Komsus 69 dan Unit Tindak Khas

VAT 69/UTK atau Komando 69 (Indonesia: Komando Khusus 69, Komsus 69) dan Unit Tindak Khas merupakan dua satuan khusus Polis Diraja Malaysia bermarkas di Brigade Utara (Britara) Ulu Kinta, Perak dan Mabes PDRM Bukit Aman, Kuala Lumpur, diletakkan dibawah tanggung jawab Divisi Keselamatan dan Ketertiban Dalam Negeri

Komsus 69/Unit Tindak Khas
Markas Mabes PDRM, Bukit Aman, Kuala Lumpur, Malaysia. Britara Ulu Kinta, Perak.
Kekuatan Rahasia
Persenjataan Beretta 92F, Browning HP Mk.3, Colt M1911A1, Glock 19, H&K P9S, Sig Sauer P226, Steyr M9, Vektor SP1, Yavuz 16 Compact, Franchi SPAS 12, Franchi SPAS 15, Remington M870, Reminton M1100, H&K MP5A3, H&K MP5K-PDW, H&K MP5SD2, H&K MP7A1-PDW, Colt M16A1, H&K 33, H&K 416, H&K G36-C, Steyr AUG A2, Acc-Int. PM, H&K G3/SG-1, Remington M700, Sig SSG-2000, M60E2
Spesialis Anti-teror domestik dan penegakan hukum di Malaysia.
Dibentuk 1969 - Komsus 69
1975 - UTK

Sejarah Organisasi sunting

Komando Khusus 69

Komando Khusus 69 atau Komsus 69 dan diberi jolokan sebagai Task Force, Charlie Force dan Special Project Team telah dilatih khusus oleh satuan khusus Special Air Service Inggris pada tahun 1969 untuk memadamkan aksi-aksi separatis komunis oleh Partai Komunis Malaya. Dalam bahasa Inggris, pasukan khusus ini digelar sebagai VAT 69, singkatnya kepada Very Able Troopers 69 yang berarti Pasukan Bermobilitas Tinggi 69. Angka 69 ini diambil karena dibentuk pada tahun 1969, dirancang sebagai unit tempur khusus untuk menanggulangi sebarang bentuk pertempuran dan taktik gerilya oleh teroris komunis. Angka "69" juga menyerupai karambit (pisau kecil yang dijadikan senjata oleh orang Melayu pada zaman Kesultanan Melaka) yang maknanya membunuh dengan senyap. Pembentukan satuan ini bermula apabila Menteri Pembangunan dan Keselamatan Dalam Negeri, Allahyarham Tun Dr. Ismail mengemukakan cadangan untuk membentuk satuan khusus untuk menangani gangguan insurgensi komunis pada tahun 1969. Pada tanggal Oktober 1969, dari 1600 pegawai dan personel Pasukan Polis Hutan (sekarang Pasukan Gerak Umum, PGA) yang terdaftar terpilih 60 personel untuk mengikuti kursus dasar komando. Staf pengajarnya dari SAS Inggris telah dikirim ke pusat pelatihan di Fort Kemar, Perak untuk melatih peleton percobaan Komsus 69. Diakhir pelatihan ini, hanya 30 personel sahaja yang ampu menyelesaikan kursus tersebut dan merupakan unit nukleus pertama Komsus 69. Pada tahun 1970-an, satuan khusus ini memulakan operasinya dan dihantar ke hutan untuk menewaskan teroris komunis. Dalam operasi tersebut, ramai anggota teroris komunis tewas, luka-luka dan ada yang berhasil ditangkap serta menyita sejumlah senjata dan perlengkapan komunis. Pada tahun 1977, satuan Komsus 69 telah ditingkatkan kepada 3 pasukan dan dilatih langsung oleh instruktur dari SAS Selandia Baru dan juga melatih kemampuan sendiri. Pada tahun 1980, unit ini memiliki perlengkapan khusus dan kebutuhan logistis sendiri.

Unit Tindak Khas

Unit Tindak Khas adalah satuan khusus kedua PDRM selepas Komsus 69. Satuan ini ditugasi menangani kasus kejahatan kriminal bersenapan diperkotaan. Unit ini dirancang dari peristiwa penyanderaan oleh anggota teroris Tentara Merah Jepang yang telah menjadikan 50 warga Amerika Serikat dan Sweden serta warga tempatan sebagai sandera di Konsultan Amerika Serikat di bangunan AIA, Kuala Lumpur pada bulan Agustus 1975, 2 tahun selepas peristiwa penyanderaan di Munich, Jerman oleh teroris Black September Palestin pada tahun 1973. Anggota teroris mengemukakan tuntutan kepada Amerika untuk membebaskan 5 orang ahlinya yang telah ditangkap dan diterbangkan ke Libya. Anggota tim Unit Tindak Khas telah mendapat pelatihan daripada instruktur SAS dan ditingkatkan mobilitasnya dengan taktis yang berlainan oleh SWAT Amerika dan dilengkapi dengan persenjataan seperti pistol S&W .38 dan Colt M1911A1 serta senapan serbu Colt M16A1, memiliki fungsi setara SWAT dan juga untuk peran perlindungan terbuka. Dalam sesi penyertaan, hanya 20 orang personel sahaja yang telah berhasil dalam pemilihan ini. Satuan ini juga menjalankan perlindungan khusus di Stadium Nasional Bukit Jalil sempena Sukan Komanwel 1998 bersama dengan Grup Gerak Khas Angkatan Darat Malaysia dan juga melindungi warga kenamaan.

