Keramik Delft
Keramik Delft atau tembikar Delft, juga dikenal sebagai Delft Biru[1] (bahasa Belanda: Delfts blauw) atau delf,[2] adalah istilah untuk tembikar berlapis timah dalam bentuk tembikar glasir bening (faïence) yang berasal dari Belanda. Sebagian besar berupa porselen berwarna biru dan putih, dan kota Delft di Belanda merupakan pusat produksi utama dari keramik Delft, namun istilah ini mencakup keramuk Delft dengan warna lain dan yang dibuat di tempat lain. Istilah ini juga digunakan untuk tembikar serupa, yakni keramik Inggris.
Keramik Delft adalah salah satu jenis tembikar atau faïence berlapis timah yang menggunakan glasir putih, biasanya dihiasi dengan oksida logam, khususnya oksida kobalt yang memberikan warna biru, dan dapat menahan suhu pembakaran yang tinggi, sehingga memungkinkan untuk diaplikasikan di bawah glasir. Keramik Delft merupakan bagian dari keluarga porselen biru dan putih di seluruh dunia, menggunakan variasi dekorasi nabati yang pertama kali dikembangkan pada porselen Tiongkok di abad ke-14, dan sangat diminati di Eropa.
Keramik Delft mencakup tembikar dengan berbagai jenis, seperti piring, vas, patung, serta bentuk dan ubin ornamen lainnya. Gaya ini berasal sekitar tahun 1600, dan produksinya diperkirakan mulai dari sekitar tahun 1640–1740, namun keramik Delft terus diproduksi hingga saat ini. Pada abad ke-17 dan ke-18, pembuatan keramik Delft merupakan industri besar, dengan produk yang diekspor ke seluruh Eropa.
Sejarah
suntingAwal mula
suntingTembikar berlapis timah paling awal di Belanda dibuat di Antwerpen, tempat perajin tembikar Italia, Guido da Savino menetap pada tahun 1500,[3] dan pada abad ke-16, maiolica Italia merupakan pengaruh utama pada gaya dekorasi keramik Delft.[4] Pembuatan tembikar lukis menyebar dari Antwerpen hingga utara Belanda, terutama akibat penjarahan Antwerpen yang dilakukan oleh pasukan Spanyol pada tahun 1576 (Kemarahan Spanyol). Produksi keramik Delft berkembang di Middelburg dan Haarlem pada tahun 1570-an, dan di Amsterdam pada tahun 1580-an.[5] Sebagian besar tembikar terbaik dibuat di Delft, sementara tembikar yang lebih sederhana dibuat di tempat-tempat seperti Gouda, Rotterdam, Haarlem, Amsterdam, dan Dordrecht.
Periode utama pembuatan tembikar timah-glasir di Belanda adalah pada tahun 1640–1740. Sejak sekitar tahun 1640, pembuat keramuk Delft mulai menggunakan monogram pribadi dan tanda pabrik yang khas. Gilda Santo Lukas menerima sepuluh pembuat tembikar ahli dalam kurun waktu 30 tahun antara tahun 1610 dan 1640, dan 20 dalam kurun waktu sembilan tahun antara tahun 1651 hingga 1660. Pada tahun 1654, ledakan mesiu di Delft menghancurkan banyak pabrik, dan ketika industri pembuatan bir sedang menurun, industri keramik Delft tetap tersedia bagi pembuat tembikar yang mencari tempat yang lebih besar; beberapa mempertahankan nama tempat pembuatan bir lama, misalnya Tankard Ganda, Kepala Bangsa Moor Muda, dan Tiga Lonceng.[6]
Penggunaan napal (sejenis tanah liat yang kaya akan senyawa kalsium) memungkinkan para perajin menyempurnakan teknik mereka, sehingga menghasilkan produk yang lebih halus. Badan tanah liat keramuk Delft yang biasa adalah campuran dari tiga tanah liat, satu tanah liat lokal, satu dari Tournai, dan satu lagi dari Rheinland.[7]
Sejak sekitar tahun 1615, para perajin tembikar mulai melapisi pot mereka dengan glasir timah putih, bukan hanya menutupi permukaan lukisan saja dan melapisi sisanya dengan glasir keramik bening. Mereka kemudian mulai menutupi glasir timah dengan glasir bening, yang memberikan kedalaman pada permukaan pembakaran dan kehalusan warna biru kobalt, yang pada akhirnya menghasilkan kemiripan yang sangat baik dengan porselen.[8]
Kepopuleran
suntingSelama Masa Keemasan Belanda, Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) mempunyai perdagangan yang ramai dengan dunia Timur dan mengimpor jutaan keping porselen Tiongkok pada awal abad ke-17.[9] Pengerjaan Tiongkok dan perhatian terhadap detail membuat banyak orang terkesan. Hanya kelompok orang kaya yang mampu melakukan impor. Pembuat tembikar Belanda tidak langsung meniru porselen Tiongkok, mereka mulai melakukannya setelah kematian Kaisar Wanli pada tahun 1620, ketika pasokan ke Eropa terhenti.[9] “Para pembuat tembikar sekarang melihat peluang untuk menghasilkan alternatif yang murah untuk porselen Tiongkok. Setelah banyak bereksperimen, mereka berhasil membuat jenis tembikar tipis yang dilapisi dengan lapisan timah putih. Meskipun terbuat dari tembikar dengan api kecil, tembikar tersebut sangat mirip dengan porselen."[10]
