Kerajinan tangan atau hasta karya adalah kegiatan seni yang menitikberatkan pada keterampilan tangan dan fungsi untuk mengolah bahan baku yang sering ditemukan di lingkungan menjadi benda-benda yang tidak hanya bernilai pakai, tetapi juga bernilai estetis. Pekerjaan untuk kegiatan ini disebut sebagai kerajinan atau kriya.

Kerajinan berupa rajutan

Hasta karya bisa "meminjam" banyak pengetahuan dalam seni rupa murni (pure visual art) seperti cara mematung atau mengukir untuk menghasilkan produk, tetapi tetap dengan tidak terlalu berkonsentrasi kepada kepuasan emosi seperti lazim terjadi misalnya pada karya lukis dan patung. Hasta karya juga lebih sering mengikuti tradisi daripada penemuan yang sering ditemukan secara individu oleh seorang perupa. Hasta karya bisa berbentuk karya dari tanah, batu, kain, logam ataupun kayu.

Sejarah

sunting
 
Sebuah pusat kriya di Melaka, Malaysia.

Kriya mulai berkembang di Zaman Neolitikum atau Zaman Batu Muda.[1] Zaman ini adalah masa perubahan yang sangat besar dalam hidup manusia. Perubahan ini tampak pada kehidupan manusia yang berpindah dari mengumpulkan makanan menjadi memproduksi makanan. Manusia tidak lagi berpindah tempat tetapi menetap di satu tempat. Mereka telah mengenal bercocok tanam dan beternak. Karena telah menetap di satu tempat, maka lambat laun mereka memiliki kepandaian membuat rumah. Karena hidup mereka bermasyarakat, mereka mulai memikirkan banyak hal, termasuk di antaranya membuat benda-benda kriya (craft items), yakni tidak hanya memiliki fungsi tertentu, tetapi juga menarik untuk dilihat.

Pembuatan benda-benda kriya ini menyertai pembuatan alat-alat baru yang merupakan warisan Zaman Palaeolitikum dan Zaman Mesolitikum. Lewat percampuran dengan budaya-budaya lain di Asia, kriya di Indonesia semakin kaya dengan motif hias.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Pers., Rajawali (2009). Sejarah kebudayaan Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers. ISBN 9789797692698. OCLC 465193408. 

Pranala luar

sunting