Penggabungan

Pada 20 Oktober 1997, kedua-dua unit ini dilikiduidasi dan digabungkan kepada satu unit baru menjadi Pasukan Gerak Khas, diresmikan oleh Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad dan Kepala Kepolisian Malaysia, Rahim Noor. Dibawah tanggungjawab kepala divisi yang sama, satuan khusus baru PDRM ini menjalankan operasi khusus sepertimananya satuan elite yang lain.

Lambang sunting

Motto
Warisan Darah Perwira
Hitam
Simbolik kepada penugasan Komando Khusus 69 dalam operasi yang mempunyai kerahsiaan yang tinggi.
Merah
Melambangkan keberanian bagi prajurit-prajurit Komando Khusus 69
Kuning
Melambangkan Ketaatsetiaan kepada Raja dan Negara.
Lembing / Tombak
Senjata tradisi yang digunakan oleh pahlawan-pahlawan dan pendekar-pendekar Melayu.
2 Kerambit
Merujuk kepada angka 69, melambangkan membunuh musuh secara senyap

Materi pelatihan sunting

Pelatihan dasar Komando Khusus 69 dibagi menjadi tiga tahap;

Tahap Pertama
Siswa akan melaksanakan pendidikan teknik patroli.
Tahap Kedua
Semua siswa akan mempelajari keahlian dan pelajaran seperti penjejakan, komunikasi, medis lapangan dan bahan peledak. Tahap ini juga termasuk pembuatan perangkap 'D.I.Y' booby traps, teknik peledakan dan demolisi.
Tahap Ketiga
Pelatihan terakhir para siswa dites untuk semua aspek keahlian dan pelajaran yang sudah dipelajari. Pada tahap ini, perhatian khusus diberikan pada siswa yang memiliki potensi sebagai pimpinan patroli.

Dasar Terjun Payung sunting

Peterjun payung Komsus 69 dimulai pada 1978 saat 65 perwira dan personel dikirim ke Hua Hin, Thailand untuk dilatih oleh instruktur dari Sekolah Latihan Terjun Payung Pasukan Perbatasan Kepolisian Kerajaan Thailand. Latihan dasar terjun payung dilaksanakan selama satu bulan dimana setiap siswa melakukan terjun statis. Setiap siswa harus melakukan 10 kali terjun termasuk sekali diair. Setelah mendapatkan wing, semua siswa dilatih terjun bebas atau kursus lanjut (HALO / HAHO).
Unit latih Para Komsus 69 bertanggung jawab untuk mensupervisi latihan terjun payung dari tingkat dasar sampai tingkat lanjut, termasuk rappelling & abseiling dari helicopters. Faktanya, Komsus 69 juga melatih kemampuan sendiri.

Dasar CQB dan Penyanderaan sunting

Latihan CQB dilakukan oleh instruktur Komsus 69 sendiri. Kursus ini dikhususkan untuk taktis dan teknik operasi anti-teror. Diantaranya adalah pembebasan sandera di dalam gedung, pesawat udara dan kereta api.

Dasar Menyelam sunting

Keahlian lain yang diterapkan dalam Komsus 69 adalah menyelam, sekitar separuh dari anggota Komsus 69 mampu melaksanakan misi penyelaman. Pelatihan selama satu bulan dilanjutkan dengan kursus ’Dive Master’ dengan kemampuan penyelaman sedalam 150 kaki (50 meter). Mereka dapat dikerahkan dari pesawat helikopter.

Secara umum keberhasilan personel Komsus 69 membuka kemungkinan mengikuti tingkat master untuk perang gerilya/hutan, FIBUA / OBUA / MOUT, sniper, SAR, parachute, CQB, pertempuran tangan kosong, komunikasi, selam tempur, perobatan, perlindungan terbuka dan juga penanganan kapal. Keputusan Komsus 69 untuk mengadopsi kebijakan cross-training dibuat bagi semua personel untuk memiliki lebih dari satu keahlian. Setiap tahun beberapa anggota Komsus 69 juga dikirim untuk mengikuti latihan di luar negeri.

Persenjataan sunting

Komando Khusus 69 dan Unit Tindak Khas dilengkapi dengan peralatan khusus sepertinya satuan khusus SAS, SWAT dan SEALs. Disini adalah daftar persenjataan dan perlengkapan yang diguna oleh kedua-dua satuan ini.

