Kertas Merah, Kertas Biru

Kertas Merah, Kertas Biru (赤い紙、青い紙, Akai Kami, Aoi Kami) adalah salah satu legenda urban di Jepang yang bertemakan cerita seram di sekolah. Meski bermula dari legenda urban Jepang, cerita ini juga populer di Korea Selatan seperti halnya cerita Kuchisake-onna.[1]

Plot sunting

Cerita ini bervariasi menurut periode dan daerahnya, tetapi secara garis besar memiliki sejumlah kesamaan. Peristiwanya terjadi pada malam hari di toilet. Seorang murid laki-laki pergi ke toilet untuk buang air besar. Setelah selesai, kertas toilet ternyata tidak ada. Tiba-tiba entah dari mana, terdengar suara, "Kau, mau kertas merah? atau kertas biru?"
"Kertas merah," jawab murid itu. Dalam sekejap, darah muncrat dari tubuh murid itu. Ia meninggal dunia di tempat.

Murid lain yang pernah mendengar cerita itu, meski ketakutan pergi juga ke toilet karena sudah tidak tahan. Peristiwa yang sama menimpanya. Di dalam toilet ternyata tidak ada kertas. Ia lalu mendapat pertanyaan yang sama, "Kau mau kertas merah? atau kertas biru?"
Murid itu teringat dengan cerita darah muncrat dari tubuh seorang siswa karena menjawab kertas merah.
Dengan tenang, ia menjawab, "Kertas biru." Setelah menjawab, darah mengalir keluar dari tubuh murid itu. Ia meninggal dunia dengan tubuh berwarna biru.

Asal usul sunting

Cerita ini lebih tua daripada cerita Hanako-san di Toilet, telah meluas di kalangan murid sekolah dasar di Kota Nara sejak tahun 1930-an. Menurut cerita dari mulut ke mulut, di toilet sekolah itu terdengar suara misterius "Mau diberi kertas merah, mau diberi kertas putih?" (赤い紙やろか、白い紙やろか, Akai kami yaro ka, shiroi kami yaro ka).

Bila dilacak sumber cerita-cerita tersebut, ketakutan tidak dapat menjawab soal yang diajukan pada ulangan di sekolah merupakan penyebabnya. Menurut desas-desus di sekolah tersebut, "Nasib akhir yang menakutkan akan terjadi bergantung jawaban yang diberikan" atau "tragedi terjadi bila tidak dapat menjawab dengan benar".

Di Kyoto terdapat kepercayaan lokal tentang yōkai bernama Kainade (Kainaze). Ia konon muncul malam hari pada hari setsubun untuk mengelus pantat orang yang pergi ke toilet. Namun menurut folklor, peristiwa itu dapat dicegah bila orang yang sedang berada di toilet mengucapkan mantra "Mau diberi kertas merah, mau diberi kertas putih?" (赤い紙やろか、白い紙やろか, Akai kami yaro ka, shiroi kami yaro ka). Kepercayaan ini disebut sebagai asal usul legenda urban Kertas Merah, Kertas Biru.[2]

Cerita sempalan sunting

Dari cerita Kertas Merah, Kertas Biru berkembang cerita-cerita sempalan, tidak hanya menyebut kertas merah/kertas biru, melainkan kertas merah/kertas putih, "Mantel Merah, Mantel Biru", "Tangah Merah, Tangan Biru",[3] "Lidah Merah, Lidah Biru",[3] tetapi akhir cerita tidak banyak berbeda. Dari legenda urban Jubah Merah asal awal zaman Showa (monster bermantel merah penculik anak-anak) lahir legenda urban Jubah Merah, Jubah Biru.[4]

Jawaban "kertas merah" akan berakhir dengan "siraman hujan darah dari langit-langit" atau "korban disabet dengan arit hingga berlumuran darah". Jawaban "kertas biru" akan berakhir dengan "cekikan di leher hingga tubuh membiru semua" atau variasinya, "kertas akan diulur keluar dari dalam kloset toilet". Pada cerita lain, jawaban "Mau kertas biru" akan dibalas dengan "Kertas biru tidak ada," dan begitu pula sebaliknya.[5] Bila korban mencoba melarikan diri, pintu toilet tidak bisa dibuka.[5] Menurut legenda urban, meski selalu ditambah, kertas toilet selalu habis di tempat terjadinya peristiwa aneh ini.[6]

Sebuah sekolah dasar di Kodaira, Tokyo memiliki legenda urban tentang jatuhnya kertas merah atau kertas biru dari atas. Bila kertas merah yang digunakan, maka tubuh pemakainya menjadi merah, dan sebaliknya.[7]

