Kesenian Lais merupakan sebuah kesenian pertunjukan akrobatik dalam seutas tali sepanjang 6 meter yang dibentangkan dan dikaitkan di antara dua buah bambu dengan ketinggian 10 sampai 13 meter untuk di panjat dan melakukan aksi yang spetakuler.[1] Pada tahun 2010, Lais tercatat sebagai warisan budaya takbenda dengan domain seni pertunjukkan yang berasal dari Provinsi Jawa Barat.[2]

Lais mengadopsi Akrobatik Kucingan. Foto Tahun 1980
Lais seni pertunjukkan masyarakat di Garut, Jawa Barat

Sejarah

sunting

Nama Lais sendiri diambil seorang yang ahli memanjat pohon kelapa, sehingga untuk mengenang jasanya yang ringan tangan mengambil kelapa warga, Maka di buatlah suatu pertunjukan identik seperti kang Lais dengan mengadopsi akrobatik Seni Kucingan yang masih merupakan bagian dari Reyog Ponorogo.[1]

Kucingan menceritakan seekor Kucing yang di perankan singo barong tanpa dadak merak sedang mengejar Tikus yang diperankan oleh Bujang Ganong, karena telah mengganggu tidurnya,hanya saja di Lais tidak menggunakan cerita kucingan dan seragam reyog serta topengnya yang menyulitkan pandangan penari Lais.[1]

Atraksi yang di tontonkan mula-mula pelais memanjat bambu lalu pindah ke tambang sambil menari-nari dan berputar di udara tanpa menggunakan sabuk pengaman dengan diiringi musik reog dan terompet.[1]

Lais merupakan bukan satu-satunya kesenian Garut yang mengadopsi dari seni bagian Reyog, yang lainnya seperti Surak Ibra dari senggak dan baru-baru ini Barong Domba Garut yang biasa disebut Badogar.

Persamaan

sunting

Meskipun Lais mengadopsi dari Kucingan reyog, terdapat persamaan dan perbedaan di antara kedua pertunjukan tersebut mengingat Pemain Lais belum mampu menguasai pertunjukan seperi pada pemain Reyog, seperti:

  1. Sama-sama menggunakan Bambu
  2. Melakukan akrobatik pada tali
  3. Saat turun dari bambu, kepala berada di bawah sedangkan kaki di atas.
  4. Di Iringi musik Gamelan dan Terompet Tradisional[1]

Perbedaan

sunting

Sedangkan Perbedannya pada:

  1. Di Lais menggunakan bambu dengan panjang 10-13 Meter, di Kucingan lebih Tinggi lagi mencapai 15-18 Meter.
  2. Di Lais tidak harus menggunakan tali Tambang berwarna putih asalkan kuat menompang badan, Di Kucingan tetap menggunakan Tali Tambang Besar.
  3. Di Lais mengikatkan Tali pada ujung Bambu, Di Kucingan pengikatan tali diberi selisih 1 Meter yang di gunakan untuk pertunjukan pembuka seperti menompang perut. Dewasa ini memberi selisih pada Lais di gunakan untuk menancapkan sebuah Obor
  4. Di Lais menggunakan seragam Silat untuk pemainnya, Di Kucingan masih menggunakan seragam reyog dengan berbagai atributnya juga topeng dengan cara di gigit oleh pemain selama pertunjukan, bahkan juga dengan mata tertutup
  5. Di Lais hanya fokus pada permaian tali, Di Reyog selain fokus pada permainan tali juga masih menggunakan unsur humor seperti tidur, mengayuh sepeda, tepuk tangan saat kaki bergantungan.
  6. Di Lais menggunakan arasemen musk dengan nada khas sunda, di Kucingan masih menggunakan arasemen musik Reyog beserta senggak dan suara hewan,

catatan

sunting
  1. ^ a b c d e "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-12. Diakses tanggal 2013-11-12. 
  2. ^ "Warisan Budaya Takbenda | Beranda". warisanbudaya.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2022-01-19.