkungan terhadap tabung pengujian dalam proses pengamatan.[4] Perhatian yang kurang terhdap hal - hal teknis tersebut dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhdap hasil uji LED.[4]

Hubungan dengan Protein C-Reaktif sunting

Protein C-reaktif adalah protein yang diproduksi oleh hati dan jumlahnya akan meningkat saat terjadi peradangan atau infeksi di dalam tubuh.[15][16] Karena memiliki reaksi yang hampir sama dengan LED, pengukuran kandungan protein C-Reaktif terkadang menjadi alternatif pengganti uji LED.[15] Dalam praktiknya, protein C-Reaktif cenderung diamati untuk mendeteksi darah tinggi dan penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah, seperti aterosklerosis.[17][18]

Referensi sunting

  1. ^ kamuskesehatan.com. "Definisi: Laju Endap Darah". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-14. Diakses tanggal 2014-04-13. 
  2. ^ a b c The Nemours Foundation. "Blood Test: Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR)". 
  3. ^ a b c d e f Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson . 2002 . Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11 . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC . ISBN 979-448-659-0
  4. ^ a b c d e f g Brigden, Malcolm L. . 1999. Clinical Utility of the Erythrocyte Sedimentation Rate . American Academy of Family Physicians
  5. ^ U.S. National Library of Medicine. "ESR". MedLinePlus. 
  6. ^ Harvard Medical School. "Elevated Sedimentation Rate". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-29. Diakses tanggal 2014-04-13. 
  7. ^ a b Ole Daniel Enersen. "Whonamedit?". 
  8. ^ The Journal of Rheumatology. "Who Discovered the Erythrocyte Sedimentation Rate?". 
  9. ^ Academic. "Westergren method". 
  10. ^ a b c Kementerian Kesehatan Republik Indonesia . 2011 . Pedoman Interpretasi Data Klinik
  11. ^ I. Dirckx, John H. II. Hartanto, Huriawati III. Nisa, Tiara Mahatmi . 2004 . Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk Profesi Kesehatan, E/4 . Jakarta: EGC . ISBN 979-448-653-1
  12. ^ Rhesus Negatif Indonesia. "Membaca Hasil Lab Darah Rutin". 
  13. ^ U.S. National Library of Medicine. "Fibrinogen". MedLinePlus. 
  14. ^ The McGill Physiology Virtual Lab. "Erythrocyte sedimentation rate (ESR)". 
  15. ^ a b U.S. National Library of Medicine. "C-reactive protein". MedLinePlus.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "MedLinePlus3" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  16. ^ kamuskesehatan.com. "Protein C-reaktif". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-24. Diakses tanggal 2014-04-23. 
  17. ^ Flynn, Joseph T.; Ingelfinger, Julie R.; Portman, Ronald J. . 2011 . Pediatric Hypertension, Second Edition . New York: Humana Press . ISBN 978-1-60327-823-2
  18. ^ Morrow, David A. . 2006 . Cardiovascular Biomarkers: Pathophysiology and Disease Management . New Jersey: Humana Press, Inc. . ISBN 1-58829-526-5