Cerita lainnya secara jelas menunjuk lokasi toilet tempat terjadinya peristiwa aneh. Di sebuah sekolah dasar di Tokyo terdapat toilet jongkok yang jarang digunakan di sebelah aula olahraga sekolah. Keanehan terjadi di bilik toilet nomor empat.[5]

Sebuah sekolah dasar di Distrik Senboku di Prefektur Osaka memiliki legenda urban Kertas Merah Kertas Putih. Jawaban "kertas merah" akan mendapat cucuran darah dari langit-langit, sementara jawaban "kertas putih" menyebabkan tangan berwarna putih menjulur keluar dari bawah.[7] Pola warna legenda urban di sekolah dasar Kota Osaka adalah merah dan putih.[3] Lidah keluar dari kloset toilet untuk menjilat murid yang menjawab "merah". Bila jawabannya adalah "putih", sebuah tangan akan mengelus murid tersebut.[3] Sebuah sekolah dasar di Higashikurume, Tokyo memiliki legenda urban yang bertanya "Kamu senang mana, merah atau ungu (赤と紫どちらが好きか, Aka to murasaki dochira ga suki ka"). Murid akan selamat bila menjawab "ungu", dan menurut cerita, orang itu akan diseret masuk ke dalam kloset toilet bila menjawab "merah".[3]

Cerita-cerita lain menyebut calon korban akan selamat bila menjawab dengan warna berbeda, misalnya: "kertas kuning". Namun ada pula cerita yang memberi peringatan untuk tidak memberi jawaban selain kertas merah atau biru. Jawaban warna lain akan menyebabkan orang itu dibawa ke alam lain. Di sebuah sekolah dasar di Prefektur Yamagata, pertanyaan berubah menjadi "Mau kertas biru, kertas merah, atau kertas kuning?" Murid itu menjawab, "kertas biru". Kertas toilet berwarna biru yang diterimanya ternyata masih kurang. Murid itu lalu diberi kertas kuning dan kertas merah, sebelum akhirnya murid itu lenyap.[3] Bila menjawab "kertas kuning," maka murid itu akan jatuh sakit hingga seluruh tubuhnya berwarna kuning,[8] atau mendapat siraman tinja menurut cerita yang lain.[9] Dalam cerita-cerita seperti ini, jawaban terbaik biasanya "kertas putih",[3] "tidak perlu",[8] atau sama sekali tidak menjawab.[9]

Pada pola-pola legenda urban lain, bukan hanya suara yang terdengar. Seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan wajah berwarna biru akan muncul mengajukan pertanyaan.[5] Di Komoro, Prefektur Nagano, ada cerita tentang orang yang sakit mendadak dan meninggal dunia setelah menceritakan kembali legenda urban ini.[3]

Referensi sunting

  1. ^ Shimamura, Takanori (2003). 日本より怖い韓国の怪談. KAWADE夢文庫. Kawade. hlm. 11–14. ISBN 978-4-309-49494-4. 
  2. ^ Murakami, Kenji (2000). 妖怪事典. Mainichi Shimbun. hlm. 94. ISBN 978-4-620-31428-0. 
  3. ^ a b c d e f g h Matsutani, Miyoko (1987). 現代民話考 第二期 II 学校 笑いと怪談 子供たちの銃後・学童疎開・学徒動員. Rippu Shobo Publishing. hlm. 82–87, 95. Matsutani, Miyoko (2003). 現代民話考 7 学校 笑いと怪談 子供たちの銃後・学童疎開・学徒動員. Chikuma Bunko. Chikuma Shobo. hlm. 99–105, 114, 115. 
  4. ^ Mozume, Takane (2001). 赤きマント 民俗学ミステリ. Kodansha Novels 第四赤口の会. Kodansha. hlm. 23. ISBN 978-4-06-182203-0. 
  5. ^ a b c d Tsunemitsu, Tooru (1990). Gakkō no Kaidan. Kodansha KK Bunko. Kodansha. hlm. 46–49. ISBN 978-4-06-199006-7. 
  6. ^ 日本民話の会・学校の怪談編集委員会編 (1991). 放課後のトイレはおばけがいっぱい. Gakkō no Kaidan. Poplar Publishing. hlm. 38. ISBN 978-4-591-03902-1. 
  7. ^ a b Komatsu, Kazuhiko (1994). 妖怪学新考 -妖怪からみる日本人の心-. Shogakukan. hlm. 141. ISBN 978-4-09-626182-8. 
  8. ^ a b 久野俊彦. "下野民俗 通巻39号 高校生が知っている不思議な話". 怪異・妖怪伝承データベース. International Research Center for Japanese Studies, Kyoto, Japan. Diakses tanggal 2009-01-22. 
  9. ^ a b Yamaguchi, Bintarō. "現代妖怪図鑑 51) 赤い紙 蒼い紙". ホラーアリス妖怪王. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-14. Diakses tanggal 2008-02-16.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)