Keramik Delft yang terinspirasi oleh porselen Tiongkok bertahan dari sekitar tahun 1630 hingga pertengahan abad ke-18, beriringan dengan pola pasar Eropa. Sekitar tahun 1700, beberapa pabrik menggunakan warna enamel dan penyepuhan di atas glasir timah, sehingga memerlukan pembakaran tungku ketiga pada suhu yang lebih rendah. Kemudian, setelah Keramik Imari dari Jepang menjadi populer pada akhir tahun 1600-an dan awal tahun 1700-an (ketika mereka juga mencoba untuk mengisi kesenjangan dari kekurangan barang di Tiongkok), Delft mulai membuat "Keramik Imari" versu mereka sendiri dengan meniru "vas bunga klasik di teras yang dikelilingi dengan tiga panel dengan derek dan desain pinus". Gaya oriental di keramik Delft tetap populer hingga awal tahun 1700-an, tetapi kemudian menurun ketika porselen Tiongkok bangkit kembali.[11]
Keramik Delft berkisar dari barang-barang rumah tangga sederhana (gerabah putih polos dengan sedikit atau tanpa hiasan) hingga karya seni mewah. Sebagian besar pabrik keramik Delft membuat set toples, yakni set kast-stel. Piring bergambar dibuat berlimpah, diilustrasikan dengan motif religi, pemandangan asli Belanda dengan kincir angin dan perahu nelayan, pemandangan berburu, pemandangan alam, dan bentang laut. Set piring dibuat dengan kata-kata dan syair lagu; makanan penutup disajikan di atasnya, dan ketika piring sudah kosong, rombongan mulai bernyanyi. Para perajin tembikar Delft juga membuat ubin dalam jumlah besar (diperkirakan mencapai 800 juta)[12] selama jangka waktu dua ratus tahun, sehingga banyak rumah di Belanda yang masih memiliki ubin dari abad ke-17 dan ke-18. Keramik Delft menjadi populer dan banyak diekspor ke Eropa bahkan sampai ke Tiongkok dan Jepang. Pembuat tembikar Tiongkok dan Jepang membuat keramik Delft versi porselen untuk diekspor ke Eropa.
Beberapa orang menganggap keramik Delft dari sekitar tahun 1750 dan seterusnya memiliki kualitas yang lebih rendah secara artistik. Caiger-Smith mengatakan bahwa sebagian besar barang-barang yang dibuat belakangan "dilukis dengan dekorasi yang cerdas dan fana. Sedikit sisa perasaan atau orisinalitas yang masih harus disesalkan ketika, pada akhir abad ke-18, tembikar Delft mulai gulung tikar."[13] Pada saat ini, perajin keramik Delft telah kehilangan pasarnya karena porselen Inggris dan porselen putih baru. Satu atau dua yang tersisa: pabrik Tichelaar[14] di Makkum, Friesland, yang didirikan pada tahun 1594, dan De Koninklijke Porceleyne Fles ("Botol Porselen Kerajaan") yang didirikan pada tahun 1653.
Masa kini
suntingSaat ini, keramik Delft adalah nama merek yang dilukis dengan tangan di bagian bawah potongan keramik yang mengidentifikasi keaslian dan koleksinya. Meskipun sebagian besar keramik Delft meminjam dari tradisi glasir timah, hampir semuanya didekorasi dengan lapisan bawah biru pada badan tanah liat putih dan sangat sedikit yang menggunakan glasir timah, produk yang lebih mahal. Pabrik Koninklijke Tichelaar Makkum di Makkum, Friesland, melanjutkan produksi gerabah berlapis timah.[15][16]
Lihat pula
sunting- Koninklijke Porceleyne Fles
- Porselen Kraak
- Vas tulip, jenis faience keramik Delft
- Maiolica
- Keramik Inggris
Referensi
sunting- ^ "Discover the remarkable side of the Netherlands: unique destinations and hidden gems | Holland.com". www.holland.com (dalam bahasa Inggris). 2023-11-06. Diakses tanggal 2024-04-08.
- ^ Rees, Abraham (1819). The Cyclopaedia: Or, Universal Dictionary of Arts, Sciences, and Literature (dalam bahasa Inggris). Longman, Hurst.
- ^ La Céramique anversoise de la Renaissance, de Venise à Delft, Claire Dumortier, Anthèse, Paris, 1997
- ^ Savage, 157
- ^ Caiger-Smith, Alan (1973). Tin-Glaze Pottery in Europe and the Islamic World: The Tradition of 1000 Years in Maiolica, Faience and Delftware. Faber and Faber. hlm. 127. ISBN 0-571-09349-3.
- ^ Caiger-Smith pp. 130–131
- ^ Caiger-Smith, p. 130
- ^ Caiger-Smith, p. 129
- ^ a b Volker, T. Porcelain and the Dutch East India Company, 1602–1683, Leiden, 1955) p. 22.
- ^ Christiaan Jörg, "Oriental Export Porcelain and Delftware in the Groningen Museum" in Ceramics Crossed Overseas: Jingdezhen, Imari and Delft from the collection of the Groningen Museum. An exhibition catalogue in collaboration with the Groninger Museum, Kyushu Ceramic Museum, Japan Airlines, 1999-2000, p. 10.
- ^ Christiaan Jörg, pp. 10-11.
- ^ Caiger-Smith, p. 137 n. 21
- ^ Caiger-Smith, p. 140
- ^ "Home". www.tichelaar.nl. Diakses tanggal 2024-04-08.
- ^ Klei/Glas/Keram. 13, No.4, 1992. Pg.103-106
- ^ "Home". www.tichelaar.nl. Diakses tanggal 2024-04-08.