Batu bacan (permata)

(Dialihkan dari Krisokola)

Krisokola (bahasa Inggris: Chrysocolla)[4][5] adalah suatu mineral tembaga siklosilikat terhidrasi dengan rumus kimia: Cu2-xAlx(H2-xSi2O5)(OH)4·nH2O (x<1)[1] or (Cu,Al)2H2Si2O5(OH)4·nH2O.[2] Struktur mineral ini masih dipertanyakan, sebab studi spektrografik menunjukkan bahwa mineral krisokola ini kemungkinan merupakan campuran dari tembaga hidroksida spertiniite dan kalsedon. Di Indonesia, wilayah penghasil krisokola yang terkenal adalah di Pulau Bacan, dan dikenal oleh kalangan pecinta batu akik dengan julukan Batu Bacan.

Batu bacan
Krisokola dan malakit dari Australia
Umum
KategoriMineral silikat
Rumus
(unit berulang)
Cu2-xAlx(H2-xSi2O5)(OH)4·nH2O (x<1)[1]
Klasifikasi Strunz09.ED.20
Sistem kristalSistem kristal ortorombik
Sel unita = 5.7 Å, b = 8.9 Å, c = 6.7 Å
Identifikasi
WarnaBiru, sian atau biru-hijau, hijau
PerawakanMasif, nodular, bergugus
Belahantidak ada
FrakturTidak teratur/tidak merata, sub-konkoidal
Sifat dalamRapuh hingga lunak
Kekerasan dalam skala Mohs2.5 - 3.5
KilauVitreus hingga kusam
Goreswarna putih hingga biru-hijau
DiafaneitasTembus cahaya hingga buram
Berat jenis1.9 - 2.4
Sifat optikBiaksial (-)
Indeks biasnα = 1.575 - 1.585 nβ = 1.597 nγ = 1.598 - 1.635
Bias gandaδ = 0.023 - 0.050
Referensi[1][2][3]

Ciri-ciri

sunting
 
Batu bacan berwarna biru-bedak (powder-blue) berupa jalaran stalaktit berongga (vugs) setipis karpet, dalam sebongkah batu padat tirolit yang digali dari Tambang San Simon, Provinsi Iquique, Chili (size: 14.1 x 8.0 x 7.8 cm)

Batu bacan memiliki warna sian (biru-hijau) dan merupakan minor bijih tembaga, dengan kekerasan mineral mencapai 2.5 hingga 3.5.

Nama dan penemuan

sunting

Nama mineral ini dalam bahasa Inggris "Chrysocolla" dari bahasa Yunani chrysos, "emas", dan kolla, "lem", yaitu merujuk pada nama bahan yang digunakan untuk menyolder emas, yang pertama kali digunakan oleh Theophrastus pada 315 SM.

Pembentukan dan lokasi

sunting
 
Krisokola berjalur putih hingga biru-hijau dari Bisbee, Arizona (size: 12.2 x 5.5 x 5.2 cm)

Mineral ini memiliki asal sekunder dan terbentuk dalam lingkup zona oksidasi bijih tembaga. Mineral ikutannya adalah kuarsa, limonit, azurit, malakit, kuprit, dan mineral sekunder tembaga lainnya.

Umumnya ia ditemukan berbentuk bergugus (botryoidal), gumpalan bulat atau kerak, atau guratan urat. Karena warnanya yang terang, ia terkadang dikelirukan dengan pirus.

Lokasi kemunculan yang terkenal antara lain di Pulau Bacan (Indonesia), Israel, Republik Demokratik Kongo, Chili, Cornwall (Inggris), dan di Arizona, Utah, Idaho, New Mexico, Michigan, dan Pennsylvania (Amerika Serikat).

Penelitian status mineral

sunting

Sebuah studi tahun 2006 memberikan bukti bahwa krisokola kemungkinan merupakan percampuran mikroskopik antarak mineral tembaga hidroksida spertiniite, silika amorf, dan air.[1][6]

Referensi

sunting