Kimberlit adalah sejenis batu vulkanik potasik (mengandung kalium) yang dikenal baik karena potensinya mengandung intan. Nama batu ini diilhami oleh nama kota kecil Kimberley di Afrika Selatan, di mana penemuan intan 83,5 karat pada tahun 1871 telah memicu perlombaan memburu intan, yang sebenarnya juga menciptakan Lubang Besar.

Kimberlit dari Amerika Serikat.

Kimberlit hadir di dalam kerak bumi dengan struktur vertikal yang disebut sebagai pipa kimberlit. Pipa kimberlit adalah sumber terpenting intan yang ditambang saat ini. Kesepakatan mengenai kimberlit adalah bahwa kimberlit terbentuk di dalam mantel. Pembentukan terjadi pada kedalaman 150-450 kilometer, dari komposisi mantel eksotik yang diperkaya, dan diletuskan secara sering dan merusak, sering kali beserta karbondioksida dan senyawa yang mudah menguap lainnya. Adalah pelelehan dan penyusunan pada kedalaman ini yang membuat kimberlit cenderung mengandung intan ksenolit.

Kimberlit telah menarik perhatian yang lebih besar daripada volume relatifnya. Ini terutama disebabkan oleh sifatnya sebagai pembawa intan dan ksenolit batu delima peridotit dari mantel ke permukaan Bumi. Turunannya yang mungkin dari kedalaman adalah lebih besar daripada jenis batuan beku lainnya, dan komposisi magma ekstrem yang ia cerminkan dari rendahnya kadar silika dan tingginya unsur kelumit yang tak-kompatibel, membuat pemahaman akan petrogenesis kimberlit menjadi penting. Dalam hal ini, kajian kimberlit berpotensi menyediakan informasi tentang komposisi mantel dalam dan tentang proses pelelehan yang terjadi di atau di dekat antarmuka antara litosfer benua kratonik dan mantel astenosfer di dekatnya yang berkonveksi.

Kimberlit hadir sebagai intrusi vertikal yang menyerupai wortel, yang disebut 'pipa'. Bentuk wortel klasik ini terbentuk karena proses intrusif kompleks dari magma kimberlitik yang mewariskan proporsi CO2 dan H2O yang sama besarnya dalam sistem ini, yang menghasilkan tahapan pendidihan yang meledak-ledak yang menyebabkan kobaran api vertikal besar-besaran (Bergman, 1987). Penggolongan kimberlit didasarkan pada pengenalan fasies batu yang berbeda-beda. Fasies yang berbeda-beda ini berhubungan erat dengan gaya aktivitas magmatik khusus, yaitu kawah, diatrema, dan batuan hipabisal (Clement dan Skinner 1985; dan Clement, 1982).

Referensi sunting

  • Bergman, S. C.; 1987: Lamproites and other potassium-rich igneous rocks: a review of their occurrences, mineralogy and geochemistry. In: Alkaline Igneous rocks, Fitton, J.G. and Upton, B.G.J (Eds.), Geological Society of London special publication No. 30. pp. 103–19
  • Clement, C. R., 1982: A comparative geological study of some major kimberlite pipes in the Northern Cape and Orange free state. PhD Thesis, University of Cape Town.
  • Clement, C. R., and Skinner, E.M.W. 1985: A textural-genetic classification of kimberlites. Transactions of the Geological Society of South Africa. pp. 403–409.
  • Mitchell, R. H., 1995: Kimberlites, orangeites, and related rocks. Plenum Press, New York.
  • Mitchell, R. H. (1991). Petrology of Lamproites. New York: Plenum Press. ISBN 0-306-43556-X. 
  • Smith, C. B., 1983: Lead, strontium, and neodymium isotopic evidence for sources of African Cretaceous kimberlite, Nature, 304, pp 51–54.
  • Edwards, C. B., Howkins, J.B., 1966. Kimberlites in Tanganyika with special reference to the Mwadui occurrence. Econ. Geol., 61:537-554.
  • Nixon, P.H., 1995. The morphology and nature of primary diamondiferous occurrences. Journal of Geochemical Exoloration, 53: 41-71
  • Wagner, P. A., 1914: The diamond fields of South Africa; Transvaal Leader, Johannesberg.
  • Woolley, A.R., Bergman, S.C., Edgar, AD, Le Bas, M.J., Mitchell, R.H., Rock, N.M.S. & Scott Smith, B.H., 1996. Classification of lamprophyres, lamproites, kimberlites, and the kalsilitic, melilitic, and leucitic rocks. The Canadian Mineralogist, Vol 34, Part 2. pp. 175–186.

Pranala luar sunting