Senjata sunting

Data Persenjataan Khusus
Pistol Shotgun SMG/PDW Senapan serbu Penembak jitu Senapan Mesin Granat
Beretta M92F/S1 Remington M870 H&K MP5A3 Colt M16A1 Acc-Int. PM M60E1 M79
Browning HP Mk.3 Remington M1100 H&K MP5-K H&K 331 H&K G3/SG-1 H&K 11A1 M203
Colt M1911A11 Winchester M12 H&K MP5SD2 Steyr AUG H&K 33 Sniper1 Granat ledak tinggi
Glock 19 Franchi SPAS 12 H&K MP7 PDW H&K 416 Sig SSG 2000 Granat Cahaya
H&K P9S Franchi SPAS 15 H&K G36C Remington 700 Granat Asap
Sig Sauer P226
Steyr M-9
Vektor SP1
Yavuz 16 Compact

1 Pistol Colt M1911A1 buatan Amerika Serikat pernah digunakan oleh para pegawai AD Inggris, Melayu dan kepolisian Federasi Malaya (kini Polis Diraja Malaysia) ketika Perang Dunia Kedua dan insurgensi di Malaya. Beretta M92F/S digunakan oleh Komando Khusus 69, Unit Tindak Khas dan Resimen Askar Melayu Diraja pada tahun 1970an semasa menanggulangi teroris komunis. Apabila pemerintah Malaysia mengadopsikan pistol Glock, Sig Sauer dan Steyr pada tahun 1980an, pistol Beretta dan Colt telah dihentikan dinasnya, tetapi hanya 1% pegawai dan personel sahaja yang masih menggunakannya terutamanya dari Divisi Kriminal Tindak Pidana dan Kantor Persenjataan, bahkan Batalyon Intelijen 165 Angkatan Darat Malaysia juga turut memilikinya. Senapan serbu HK 33 dan HK G3 dilikuidasikan dinasnya pada tahun 1990 dan digantikan dengan karabin Colt M4A1, HK G36C, senapan penembak jitu HK MSG-90 dan HK PSG-1 sebagai senjata utama mereka.

Perlengkapan sunting

  • Teropong Bidik Malam (Night Vision Goggle, NVG)
  • Teropong Bidik Laser
  • Teropong Bidik EO Tech
  • Ves Kalis Peluru

Operasi yang diketahui sunting

Komando Khusus 69 dan Unit Tindak Khas mempunyai rekod pertempuran yang baik tetapi mempunyai profil yang rendah, khususnya UTK.

  • 1969 - Komsus 69 memulakan operasi pertamanya di hutan dan berhasil menumpasi sejumlah teroris komunis dan menyita kesemua senjata dan perlengkapan komunis.
  • 19 November 1985 - Komsus 69 Anti-teror PDRM bersama semua formasi PDRM menyerbu kediaman Ibrahim Mahmud atau Ibrahim Libya di Kampung Memali, Baling, Kedah yang menyebabkan ia tewas ditembak berpuluh kali di dadanya bersama 13 warga Memali dalam operasi dinamai Ops Hapus. Seorang perwira paramiliter PPH dan dua anggota kepolisian turut tewas, dipercayai tertembak sesama sendiri.
  • Berikutan peristiwa kejahatan lanun di Sabah, Komando Khusus 69 dikirim untuk menumpasinya.
  • Oktober 1985 - Unit Tindak Khas terlibat dalam operasi pembebasan sandera seorang doktor dan pembantunya oleh enam tahanan yang dikepalai oleh seorang penjahat warga Singapura, Jimmy Chua di Penjara Pudu. Enam hari kemudiannya, sandera tersebut berhasil diselamatkan dalam penyergapan satuan ini dan Jimmy akhirnya dijatuhi vonis hukuman gantung sampai mati.
  • Pada tahun 1994 - seorang buronan penjahat dari Filipina, Rizal Aleh telah kabur ke Sabah bersama bapanya dan memulakan kejahatan lanun di situ. Komando Khusus 69 dikepalai oleh DSP Mohd Noor Razak dikirim ke Sabah dalam operasi yang dinamai Ops Rambo II, menyebabkan terberkasnya Rizal dan bapanya bersama 30 pengikutnya dan dihadapkan ke pengadilan Semenanjung atas kejahatan yang dilakukan. Rizal dan bapanya dikirim semula kepada Pemerintah Filipina karena kedua-duanya adalah buronan yang paling dicari oleh pemerintah negara tersebut.
  • 29 Juni 1993 - Unit Tindak Khas Mabes PDRM menyerbu kediaman buronan penjahat P. Kalimuthu atau Bentong Kali di Medan Damansara, Selangor menyebabkan buronan tersebut tewas ditembak mati dalam penyergapan itu.

Pranala luar sunting